1. Kabur

1.2K 97 12
                                    

Riku pulang dengan keadaan yang berantakan, baju yang dikeluarkan dari celananya, tali sepatu yang tidak diikat dan wajah yang masam. Sesampainya ia di rumah, seperti biasa ia dapat mendengar kedua orang tuanya ribut di dapur dari luar. Riku tidak tahan, ia memutuskan untuk tidak lagi pulang ke rumah ini. Karena apa? Riku sudah tidak sanggup lagi menghadapi kedua orang tuanya yang tak pernah akur itu.

Sepanjang jalan tak tentu arah, Riku menangis dalam diam. Merasakan sakit akan pergi dari kedua orang tuanya. Namun, apa boleh buat. Ia menendang kerikil-kerikil kecil, berusaha mengalihkan pikiran akan ribut tadi.

Gerimis mulai merintik, Riku yang lelah pun terduduk di sisi trotoar di dekat semak-semak. Ia duduk dan menunduk dalam, berusaha meredam tangisan pilunya.

Tak lama, ia merasakan ada yang menyentuh bahunya dengan lembut. Mengelusnya dengan pelan. Riku mendongak, dan mendapati seorang pria berkacamata-berpakaian rapi-sedang menatapnya dengan iba. "Kamu... menggigil. Jangan di sini, dingin." Tutur pria itu pelan.

Riku kembali menangis sejadi-jadinya, tak pernah ia merasa diperhatikan seperti itu oleh keluarganya. Kedua pipinya berlinang air mata tanpa henti, membuat pria itu panik tak karuan.

"Ehh... udah-udah. Jangan menangis ya? Saya ada di sini. Kemari," Pintanya sambil merentangkan tangan, "tidak apa-apa. Sini."

Riku menuruti apa kata pria itu, lalu memeluknya erat menyalurkan sedih yang tengah ia rasakan. Yang ia rasakan hanya elusan menenangkan di punggungnya yang bergetar, juga sejumlah kata penenang yang tak pernah ia dapatkan dari siapapun.

"Ssshhh... ada saya di sini. Tenang." Ucapnya berkali-kali agar tangis Riku mereda. Merasa hujan semakin deras dan tidak enak berada di pinggir jalan ini, ia berinisiatif menggendong Riku lalu membawanya ke dalam mobilnya. Ia akan membawa Riku ke rumahnya, setidaknya untuk meneduh walau sementara.

• • •

Di rumahnya, ia membawa Riku untuk duduk di ruang tamu. Lalu pria itu pergi ke dapur dan segera membuat teh hangat untuk Riku.

Di dalam hati Riku, ia merasa sangat tenang berada di dekatnya. Ada ketenangan tersendiri baginya. Riku merasa bahwa ada yang spesial dari pria tadi tetapi ia masih ragu.

Tak lama, pria itu datang membawa secangkir teh hangat. Lalu memberikannya kepada Riku. Riku yang menggigil pun menerimanya dan langsung menikmatinya.

"Saya Jaehee. Kim Jaehee. Kamu...?" Tanya Jaehee sambil menatap Riku.

Riku menatap balik Jaehee lalu menaruh cangkirnya di meja situ. ".... Riku. Aku Riku." Tuturnya setengah berbisik.

"Riku, rumah kamu dimana? Kamu ingat?" Tanya Jaehee.

Riku terdiam, tidak ingin menjawab.

Beruntung, Jaehee orang yang tidak suka bertanya lebih. "Eumm... kamu bisa tidur di kamar saya, sementara." Tutur Jaehee jelas.

Suasana di antara mereka canggung, dan tanpa mereka ketahui, masing-masing sedang mempertanyakan perasaan yang sama.

to be continued...

To Me, To You Too | JAERI AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang