6

23 10 0
                                    

Happy Reading - ̗̀꒰ᐢ • ˕ • ᐢ꒱  ̖́-

Hening.

Satu kata yang menggambarkan situasi sekarang. Mereka berdua tidak ada yang memulai percakapan lagi dan tidak ada pula yang berinisiatif untuk memulai percakapan.

Canggung sekaligus bingung harus bagaimana. Padahal dua sejoli ini sudah saling mengenal sejak lama, tapi atmosfer kali ini terasa berbeda. Seakan akan memang tidak mendukung untuk banyak mengobrol dikondisi seperti sekarang.

Posisinya masih sama seperti tadi, Narsha berdiri di samping brankar Axio.

"Sha." Axio mengalah, dia memutuskan untuk mengeluarkan suara.

"Apa?" tanya Narsha dengan nada kesalnya.

"Udah jangan marah."

"Siapa yang marah? Gue gak marah. Gue cuman kesel aja sama lo."

"Sama aja," balas Axio.

"Kesel sama marah tuh beda Yooo," ucap Narsha.

"Sama."

"Bedaa tauuu. Kesel itu belum tentu marah, tapi kalau yang marah udah pasti melewati perasaan kesel," jelas Narsha.

"Sama aja," keukeuh Axio.

"BEDAAAA."

"Sama."

Kedua sejoli itu terus berdebat, sampai akhirnya perdebatan mereka terhenti karena ada dua orang yang memasuki ruangan yang mereka tempati saat ini.

"Pelan pelan Bim. Kaki gue sakit woi," keluh Aresh.

"Lagian salah sendiri pake sok sok-an ikutan main bola. Udah tau sepatu lo itu licin kalau di pake olahraga," jawab lawan bicara Aresh.

"Iyaa gue yang salah.Tapi PELANN PELAN WOI KAKI GUE SAKIT AELAH."

"Diem! Telinga gue sakit denger lo teriak!"

Bima memapah Aresh menuju brankar. "Makanya bego jangan lo pelihara," sarkas Bima.

Bima Arfa Gardapati, dia adalah salah satu dari kedua sahabat Aresh. Bima juga termasuk Playboy Kelas Kakap. Tapi bedanya, Bima ini Playboy jarang bermodal, karena dia tipe orang yang hidup sederhana jadi pilih pilih kalau memakai uangnya.

"Sha dimana kotak P3K?" tanya Bima.

"Ini disini," jawab Narsha yang memberikan kotak P3K yang berada disebelahnya.

Bima mengambil kotak tersebut, lalu langsung mengambil benda benda yang diperlukannya untuk mengobati luka temannya itu. Dengan gerak gerik kasar, Bima meneteskan alhokol pemebersih ke kapas.

Jujur Aresh agak ngeri liat Bima meneteskan alhokol ke kapas, baginya terlihat seperti psikopat yang ingin membunuhnya.

Baru juga Bima akan membersikan luka Aresh, tiba tiba dihentikan oleh sang empu. "Bim mendingan jangan sama lo deh ngobatin luka gue," tawar Aresh.

"Diem gak usah banyak cingcong!"

"Buset galak bener bang," balas Aresh

Dua sejoli tadi masih memperhatikan dua upin ipin yang sedang berdebat ini.

Bima pun membersihkan luka Aresh dengan kapas yang sudah dibasahi itu. Dia dengan suka rela mengobati Aresh meskipun sebenarnya dirinya sangat jengkel sekali dengan kelakuan temannya ini yang keras kepala, alhasil temannya ini kena karma karena ulahnya.

Aresh terus saja meringis kesakitan beserta dengan wajah yang sangat mendalami, menurutnya Bima membersihkan lukanya sangat sadis. Padahal Bima mengobatinya biasa biasa saja, hanya dia nya saja yang terlalu mendramatisir.

Narsha AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang