-*⁠.⁠✧16 - Bajingan✧.*-

15.9K 1.2K 8
                                    

16 - Bajingan

"Grandpa, kita harus memanggil dokter," ujar Miguel. Dirinya selesai menceritakan soal kejadian Sylvester pada seluruh anggota keluarga. Eleander merasa bersalah, karena dirinya telah meninggalkan adiknya sendiri di kamarnya.

"Apalagi, sesaat Sylvester mengalami henti nafas," lanjutnya. Ruang tengah terasa suram setelah penjelasan dari Miguel.

"Baiklah, grandpa akan memanggil Louis untuk kesini." Fransisco mengiyakan ujaran Miguel.

Louis, dokter terpercaya dan dokter yang setia kepada Dimitri. Louis memiliki sumpah, ia akan melayani Dimitri tanpa adanya penghianatan.

"Aku akan pergi menemui Syl." Margareta langsung berlalu saat menerima anggukan dari sang suami.

Theodore dan Marcellus juga mengikuti di belakangnya. Hanya tersisa Damien, Danielo dan Eleander serta Fransisco di sana. Fransisco yang menyuruh mereka untuk tetap berada di sana.

"Kalian sudah tahu kan, apa kesalahan kalian." Suara bariton yang dingin dan datar memasuki Indra pendengaran Damien. Damien mengangguk, Daniel dan Eleander mengangguk kaku karena aura yang dikeluarkan oleh Fransisco sangatlah terasa sangat dominan.

'Klik

Fransisco menggunakan pemotong cerutu, setelahnya ia menghisap dalam cerutunya. Auranya menjadi semakin dominan, rasanya leher Eleander terasa tercekik secara tak kasat mata. Damien dan Danielo juga merasakan perasaan yang sama.

Fransisco berdiri, cerutunya masih ia genggam erat di antara jemarinya. Ia berucap ;

"Aku akan menunjukkan rasa sakit pada kalian."

-*.✧Sylvester✧.*-

"Tuan kecil mengalami stres ringan, hal itu di sebabkan karena pemikiran yang berat atau rasa takut. Sehingga dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan mimpi buruk berkepanjangan."

Louis menjelaskan secara hati-hati kondisi terkait dengan Sylvester. Dirinya telah melakukan beberapa pemeriksaan kesehatan ringan pada Sylvester. Semua orang di ruangan tersebut mendengarkan dengan seksama ucapan Louis.

A/N : Penjelasan Louis aku ngarang ye, namanya juga fiksi :v

"Hal yang perlu di lakukan adalah menghilangkan pemikiran-pemikiran yang berat tersebut untuk memperbaiki pola pikirnya."

Margareta, Theodore, Marcellus, dan Miguel mengangguk mengerti. Louis pamit undur diri setelahnya.

"Hah... Ini semua salah bajingan itu."

Theodore mengangguk dalam diam atas ucapan sang ibu. Semua orang tentu tahu, siapa 'bajingan' yang Margareta maksud.

"Intinya, aku akan menjauhkan Syl darinya," tungkas Margareta dan berlalu pergi.

Margareta pergi ke kamar Sylvester tempat di mana cucu kesayangannya itu berada. Sylvester telah di pindahkan dari kamar Eleander, makanya Sylvester sekarang berada di kamarnya sendiri.

Theodore, Marcellus dan Miguel juga mengikutinya lagi. Mereka benar-benar seperti anak ayam yang selalu mengikuti induknya.

"Riel."

Lauriel yang masih mengusap surai Sylvester yang sudah terlelap nyenyak di sampingnya menoleh, ia menoleh pada Margareta yang memanggilnya dari ambang pintu. Lauriel mengangguk, Margareta mendekat.

"Ma, cute boy terlihat sang lucu bahkan saat terlelap sekalipun." Lauriel duduk di pinggir kasur, ia mengusap sayang surai Sylvester.

"Ya, aku tahu Riel, aku tahu." Margareta menggenggam lembut tangan Sylvester, ia mengelusnya, sebagaimana kasih sayang seorang nenek.

"Aku takut ma, saat tidak ada deru nafas terdengar dari cute boy tadi."

Apa yang dikatakan Lauriel memanglah kenyataan. Lauriel begitu takut kehilangan, kehilangan Sylvester. Sosok yang menjadi tanggung jawabnya.

Dirinya telah berjanji dan bersumpah kepada Selentia. Selentia Everlyn, wanita yang baik dan penuh kasih sayang. Selain itu, Sylvester juga telah mengisi kekosongan yang telah lama kosong di hatinya. Dirinya telah bersumpah.

Para lelaki hanya diam di ambang pintu, satu ayah dan dua anak itu diam mematung dengan pikirannya. Margareta yang peka pun mulai berbicara pada lelaki itu.

"Theo, Arce, Maig. Grandma tahu kekesalan kalian, tapi ingatlah bahwa mereka tetaplah seorang Dimitri." Tanpa menoleh sedikitpun, Margareta berbicara. Miguel berdecak, Marcellus mendengus, Theodore mengangguk. Mereka lalu memasuki kamar tersebut.

✿✿✿Bersambung....

Wooooooooooooo(apaan dah, gaje (⁠⌐⁠■⁠-⁠■⁠)

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang