4. Plot Twist

863 69 25
                                    

Cahaya terik matahari menelisik masuk melewati sela-sela gorden, mengganggu tidur dua insan yang sedang bergelut di balik selimut. Riku yang tertidur pulas di atas dada bidang Jaehee pun terbangun, mendapati dirinya dan Jaehee yang semalaman telanjang dada.

Riku terdiam sejenak, lalu berusaha mendekati wajah tampan Jaehee yang sedang terlelap. Ia mengecup sekilas bibir Jaehee, membuat yang punya langsung terbangun. "Bangun, Kakaa." Sambut Riku yang dibalas kekehan kecil dari Jaehee.

"Selamat pagi, Riku." Sapa Jaehee balik lalu kembali bergelung dalam selimut.

Tiba-tiba kedua alis Riku menukik tajam, "J-jangan panggil Riku! Aku Dede Yiku, Kakaa." serunya sambil menepuk pelan perut Jaehee yang masih terbalut selimut.

Jaehee tertawa renyah, "Iyaaa iyaaa, Dede Yiku." jawabnya sambil menahan kegemasan ini.

Tak disangka, terdengar suara seperti perut yang bergemuruh lapar. Keduanya langsung tahu, bahwa suaranya datang dari perut kecil Riku. Membuatnya tersipu malu sambil memegangi perutnya.

Jaehee tak bisa menahan senyumnya, "Kamu lapar ya? Yaudah kamu mandi dulu sana, biar saya bikinin kamu sarapan." ucapnya bangkit dari kasur. Ia mengambil ponselnya, juga kaos dari dalam lemari, lalu meninggalkan Riku di kamarnya.

Riku menurut, ia langsung pergi ke kamar mandi dan melakukan kegiatannya.

• • •

Jaehee pergi ke dapur, hendak membuat sarapan untuk Riku namun dering ponselnya membuatnya terhenti sebentar. Terpampang nama 'Bunda Riku' menelponnya saat ini. Jaehee mengintip ke kamarnya sebentar, lagi mandi, batinnya. Ia langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, Nak Jaehee?" Tanyanya dari seberang.

"Halo, iya ada apa Tante?" Balas Jaehee setengah berbisik.

"Ah, panggil Bunda aja dibilangin... Udah ketemu Riku, Nak? Maaf, Bunda mendadak banget suruh kamu buat cari Riku kemarin. Bunda ada masalah di rumah, makanya anaknya pergi begitu aja ga pulang ke rumah! Bunda khawatir tau!" Jelas Bunda Riku kepada Jaehee.

Jaehee menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Iya, Bunda. Tidak apa-apa, Bunda. Riku aman sama saya, kok." jawabnya dengan senyum-walau tidak akan terlihat oleh Bunda Riku.

"Ya sudah, Bunda titip dia ya Nak? Kalo belum mau pulang, biar dia sama kamu dulu ya?" Pinta Bunda Riku cepat.

Jaehee mengintip lagi ke kamarnya, belum ada tanda-tanda Riku akan keluar. "Bunda maaf, Bunda belum bilang ke Riku kalo selama ini Jaehee yang jagain Riku kemana-mana?" Tanyanya penasaran.

"Belum, Nak. Dia ga ngenalin kamu kan?" Tanya Bunda Riku.

"Ga, Bunda. Tapi saya kurang nyaman kalo Riku terus-terusan tidak tau kalo selama ini dia diikuti dan dijagain sama saya. Kapan saya bisa bongkar rahasia ini, Bunda?" Tanya Jaehee gelisah.

Terdengar helaan napas dari seberang sana, "Ya sudah. Kamu boleh kasih tau dia kalo selama ini dia selalu dalam pantauan kita. Tapi nanti, menunggu waktu yang pas saja. Terima kasih ya, Nak Jaehee. Bunda titip dia." tuturnya lemah lembut.

Jaehee mengangguk pasti, "Siap, Bunda. Jaehee izin tutup ya?" pinta Jaehee lalu mematikan panggilan itu.

Sebenarnya, Jaehee sudah berhubungan dengan keluarga Riku sejak beberapa tahun lalu. Pertemuan awalnya adalah ketika Bunda Riku tidak sengaja melihat Jaehee ditindas dan diganggu oleh anak-anak nakal saat sedang sukarela membersihkan jalanan di depan kantor Bunda Riku. Bunda Riku melihat bagaimana Jaehee tidak melawan sama sekali saat setiap harinya ia ditindas oleh mereka.

Namun ketika suatu hari ada yang sengaja mengotori kantor Bunda Riku, Jaehee memberi pelakunya nasehat juga menghajar pelaku saat pelakunya memberontak. Hal ini mengundang perhatian Bunda Riku, mengingat anaknya juga sering kali diusik dan diganggu oleh orang-orang random di jalan. Alhasil Bunda Riku merekrut Jaehee dan menjadikannya bodyguard Riku selama beberapa tahun belakangan ini.

Jaehee yang sedang melamun tiba-tiba dikejutkan dengan suara benda yang terjatuh dari dalam kamar. Ia langsung pergi ke kamar dan mendapati Riku yang sudah memakai baju sedang menatap lututnya. Lututnya terluka, berdarah-darah. Terlihat juga ada sebuah kamus tebal milik Jaehee yang tadinya berada di rak paling atas terjatuh ke lantai di dekat kaki Riku.

Jaehee panik, ia langsung menghampiri Riku. "Riku, ini kenapa? Kamu ngapain? Kenapa kamu tidak panggil saya, Riku? Lihat, lutut kamu luka. Sakit kan?" Tanya Jaehee bertubi-tubi dan segera mendudukkan Riku di kasur. Ia dengan cepat pergi keluar kamar menuju ke kotak obat di ruang tamu, mengambil alat P3K dan buru-buru kembali ke kamar.

Dengan telaten ia membersihkan luka di lutut Riku, memberinya obat merah dan menutupnya dengan plester. "Sakit kan? Jika kamu tidak bisa sesuatu, panggil saya. Nanti begini lagi gimana? Kamu mau?" Tanya Jaehee sedikit kesal, ia mengatakannya dengan tetap fokus membereskan sampah bekas plester.

Riku menyentuh pundak Jaehee, berusaha menarik perhatian Jaehee. Namun, Jaehee tetap tidak ingin melihat Riku. Membuat Riku merasa bersalah. "Kaka, Yiku minta maaf ya? Kaka, Yiku ga sengaja.. Kaka jangan marah sama Yiku ya? Kaka, Yiku minta maaf..." Tutur Riku pelan. Ia menunduk dalam, berusaha menyembunyikan mata berairnya.

Jaehee berdeham, "Iya, tidak apa-apa. Riku tidak sengaja, kan?" tanyanya lalu mendongak untuk melihat Riku. Seketika dirinya panik ketika melihat Riku terisak tanpa suara. "Riku? Astaga, Kaka tidak marah sama sekali. Riku? Astaga... kemari, kemari." Jaehee merentangkan sedikit kedua tangannya yang langsung dipeluk Riku.

Riku menenggelamkan wajah sembabnya di ceruk leher Jaehee, terisak dan merasa bersalah. "K-kakaa jangan marah Yiku y-yaa... Hiks.. Yiku minta m-maaf..." Ucap Riku terbata-bata. Tubuhnya benar-benar bergetar hebat.

Tidak bisa berbohong jika Jaehee panik setengah mati, ia mengelus lembut panggung bergetar Riku dan menenangkannya. "Udah, udah. Dede jangan nangis ya? Tidak apa-apa, Kaka tidak marah. Udah yaa? Ayo, sarapan yuk. Tadi katanya laper, ayo Dede udah..." Tutur Jaehee sambil terus menepuk punggung kecil Riku.

Riku menggeleng pelan, masih butuh waktu untuk meluapkan rasa bersalahnya. Ia mengalungkan kedua tangannya di leher Jaehee, dibalas dengan tangan Jaehee yang mengelus surai hitam lebat Riku. Keduanya tak bisa melepaskan satu sama lain, menemukan rasa aman pada diri masing-masing.

to be continued...

To Me, To You Too | JAERI AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang