11 - Dampak?
-Inggris, London-
Canggung menyelimuti diri seorang Sylvester. Sedari tadi sejak Sylvester memasuki ruang makan yang telah di huni oleh banyak orang untuk melaksanakan makan pagi alias sarapan guna mengawali semua kegiatan hari ini.
Lauriel yang menyadari tersenyum tipis, ia mulai hendak bertanya pada Sylvester yang sedari berpisah dengan Miguel yang duduk di seberang mereka Sylvester bergerak gelisah di tempat duduknya.
"Cute boy, mau selai coklat?" tanya Lauriel. Sylvester mengangguk pelan, ia menerima roti selai coklat yang di sodorkan oleh Lauriel. Sylvester menikmati sarapannya saat suara bariton Fransisco menginterupsi untuk memulai sarapan.
"Kalau sudah selesai makan roti, diminum susu coklatnya."
Lagi-lagi Sylvester hanya mengangguk pelan sebagai tanggapan. Lauriel yang tak punya alasan lagi untuk berbicara, ia mulai memakan sarapannya.
Sylvester duduk di antara Eleander dan Lauriel. Di kursi seberang ada Margareta, Theodore, Miguel dan satu pria lagi. Sepertinya ia adalah putra Theodore. Sedangkan Fransisco duduk di bangku kepala keluarga.
"Kak, di sebelah kak Miguel ada siapa?" Sylvester berbisik pada Eleander. Eleander menoleh, ia lalu sedikit menunduk untuk berbisik kembali kepada sang adik.
"Dia putra pertama Daddy, Marcellus Dimitri namanya," bisik Eleander. Sylvester mengangguk mengerti, ia melanjutkan makan rotinya hingga tandas.
Marcellus Dimitri, putra pertama Theodore. Miguel Dimitri, putra kedua Theodore. Sylvester akan mengingat nama-nama itu. Tapi dirinya sedikit bingung karena tidak melihat atensi sang ayah dan kakak pertamanya. Dimana mereka berdua?
"Ayah dan kak El pergi."
Seakan menjawab pertanyaan tak terlihat Sylvester, Eleander menjawab pelan.
Sebenarnya Eleander tadi melihat kernyitan dari adiknya setelah selesai menandaskan sarapannya. Jadi dirinya berasumsi bahwa Sylvester mengernyit karena tidak melihat atensi ayah dan sang kakak pertama.
"Mereka akan kembali saat hari mulai gelap," lanjutnya lagi sedikit berbisik. Eleander terkekeh kala Sylvester melotot lucu kearahnya.
"Kak Lea cenayang ya?" tuduh tak berdasar Sylvester. Eleander menggeleng, tapi Sylvester tidak percaya.
Sylvester sangat yakin kalau kakak keduanya itu cenayang!
-*.✧Sylvester✧.*-
"Cute boy."
Sylvester mengusap tengkuknya. Panggilan sayang dari Lauriel membuat dirinya masih belum terbiasa sampai sekarang, tapi dirinya memilih diam.
"Mau yang mana?"
Pertanyaan Lauriel tertuju pada rasa cookies yang akan di berikannya. Sylvester menunjuk cookies keju di hadapannya. Lauriel langsung menyuapi anak itu dengan cookies keju.
Setelah selesai sarapan, Sylvester langsung di ajak-seret-oleh Lauriel menuju ruang santai. Ruang yang terdiri dari kolam indoor, ayunan, kursi santai itu Sylvester masuki. Mereka berdua duduk di kursi santai dengan berbagai cookies di hadapannya. Lauriel yang menyuruh pelayan untuk menyajikannya.
"Hm...." Melupakan hal tadi, Sylvester mulai menikmati cookies kejunya. Semburat merah terlukis di air mukanya. Lauriel yang gemas mencubit pelan pipinya. Sylvester tidak terganggu, ia lebih fokus pada cookies nya.
"Cute boy mau minum?" tawar Lauriel. Sylvester menggeleng, dirinya masih ingin menikmati cookies kejunya.
"Cute boy benar-benar berbeda dari dulu."
Sylvester menghentikan kunyahannya, ia menatap Lauriel yang mengelus pipinya sambil tersenyum lembut.
"Beda banget ya mom?" tanyanya lalu melanjutkan kunyahannya. Lauriel mengangguk, ia menenggak anggun jus jeruk segar miliknya.
"Cute boy dulu enggan berdekatan dengan mommy, menatap pun tidak." Lauriel menyandarkan dirinya di punggung kursi. Ia duduk bertumpu kaki kirinya.
"Cute boy selalu menunduk, selalu menjauh saat mommy mendekat."
Sylvester mengambil lagi satu cookies dan memakannya sambil mendengarkan Lauriel berbicara di sampingnya.
"Mommy merasa sedih karena cute boy tidak senang bersama mommy dan keluarga lainnya."
"Tapi sekarang, mommy senang karena cute boy mau dan senang bersama mommy. Cute boy juga tidak menghindar saat mommy ajak ke sana sini."
"Terimakasih ya, cute boy" Lauriel mengelus lagi pipi Sylvester, ia mengusap sudut mulut Sylvester yang ada remahan cookies. Senyum serta binar di kedua netra hijau gelap itu terlukis indah di wajah cantiknya.
Sylvester mengerjap pelan.
Ernest tidak menyangka, kedatangan jiwa tersesat dirinya di raga ini membawa dampak besar di sekelilingnya. Apalagi dampak pada semua orang di sini. Tapi perasaan lain masih nyaman berdiam diri di dalam dirinya.
✿✿✿Bersambung....
Rengkuh hangat dari dunia fantasi....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sylvester [Tamat]
FanfictionKisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu bata saat dirinya sedang mengendarai mobilnya menuju rumah kecil miliknya. Kala Ernest mengharap kema...