inimicus (5) e n d

254 44 14
                                    

_____________

Terpaan angin yang terasa begitu memeluk bersamaan dengan suara gesekan yang di hasilkan oleh rumput ilalang panjang, membuat bilah tipis itu terangkat begitu lebar dengan mata yang terpejam menikmati ketenangan yang ia dapat.

Usapan halus pada kepala dan bagiamana saat jemari panjang itu menyingkirkan surai yang menutupi wajah membuat ia dengan perlahan membuka mata.

Lagi, ia tersenyum hangat dan kini menyandarkan kepala nya pada seseorang yang dengan senang hati meminjamkan bahu untuk nya.

Ia selalu menyukai tempat ini, hamparan luas sejauh mata memandang dengan ketenangan yang tak bisa ia jelaskan.

Sungguh, ia dibingungkan dengan situasi yang terjadi,ㅡ namun entah mengapa ia menolak untuk pergi. Kenangan lama yang seolah terulang namun entah mengapa, terasa begitu nyata bahkan untuk usapan yang ia dapatkan.

Jika tuhan kembali membawa nya pada masa ini, maka ia akan sangat berterimakasih.

"Jangan bersedih, kau tidak sendiri Jungkook. Aku selalu bersama mu"

Air mata nya menetes, mendengar perkataan itu membuat nya kembali mengingat kenangan masa lalu. Kalimat itu terulang sama persis.

"Aku selalu bersama mu" Dan saat bagaimana ia ditarik dalam dekapan yang begitu hangat, membuat Jungkook memejamkan mata dan semakim menyamankan diri di dalam sana.

"Y-yeonjun?"

Jantung nya berdetak kencang dengan bulir bening yang menurun deras tanpa permisi. Rasa takut tak terbantahkan saat dirinya kembali membuka mata, ruangan bernuansa putih lah yang kini memenuhi Indra penglihatan nya.

Tak ada kebisingan apapun selain suara mesin elektrokardiograf yang berbunyi mengisi ketenangan ruangan, tak ada lagi suara gesekan ilalang karena hembusan angin yang cukup kencang, tak ada lagi hamparan luas sejauh mata memandang.

Jungkook, ketakutan.

"Jungkook? Kau bangun?"

Betapa terkejutnya ia saat melihat seseorang yang tak di kenalnya muncul begitu saja. Nafasnya tercekat dengan keringat dingin yang mulai membasahi tubuh. Gerakan gusar dari netra bambi itu menjadi penanda bahwa ia tengah ketakutan. Siapa pria itu?

"Jangan takut, maaf. Kau mungkin tidak mengenalku"

Park Jimin, ia mendekat dan berusaha memberikan pengertian pada Jungkook yang berusaha bangun karena ketakutan.

"Aku Park Jimin, yang membawa mu kemari. Tenang Jungkook, aku tak akan menyakiti mu"

"A-aku tidak mati?"

Ah, Jimin tak tega melihat nya. Bagaimana Taehyung bisa setega itu menyakiti anak kecil ini?

"Kau baik-baik saja sekarang"

Dan mendengar itu membuat Jungkook kembali meneteskan air mata nya. "K-kenapa aku tidak mati? Kenapa membawa ku kemari? A-aku tidak akan bisa meminta maaf jika aku tetap hidup seperti ini"

"Hey? Apa yang kau bicarakan?ㅡ"

"A-aku pembunuh"

Apa saja yang telah di katakan Taehyung hingga mampu mendoktrin pikiran Jungkook hingga mencap dirinya sendiri sebagai pembunuh.

Tak ada yang bisa Jimin lakukan selain menenangkan Jungkook yang menangis. Ia tidak tega mendengar tangisan pilu itu, namun Jimin bukan lah seorang yang pandai berkata-kata manis atau semacamnya. Hanya ini yang bisa ia lakukan, menepuk pelan ujung kepala Jungkook dan mengatakan bahwa itu tidak benar.

Namun tak lama, Jimin menyadari Taehyung yang datang dan nampak mematung karena terkejut melihat Jungkook yang sudah bangun setelah dua hari mengalami koma. Jimin memberikan isyarat pada Taehyung untuk tidak mendekat karena keadaan Jungkook yang belum sepenuhnya pulih pun Taehyung lah yang menyebabkan Jungkook seperti ini.

Palette « taekook »Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang