4. Mimpi

2 0 0
                                    

Pagi menyapa semua para makhluk bumi. Namun matahari masih belum terlihat di karenakan awan yang sedikit gelap. Abel melihat ke kaca jendela yang ternyata terisi dengan embun. Secara tak sadar, tiba-tiba saja jari telunjuknya menyentuh kaca dan membentuk bulatan seperti bentuk love.
"Eeh? Gue ngingo!" Pekik Abel.

"Abel! Ada temen kamu tuh!" Ucap mamah yang tiba-tiba masuk ke kamar.

"Hah?!?..Siapa mah?..Naina bukan?"

"Cowok kok Naina namanya"

'eh? Cowok? Siapa ya?' lirih Abel dalam hati dengan wajahnya yang sedikit bingung.

"Tuh dia udah di ruang tamu" ucap mamah sambil memberi kode yang menunjuk ke arah ruang tamu. Abel langsung bangkit dari ranjangnya dan berjalan keluar kamar.

Abel melihat laki-laki itu dari lantai satu dan wajahnya sedikit asing. Abel turun dari tangga ke tangga.
'ahh! Ka byan?...' ucapnya dalam hati sambil mengangguk pelan.

Mereka sempat berdekatan di waktu SMP karena byan adalah senior dari Abel yang mengikuti ekskul sastra. Byan adalah mantan ketua di ekskul tersebut, begitu pun Abel yang sempat menjadi ketua junior disana.

Di tangga ketiga dari terakhir, Abel menarik nafas. Coba menyapa pria yang ia kenal dengan panggilan byan itu.
"Ka byan?" Sapa Abel.

Pria itu menoleh. "Eh? Bel!" Saut byan.

"Ada apa ya ka?" Tanya Abel yang masih berdiri di anak tangga. Ia menempelkan kepalanya di pagar tangga.

"Oh! Iya, ini..." Ucap pria itu lalu mengambil sesuatu dari paperbag coklat yang di bawanya.

Sekotak alat lukis yang sempat ia pinjam dari Abel, namun setahun lamanya menetap di byan.

"Itu apa?" Tanya Abel.

"Alat-alat lukisan yang waktu itu sempet kaka pinjem. Maaf ya baru Kaka balikin" katanya lalu menyodorkan kotak itu ke Abel.

"Oh, gitu ya ka" Abel menghampiri byan yang duduk di sofa lalu menerima kotak dari byan.

"Makasih ya bel" kata ka byan.

Di detik yang sama setelah Abel menerima kotak lukisan nya, keadaan jadi canggung sejenak. Hanya terdengar suara dengusan AC saking sepinya.

"Bel.."

"Bel...abeeell!!" Teriak mamah dari depan pintu kamar. "Isshh! Nih anak pasti ngingo nih!" Oceh mamah lalu menghampiri Abel yang masih terbaring di kasur. Ia heran karena melihat abel yang tengah menggeleng-gelengkan kepalanya saat tertidur.
"Bel!" Mamah menepuk-nepuk pipi Abel.

Sontak Abel langsung membuka matanya dan hanya yang Ia lihat adalah mamahnya sendiri.
"Mamah?" Tanyanya kikuk. Ia melihat ke seluruh area di dalam kamar dengan atap beralas bintang. "Kok aku di kamar mah?"

"Loh? Dari tadi juga kamu di kamar. Kamu kenapa geleng-geleng coba pas tidur? Mimpi apasih kamu!" Berjejer pertanyaan dari mamah namun hanya termenung dalam keadaan yang masih berbaring. "Malah bengong. Tuh ada temen kamu, cowok. Udah mamah suruh masuk" kata mamah.

"Siapa mah?"

"anak tetangga sebelah" mamah berbisik.

Mendengar itu Abel langsung tersentak bangun lalu berlari keluar kamar dan meninggalkan mamah. Ia berdiri dan melihat dari pagar lantai satu, benar kata mamah, itu arghi. Abel menghela nafas lega. Untung saja bukan ka byan seperti di mimpinya tadi.

Mencoba untuk tetap tenang dan santai. Abel mulai menginjak anak tangga ke bawah. Sebelum anak tangga ketiga dari terakhir, Abel menyapa arghi.

"Arghi?"

"Maaf ganggu pagi-pagi" ucap Arghi.

"Enggak.." Abel menggelengkan kepala. "Ada apa?"

"Sepedahan. Kamu bisa kah?"

'ahh!...aku mana punya sepeda...' lirih Abel dalam hati. Ia menghampiri arghi yang tengah duduk di sofa.

"Kalo sepedahan...aku gak ada sepedanya" tukas Abel dan Arghi ikut berdiri mengikuti Abel.

"Bagus, kamu bawa sepeda aku aja. Nanti biar aku yang lari"

"Boleh..." Jawab Abel sambil mengangguk.

"Biar aku izin ke Tante" arghi menoleh ke atas. Dimana mamah Abel tengah berdiam diri bersender di pagar. Abel baru sadar kalau mamah sedari tadi memperhatikan mereka berdua. Tak ada ucapan apa-apa dari arghi, mamah sudah mengangguk padanya.

'arghi udah izin kah?' Abel bertanya di dalam hati.

"Yuk!" Ajak arghi lalu ia jalan membelakangi Abel.

ENCHATHED TO MEET YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang