9

13 7 2
                                    

Happy Reading - ̗̀꒰ᐢ • ˕ • ᐢ꒱ ̖́-

Hening. Tidak ada pembicaraan dari mereka berdua sepanjang perjalanan, entah apa yang mereka pikirkan sampai-sampai tidak ada satu kata pun yang keluar.

Aresh dan Narsha turun dari mobil.

Narsha turun dengan kupluk hoodie yang sudah terlepas dari pucuk kepalanya, dan berbagai pertanyaan di otaknya, disertai dengan rasa kesal yang bergandengan dengan sedikit emosi.

Sejujurnya, Narsha sangat ingin menanyakan apa tujuan lelaki itu memintanya untuk ditemani. "Kenapa gak minta anter temen-temennya aja? Kenapa harus minta anter ke gue? Masalahnya gue takut keliatan salting brutal karena deketan sama diaaaaaa," batin Narsha.

"Tau ah bodo amat! Gue udah terlanjur kesel gara-gara nungguin dia berjam-jam. Minimal ngasih tau kek jemputnya jam berapa, biar gue gak kelamaan nunggu!! Dasar ngeselin! Untung sayang, kalau enggak udah gue gampar tuh muka," lanjut batin Narsha dengan perasaan kesalnya.

Aresh menghampiri Narsha yang masih berdiam melamun di samping pintu mobil. "Sha, sorry ya gue tadi lupa ngasih tau lo berangkat nya jam berapa, soalnya tadi hp gue lowbat," ucap Aresh meminta maaf.

"Lah kok? Bisa pas gitu? Apa jangan-jangan Aresh bisa denger omongan gue di hati? Gak mungkin gak mungkin," batin Narsha. "Gapapa kok santai aja," balas Narsha.

"Btw, tumben ngajak gue ke mall?" Narsha bertanya balik.

"Oh iya gue belom bilang ya? Jadi, sebenernya gue mau minta tolong sama lo."

"Minta tolong apa?"

"Jadi, kakak gue kak Ica bentar lagi ulang tahun. Gue minta tolong sama lo buat bantuin cariin kado yang cocok buat dia, boleh kan?"

"Eh? Kak Ica kapan ulang tahunnya?" Narsha malah bertanya.

"3 hari lagi Sha, makanya gue minta tolong buat bantu pilihin kado. Mau kan bantuin gue?"

"Ya udah ayo, sekalian gue juga mau beli kado buat kak Ica," Narsha meng-iyakan. Dirinya pun melangkahkan kakinya untuk berjalan.

Tetapi...

Grap. Aresh menarik kupluk hoodie Narsha.

Sang empu yang tertarik itu hampir saja terjengkang, untung saja Narsha memiliki reflek yang bagus jadi bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Bareng Sha, masa gue ditinggal," ucap Aresh. Aresh menarik tangan kiri Narsha, lalu ia genggam tangan itu menggunakan tangan kanannya. "Nahh gini baru bener."

Narsha terkejut dengan perlakuan Aresh. "Eh?" Hanya satu kata yang bisa dirinya ucapkan.

"Takut ilang, soalnya badan lo pendek, kalau ilang ga keliatan."

Entah harus mengekspresikan salting atau kesal mendengar penuturan Aresh, yang jelas keadaan Narsha sekarang mematung, masih mencerna apa yang terjadi beberapa detik yang lalu.

"Ayo," ajak Aresh.

"I-iya ayo," jawab Narsha dengan gugup.

Aresh dan Narsha memasuki mall. Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih, tapi sayangnya mereka berdua bukan sepasang kekasih, bahkan status aja mereka tidak punya. Ralat, mereka punya status, yaitu HTS Hubungan Teman Saja (ups). Candaaa wkwk.

Mereka berdua berjalan menuju lantai tiga, ke bagian khusus untuk perempuan, dari barang untuk umur 12 bulan sampai umur lansia pun ada, lengkap pokonya.

Narsha memasuki salah satu toko yang dia pilih, tak lupa dengan Aresh yang setia masih menggenggam tangannya.

"Selamat datang di toko kami!" ucap dua orang kasir.

Narsha AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang