"Duh, anak Ibu cantik sekali,"
Sinta tersenyum manis di depan cermin yang memantulkan bayangannya. Dia mematutkan dirinya sekali lagi dengan mata menatap lekat gaun pernikahan yang dia coba. Tangannya terulur ke atas perutnya untuk memastikan bahwa perutnya masih rata.
"Kamu memang pintar sekali milih calon suami. Udah ganteng, kaya, ngasih keluarga kita semuanya terus masih sayang lagi sama kamu. Anak Ibu memang luar biasa," Puji bu Ratih puas.
Sinta menahan senyuman, dia berbalik memeluk ibunya. "Iya, siapa dulu dong. Tapi aku ngerasa mas Rama itu ga cinta sama aku, Bu."
"Ga cinta gimana? Orang Ibu lihat kalian sering jalan bareng kok."
Sinta terdiam, dia memilih duduk dengan hati-hati. "Aku bisa ngerasain Bu. Dia itu dingin sama Sinta. Sinta ngerasa dia kayak jaga jarak gitu. Apa gara-gara Sinta dulunya anak tukang buruh kebun ya Bu?"
"Hust! Ngomong apa kamu," Sela bu Ratih tak terima. "Buruh kebun itu kan dulu. Sekarang kan enggak. Lagian Rama itu bisa hidup sehat karena keluarga kita. Mereka itu punya utang budi. Udah utang budi, masih dapatin anak ibu yang cantik lagi. Kurang apa coba?"
Sinta tersenyum bangga. "Ibu benar. Mas Rama kan ga punya pilihan selain nikahi Sinta."
Bu Ratih mengangguk setuju lalu memeluk Sinta. "Makanya, nanti kalau kamu udah nikah, kamu harus bilang sama Rama. Beliin rumah besar di Malang buat ibu sama bapak. Ibu capek tinggal di rumah sempit. Ibu pengen yang ada AC nya lo. Terus bapak kan udah berhenti kerja buruh di kebun, nanti kamu minta sama Rama biar bapak yang ngatur dan ngurus semua kebun Apel keluarga Rama. Bisa kan, nduk?"
Sinta mengangguk setuju. "Tenang aja Bu. Nanti Sinta atur semuanya. Sekarang yang penting Sinta nikah dulu sama Rama."
"Wong tinggal berapa hari lagi aja kalian udah resmi suami istri. Nanti Ibu bakal banggain mantu Ibu yang orang kaya. Bisa jadi, nanti ibu yang paling kaya di desa."
Sinta tertawa kecil, dengan bangga dia memeluk ibunya. "Untung aja bapak kenal sama anak pemilik kebun yang lama. Jadi bisa dapatin transplantasi jantung buat mas Rama."
"Oh, nak Irfan."
Sinta mengangguk. "Ajaibnya jantung mereka cocok. Tapi kasian ya bu, mas Irfan. Ganteng-ganteng meninggoy. Untung Sinta ga ngeyel buat dekatin dia."
"Udah ndok, kalau ga karena Nak Irfan, juga kamu ga akan nikah sama Rama. La wong itu kan syarat pernikahan kamu. Siapa aja yang nemuin donor jantung buat Rama, bakal dinikahi kalau cewek. Kalau cowok bakal dijadiin sodara. Kebetulan keluarga kita yang nemuin donor."
"Sinta kan memang dekati mas Rama dari lama bu," Protes Sinta tak terima. "Bisa aja mas Rama emang udah jatuh cinta sama Sinta. Makanya nikah sama Sinta Tapi tetap aja sih, mas Rama nerima Sinta juga karena keluarga kita udah nemuin pendonor jantung yang cocok. Mungkin kalau ga ada jantung mas Irfan, mas Rama ga akan pernah noleh apa lagi nikah sama sinta."
"Udah, ga usah bahas itu. Tapi ndok, kamu udah putus kan sama Dodi? Jangan sampe nanti dia bikin masalah pas kalian udah nikah." Alih alih menggapi kata-kata Sinta, bu Ratih justru menyebut nama mantan pacar anaknya.
Menggigit bibir bawahnya, tak sengaja tangan Sinta meraba perut datarnya. "I-iya bu. Kami udah putus kok."
"Bagus, lagian Dodi itu ga ada baik-baiknya. Udah kere, banyak gaya, idup lagi. Liatnya aja Ibu udah jengkel."
Sinta hanya diam, dia hanya duduk tanpa berani jujur dengan semua hal yang dia sembunyikan. Dan sebuah kebetulan atau memang takdir Tuhan, Keira yang hari ini turun lapangan langsung karena tokonya menerima job sebagai pemasok bunga di sebuah pernikahan harus menemui calon pengantin dengan niat menduskusikan bunga tangan pernikahan yang akan dipakai nanti. Dan dia telah mendengarkan semua pembicaraan antara calon pengantin dan ibunya. Bahkan sampai saat ini, tubuhnya masih mematung di pinggir pintu karena merasa darahnya bergejolak hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keira.
רומנטיקה"Aku menemukan dia (Jantung dan hati) Kekasihku pada pria yang telah bertunangan. Dia kekasihku tapi mencintai wanita lain dan mengabaikan rasa sakitku." Keira tak bisa menerima kenyataan telah kehilangan kekasihnya untuk selamanya. Janji cinta sam...