Bab 15. Syarif vs Jenderal Kusuma

1 0 0
                                    

M2010 Enhanced Sniper Rifle alias ESR milik Syarif ditarik pelatuknya. Syarif menghabisi satu persatu orang dari pihak Banser maupun Pemuda Pancasila. Biarpun musuh yang dihadapi sangat banyak, tidak dipedulikan oleh Syarif. Skill yang dia gunakan, terus menerus digunakan. Tanpa peduli situasinya tidak menguntungkan. Tidak peduli Syarif lawan, mereka akan terus berburu dia.

Situasi semacam ini mengingatkan kembali ketika Syarif menempuh ujian di gua. Bedanya, yang dia lawan bukanlah monster. Melainkan sesama manusia. Yang mana tidak begitu antusias membunuh sesama ras.

Percobaan dari Syarif terus dilakukan. Wajah menyeringai dari ekspresinya. Tidak sabar bahwa dia akan terus menembaknya. Suara tembakan dari M2010 Enhanced Sniper Rifle alias ESR menggema. Beberapa dari mereka ketakutan, memejamkan mata. Namun Jenderal Kusuma datang dengan menggunakan skill berupa [Jump]. Memang simpel, tapi beliau menggunakannya penuh perhitungan.

Di sisi lain, Syarif sudah mulai curiga terhadap keterlibatan Jenderal Kusuma sejak awal. Tapi dia tidak ingin mengutarakan karena masih misterius. Tapi keterlibatan beliau sudah mengindikasi seratus persen. Bahwa Syarif menjadi target utama bagi Banser dan Pemuda Pancasila.

"Serangan berikutnya telah dimulai."

Syarif mematikan serangan berikutnya. Mengangkat M2010 Enhanced Sniper Rifle alias ESR. Menarik pelatuknya tanpa ragu. Jenderal Kusuma menggunakan skill miliknya, mengorbankan tiap prajurit dari Banser. Syarif mengungkapkan rasa terkejutnya.

"Mengorbankan rekan seperjuanganmu merupakan tindakan licik, Jenderal Kusuma!"

"Huh! Provokasi murahanmu tidaklah mempan! Sekarang matilah!"

Sebuah serangan dari Jenderal Kusuma, melancarkan balasan ke arah Syarif. Pria itu memilih menghindar. Serta membaca pergerakan mengenai serangan berikutnya. Memang sulit. Setidaknya dari orang-orang yang tidak punya kemampuan berupa penalaran atau sekedar bertarung semata. Memang, dari semua yang pernah dilakukan beliau, baru kali ini ada orang yang mampu mengimbangi kekuatan darinya.

Di sisi lain, Syarif tidak menyukai Jenderal Kusuma. Selain karena faktor Sejarah tentang Pemuda Pancasila itu sendiri, dia lebih cenderung menjadikan anggota Pemuda Pancasila sebagai tameng. Dia ingin sekali memberikan perhitungan padanya. Bahwa tidak semua orang memiliki kapasitas maupun loyalitas berbeda-beda.

Serangan berikutnya dilancarkan, melibatkan kedua pihak sama-sama bertanggung jawab atas perbuatan mereka sendiri. M2010 Enhanced Sniper Rifle alias ESR digandakan lagi. Kali ini, Syarif memegang senjata itu dengan penuh percaya diri. Estoc dikeluarkan, bersiap menyerang Jenderal Kusuma. Serangan dari dua arah, disertai sebuah tendangan dari belakang. Mampu memukul mundur Kusuma. Namun anehnya, beliau menerima serangan Syarif. Dan menargetkan ke leher sebelah kiri. Tapi estoc milik Syarif menangkis serangan Jenderal Kusuma. M2010 Enhanced Sniper Rifle alias ESR ditembakkan.

Tepat mengenai pinggang Jenderal Kusuma, sebuah [Barrier] muncul dari sana. Seketika, Syarif dibuat terkejut dengan sihir beliau. [Barrier] mirip sebuah piring berukuran raksasa.

"Sepertinya, membunuh orang itu tidaklah semudah yang kukira."

~o0o~

Jenderal Kusuma menyadari dunia sekarang tidak seperti dulu. Banser dan Pemuda Pancasila yang dia bentuk memiliki kelemahan sangat fatal. Yaitu tidak adanya regenerasi pemuda untuk menopang hidup. Karena beliau sadar, usia mereka sudah memasuki melewati masa produktif. Bukan tidak mungkin, kehilangan satu prajurit berharga itu memiliki kesetaraan dengan seratus hingga seribu prajurit. Saking main aman, Jenderal Kusuma membatasi orang-orang yang mau daftar Pemuda Pancasila dan Banser. Akibatnya, mereka tidak memiliki skuad muda untuk masa mendatang.

Syarif's Side StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang