26. Rahasia di Bawah Tanah

34 8 0
                                    

Mitos kesepuluh: Selain kekuatan fisik, banyak legenda dan literatur yang menyebutkan bahwa vampir memiliki indra yang lebih peka daripada manusia biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mitos kesepuluh: Selain kekuatan fisik, banyak legenda dan literatur yang menyebutkan bahwa vampir memiliki indra yang lebih peka daripada manusia biasa. Penciuman dan pendengaran yang tajam membuat mereka mampu mendeteksi aroma darah dan keberadaan mangsa dari jarak jauh.

~ 🥀🥀🥀 ~

Jauh di dalam jantung East Avenue, tersimpan sebuah area yang dihindari masyarakat beradab. Area tersebut dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi, sisa-sisa sebuah benteng dari abad pertengahan. Di dalamnya, rumah-rumah semi permanen berjejal-jejal bagaikan ikan dalam keranjang nelayan. Di sanalah para begal dan maling menyembunyikan hasil curian mereka, para pelacur kelas rendah tinggal menetap, serta para pencandu opium berkumpul. Ke sanalah Petugas O'Neill mengajak sang inspektur. Keduanya berpakaian preman, mengubah gaya rambut, dan berusaha sebisa mungkin agar tidak dikenali orang.

"Jujur saja, Sir, aku akan sangat rela apabila si pembunuh itu membunuhi para bajingan di sini alih-alih menyasar anak-anak tak berdosa," bisik O'Neill pada Davenport. "Mengapa ia tidak melakukannya? Kukira ia membenci masyarakat kelas bawah."

"Kau harus tahu bahwa banyak sekali orang di sini yang bekerja sebagai preman bayaran untuk orang-orang kaya saat sengketa tanah Rathcliffe Valley terjadi. Bahkan, sampai sekarang, kudengar masih banyak preman yang memeras para pedagang di pasar," sahut Davenport tenang. "Ngomong-ngomong, terima kasih telah mengingatkanku kepada tempat ini. Betapa pun marahnya para warga di pasar, mereka tetap tidak berani menginjakkan kaki di sini."

"Ada beberapa rumah yang menyediakan kamar kontrakan di sini, Sir. Kita bisa mencari satu-persatu, tetapi kemungkinan akan makan banyak waktu. Sebaiknya kita mulai dari mana?" Petugas O'Neill berujar lagi. "Apakah sebaiknya kita mulai dari yang paling terpencil?"

"Tidak. Mari mulai dari yang paling ramai. Pemilik rumah-rumah kontrakan terpencil cenderung curiga pada orang-orang yang tidak mereka kenal, kalau-kalau orang-orang itu adalah mata-mata polisi, tetapi rumah kontrakan yang ramai takkan peduli pada orang yang keluar masuk asalkan mereka membayar," jawab sang inspektur. "Bagaimanapun juga, Viktor adalah orang dari luar lingkungan ini. Ia belum lama kembali ke Inggris."

Petugas O'Neill mengangguk setuju. Maka, kedua polisi itu melangkah ke beranda sebuah rumah besar berlantai dua. Beberapa orang duduk-duduk sambil mengisap pipa tembakau di tangga beranda. Cat putih di dinding rumah itu sudah retak dan mengelupas di sana-sini, menampakkan dinding bata yang kusam. Grafitti tidak senonoh dan noda hitam asap pabrik menambah kesan kumuh bangunan itu. Pakaian-pakaian yang dijemur melambai-lambai dari pagar balkon lantai dua. Davenport sudah sering melihat rumah-rumah kumuh, tetapi ia berpendapat bahwa rumah ini adalah salah satu yang terburuk. Plafonnya penuh tambalan, tahi tikus berserakan di sudut-sudut ruangan, dan bau pesing senantiasa menyengat.

Sebuah bel tergantung di atas pintu. Tulisannya, "Tamu diharap membunyikan bel". Segera setelah sang inspektur membunyikan bel, keluarlah seorang wanita tua gemuk dari dapur. Ia mengenakan gaun belacu polos serta celemek tebal. Samar-samar, Davenport mencium aroma daging panggang darinya. Rambutnya yang putih dan keriting mengingatkan Davenport pada seekor domba, tetapi wanita itu jelas tidak bisa disamakan dengan seekor domba. Sosok itu kecil dan licik bagaikan rubah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Into the ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang