Pagi pun tiba, Riku bergulat di dalam selimut dan terkejut saat tidak melihat Jaehee di sisinya. Riku melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi. Matahari sudah terlihat dari jendela kamar Jaehee, membuat Riku mau tidak mau bangun dan turun dari kasur.
Riku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka sebentar, namun dikejutkan dengan keributan dari luar. Ia pun langsung pergi keluar kamar dan mendapati wanita dan pria paruh baya sedang memarahi Sakuya. Anak itu hanya tertunduk lemas.
"Kamu berani kabur dari rumah cuma karena Mama marahin kamu?! Ga sopan banget ya kamu, Fujinaga Sakuya!Mama marahin kamu karena kamu salah! Sekarang kamu dengan entengnya menginap di rumah orang?! Malu-maluin aja kamu!" Ucap wanita itu—Mamanya Sakuya— dengan amarah yang menggebu-gebu.
Sakuya hanya menunduk, tidak berani menatap sang ibu. "Tapi Mama, bukan Sakuya yang ngelakuin... Beneran Ma, bukan Sakuya pelakunya..." Tutur Sakuya pelan.
PLAAAKKK!
Riku terkejut sekaligus panik ketika melihat pria tadi—Papanya Sakuya—menampar kencang pipi Sakuya hingga anaknya hampir terjungkal.
"Kamu berani melawan ibu kamu, hah?! Kamu berani membantah dan menolak kebenaran dari ucapan ibu kamu?! KURANG AJAR!" Bentak pria itu sambil mengangkat tangannya, hendak menampar lagi Sakuya.
Riku tidak akan membiarkan itu terjadi, ia langsung berlari cepat ke arah Sakuya dan melindungi Sakuya di balik punggungnya. Membuat dirinya yang menjadi sasaran tamparan kencang pria itu.
PLAAAKKK!
"Hhhsss... sakit..." Riku meringis menahan sakit sepelan mungkin.
Pria itu semakin marah, "Siapa kamu?! Kamu yang punya rumah ini? Hah?! Jawab!" tanyanya dengan nada yang keras.
Riku menatap tajam pria itu, "Jika iya, mengapa? Saya punya hak untuk mengusir bapak dari rumah saya. Jika bapak dan ibu hanya membuat keributan, silakan pergi." pinta Riku tegas.
"Argh, OMONG KOSONG! Anak itu harus diberi pelajaran! Menyingkir kamu!" Pria tadi melangkah maju dan hendak meraih Sakuya yang berada di belakang Riku.
Akan tetapi, Riku melangkah mundur. Melindungi Sakuya sebisa mungkin. "Pergi! Jangan sentuh dia!" Seru Riku dengan tatapan nyalang.
Wanita di sebelah pria itu terkekeh renyah, mendekati Riku hingga sisa jarak satu meter. "Hahahaaay... memangnya kamu siapa, hah?!!" Tanyanya sombong. "SAYA MAMANYA! KAMU BUKAN SIAPA-SIAPA! KAMU MEMBELANYA BERARTI KAMU HARUS TERIMA INI!!!" Seru wanita itu sambil menampar pipi Riku dengan kencang.
Riku hanya menerimanya, ia diajarkan oleh keluarganya untuk tidak melawan ras terkuat di bumi. Yaitu, emak-emak. Ia hanya diam, menahan sakit tamparan berkali-kali dari wanita itu.
Tak lama, terdengar suara barang jatuh dari pintu utama. Jaehee dan Ryo baru saja kembali dari membeli bahan makanan, seketika terdiam melihat kejadian pagi ini.
Jaehee tersulut emosi, ia segera mendekati wanita itu dan menahan tangannya untuk berhenti menampar pipi mulus Riku. "Maksudnya apa ini? Ibu siapa? Bapak siapa? Ada apa ini?" Tanyanya dengan kedua alisnya menukik tajam.
Wanita itu menepis tangannya dari cengkeraman Jaehee, menatap sinis Jaehee. "Saya Mamanya anak yang ada di belakang jalang satu itu. Mau apa kamu?!" Jelasnya dengan lantang.
Mendengar kata 'jalang' yang diperuntukkan untuk menyebut Riku, Jaehee memasang wajah datar namun penuh amarah itu. "Keluar. Sekarang." Ucapnya tegas.
Kedua orang tua itu tidak menggubris, malah menatap rendah Riku.
"SAYA BILANG KELUAR!" Perintah Jaehee menggertak mereka.
Merasa pemilik rumah sudah terlalu marah, keduanya pun pergi tanpa pamit atau permisi. Pria itu sempat-sempatnya menendang vas bunga di dekat pintu hingga terjatuh dan pecah, dan membanting keras pintu rumah Jaehee.
Jaehee mengambil napas dalam demi meredakan emosinya, seketika ia ingat dengan Riku yang tadi ditampar berkali-kali. Raut wajah Jaehee terlihat khawatir, ia berbalik badan dan mendapati Riku terdiam membeku.
Jaehee mendekati Riku, meraih tangan bergetar Riku namun ditepis pelan oleh Riku. "Dede? Kamu gapap—"
Riku langsung berbalik badan, panik melihat Sakuya yang sedang menunduk dan meneteskan air mata. Anak itu terisak, punggungnya bergetar hebat. Sungguh pedih didengarnya. "Hey, sakit ya? Ayo ceritakan masalah kamu sama mama—"
Tak disangka, Sakuya langsung memeluk erat Riku. Menangis sejadi-jadinya di pelukan Riku. Perasaannya campur aduk sekarang.
Sungguh peka, walaupun mereka tidak saling kenal Riku membalas pelukan Sakuya. Mengelus punggung bergetar Sakuya guna menenangkannya. "Udah, udah. Jangan nangis, Sakuya. Udah, ayo anak pinter harus kuat." Ucap Riku lembut.
Jaehee dan Ryo menatap Sakuya iba, mereka pergi ke pintu utama untuk membereskan kekacauan tadi.
Riku mengusap rambut hitam lebat Sakuya, merapikan sedikit anak rambutnya. "Hey," Riku menjauhkan sedikit tubuh Sakuya dan mengangkat dagu basah Sakuya, "aku ada di sini. Jaehee sama Ryo juga. Cerita, ya?" pintanya sambil membawa Sakuya ke ruang tamu.
Mereka pun duduk di sofa dengan Riku yang meminta Sakuya untuk bersandar pada bahunya. Ia mengutamakan kenyamanan Sakuya dalam bercerita. Anak itu hanya menurut, dan mulai bercerita tentang masalahnya dengan Mama dan Papa.
to be continued...
![](https://img.wattpad.com/cover/369591518-288-k648084.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
To Me, To You Too | JAERI AU
FanfictionSaat itu Riku kabur dari rumahnya, karena suatu masalah. Ia pergi tak tentu arah, hingga ia tersesat di kota orang. Sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang pria dewasa yang membawanya ke rumah orang itu. Tak disangka, Jaehee, pria itu, mengenal s...