-*⁠.⁠✧13 - Menyenangkan✧.*-

16.8K 1.4K 1
                                    

13 - Menyenangkan

Seorang pria sedang mengetik keyboard laptop. Tangannya dengan lihai terus mengetik hingga menimbulkan suara yang terdengar lirih, tapi keras.

Secangkir kopi hangat ia hiraukan, lebih memilih ketikan pada keyboard laptopnya. Seluruh tubuhnya terasa hangat, mungkin karena pechka yang masih memiliki bara api di depannya. Seluruh ruangan terisi dengan rak buku. Ada tiga dinding penuh rak buku salah satunya tempat keluar masuk perpustakaan dan hanya satu dinding yang terisi dengan pechka.

'Tak

'Tak

'Tak

Hanya ada suara ketikan keyboard dan gemelatuk pechka di perpustakaan mini tersebut. Selebihnya hanya keheningan memuakkan bagi Marcellus. Marcellus, pria itu duduk di sofa panjang berhadapkan pechka panas yang menghangatkan seluruh ruang perpustakaan.

Dingin karena musim dingin, telah tergantikan olehnya. Tak lama kepala menyembul dari pintu yang sedikit terbuka. Atensi itu menyipitkan kedua netranya, sedang mencari atensi yang dicarinya.

Sylvester hanya melihat punggung seseorang di perpustakaan. Punggung itu memakai kemeja putih dan duduk di sofa panjang empuk, berhadapan dengan pechka. Batinnya seakan bertanya ;

'Itu kak Marcellus kan?'

Ragu menguasai dirinya. Keningnya mengkerut memikirkan akan menghampiri atau tidak. Karena jika tidak menghampiri, dirinya tidak akan bisa keluar dan bermain salju. Sylvester menggerutu lirih, merasa sangat bimbang.

"Ada apa, Sylvester?"

Dengan cepat tubuh Sylvester mematung, menatap kedua manik Marcellus yang berbalik padanya. Ternyata Marcellus menyadari atensi dirinya.

Marcellus sedari tadi sudah menyadari atensi Sylvester yang berada di ambang pintu yang membelakanginya. Merasa lucu saat mendengar gerutuan Sylvester. Lalu dirinya menoleh ke belakang, dan kedua netra merahnya langsung bersitatap dengan netra biru sang adik sepupunya.

"Em...." Sylvester menghampiri. Ia duduk di hadapan Marcellus dengan ragu saat Marcellus menyuruhnya untuk duduk di sofa seberangnya. Hangat pechka yang pertama kali menghampiri tubuhnya, yang kedua adalah tatapan netra Marcellus yang meminta penjelasan.

"Mengapa menghampiri?" Tatapan Marcellus terputus, ia gantian menatap layar laptop. Sylvester memainkan ujung lengan sweater nya, mulutnya terasa kelu untuk sekedar berbicara. Tapi dengan keberanian dirinya pun berbicara ;

"Mau keluar," jelas Sylvester. Marcellus mendengarkan, ia menatap Sylvester. "Tapi kata mommy harus bersama seseorang, jadi... Kak Marcellus mau..?"

Marcellus merenung sebentar, tapi tak lama dirinya menutup layar laptop dan bangkit dari duduknya.

"Baiklah, tapi harus berpakaian hangat dulu."

Kedua netra Sylvester berbinar, ia dengan cepat berdiri dan langsung pergi ke kamar guna memakai pakaian hangat. Marcellus hanya menggeleng pelan melihat tingkah lucu anak itu.

Dirinya pun pergi ke kamarnya untuk memakai pakaian hangat.

-*.✧Sylvester✧.*-

"Woah...." Mulutnya lagi-lagi menganga lucu, binar di kedua netranya langsung terlukis. Semburat merah di pipinya antara dingin atau senang saat salju putih mendarat di telapak tangannya. Dingin dari air salju terasa, Sylvester tersenyum merekah.

Dirinya berlari ke sana kemari, membuat bola salju untuk di tumpuk dan menjadi boneka salju pertamanya. Marcellus hanya mematung, ia berdiri di dekat anak itu yang sedang membuat boneka salju.

Mereka berdua telah selesai memakai pakaian hangat. Sylvester memakai jaket musim dingin dan syal warna cream. Marcellus memakai coat hitam. Mereka berdua berada di taman depan mansion sekarang.

Marcellus mengamati Sylvester. Terlihat indah di dalam kedua netranya.

Surai Sylvester berwarna putih keperakan. Kulitnya sangat putih bagai porselen, di tambah dengan kedua manik biru esnya. Apalagi semburat merah di pipinya. Tawa yang bagaikan candu terlontarkan dengan lirih olehnya.

Pemandangan itu sangat itu indah hingga tanpa di sadari Marcellus menarik kedua sudut bibirnya. Kekehan kecil dirinya lontarkan, perutnya terasa tergelitik. Tapi beberapa menit dirinya langsung sadar, tangan yang semula berada di saku coat menutup wajahnya. Kedua netranya terlihat terkejut.

Astaga, dirinya tak menyangka akan terkekeh hanya karena pemandangan di hadapannya. Tangannya ia masukkan kembali ke dalam saku coat, Marcellus lalu melangkah ke arah Sylvester yang berjongkok dan menyusun salju. Marcellus ikut berjongkok, ia menjajarkan tingginya dengan Sylvester.

"Eh, kenapa kak?" tanya Sylvester saat melihat Marcellus yang tiba-tiba mendekat. Marcellus hanya menggeleng sebagai jawaban, ia lalu membetulkan syal yang hampir terlepas.

Syal itu ia bentuk layaknya pita dan mengeratkan nya, tapi tidak sampai membuat Sylvester merasa tercekik. Setelah kesekian detik Marcellus mengusak puncuk surai Sylvester dan bangkit dari sana.

Sylvester hanya cengo karena tindakan Marcellus yang terkesan tiba-tiba, tapi tak ayal dirinya menghiraukan dan lebih terfokus pada boneka salju pertamanya.

Sudah selesai!

✿✿✿Bersambung....

Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu! (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang