6. Seorang di mimpi

0 0 0
                                    

"Hai bel!" Sapa pria yang menaiki sepeda listrik di sebrang pantai.

Abel tersenyum padanya dan membalas hanya dengan lambaian tangan. Arghi menatap ke arah keduanya bergantian. Ia tak bertanya pada Abel tentang siapa pria yang menyapa Abel barusan.

Pria dengan panggilan byan itu turun dari sepeda listriknya dan memarkirkan benda itu di samping trotoar jalan. Abel dengan wajah kaku nya, ia tak berani menatap byan. Hanya menunduk ke bawah, ke arah trotoar.

"Kenapa bel?" Bisik arghi bertanya.

Abel tersentak karna suara lirihan di dekat telinganya. Ia menggelengkan kepala seraya tak terjadi apa-apa. Mata arghi kini terfokus dengan tangan Abel yang mencengkram area baju hitamnya.

Ka byan yang tengah berjalan menghampiri Abel yang tidak jauh darinya, Kini di hadang dengan arghi lewat sapaan.
"Ka byan kan?" Arghi berdiri membelakangi Abel. Punggungnya tepat di depan wajah gadis yang tengah kaku itu.

"Oh? Iya. Salken ya" kata ka byan. Matanya tak mengarah ke yang lain selain Abel. Ia memiringkan kepala hanya untuk melihat gadis di belakang arghi.

"Oh! Abel?" Tanya arghi dengan jempol yang menunjuk ke belakang dan Ka byan mengangguk. "Mata dia lagi sakit ka, bintitan!" Lanjut arghi berbisik.

'hahhh? Bintitan?' bingung Abel dalam hati. Ia tetap menunduk di belakang arghi.

"Oh? Gitu ya..."

"Iya ka! Dan kayaknya...dia gak mau ngeliat siapa-siapa dulu deh! Takut ketularan!" Ujar arghi dengan semangat.

"Tapi..." Ka byan mengangkat Telunjuknya serasa menunjuk ke arah Abel.

"Eehhh!! Gak baik nunjuk-nujuk orang ka..." Sahut arghi dengan nada yang halus.
Abel menahan tawa di belakang. Baru kali ini arghi bertingkah. Biasanya ia selalu diam sekaligus tenang. Jika abel melihat arghi saat ini, ekspresi nya sangat lucu seperti lelaki yang lenjeh (banci).

"Y--yaudah deh...bel, Kaka duluan ya.." ucap ka byan lalu pergi dengan langkah perlahan-lahan.

"Bye...bye ka byaaann!!!" Arghi tersenyum bak bulan sabit sambil melambaikan tangannya seolah-olah memamerkan jari yang lentiknya itu. Gadis yang berada di belakangnya terbelalak, memang benar jika tangan arghi sangat lentik. Abel sampai membandingkan dengan jari tangannya sendiri.

"Lentik juga ya tangannya" lirih Abel tanpa arghi tau. Ia menatap tangannya yang begitu kecil.

"Udah pergi tuh, orangnya" ujar arghi dengan nada suara seperti biasanya.

Isabel Laiqa Azaren mengintip dari sebalik punggung arghi yang cukup untuk menutupi tubuhnya yang sedikit mungil. Ia menghela nafasnya panjang.
"Huffttt!!" Kini Abel keluar dari umpatannya. "Makasih ya ghi"

"Ada apa emangnya? Sama orang tadi?"

"Oh! Gapapa kok!"

"Gapapa tapi sampe baju di cengkeram gitu?" Tanya arghi dengan tatapan yang melihat ke baju bawah Abel yang ternyata sudah lecak.

"Eeh? Hehehe..." Gadis bertopi itu cengengesan.

"Yaudah yuk pulang" ajak arghi lalu reflek ia menarik tangan Abel.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ENCHATHED TO MEET YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang