Tubuh lunglai Adrian ditemukan di pinggir sungai. Setelah sebelumnya keberadaannya menghilang sehabis datang ke pesta pernikahan Rahma.
Kapten Tio baru menyadari kehilangan Adrian setelah keluarga menelpon menanyakannya. Fokusnya saat itu hanya mengamankan Rio dan membawanya ke kantor polisi.
Hingga dirinya melupakan seorang pasien yang datang bersamanya meski dalam keadaan yang belum bugar. Dirinya lupa jika Adrian berlari tak tentu arah ketika melihat kekasih hatinya sudah menjadi istri sah Rio Andika.
Keluarga Adrian bahkan sempat berpikir buruk jika Adrian mungkin mengakhiri hidupnya karena frustasi melihat Rahma bersanding di pelaminan.
Hingga akhirnya ditemukan pingsan oleh seorang penyabit rumput yang tak sengaja menemukannya. Kemudian membawa tuan muda pemilik peternakan itu ke peternakan miliknya.
Kondisi Adrian memburuk. Panas badannya meninggi. Dia memaksa pergi meski kondisi tubuhnya sebenarnya belum fit benar. Semua dilakukan demi mencegah pernikahan Rio dan Rahma. Sayangnya usahanya gagal total.
Apalah daya. Takdir memang berkata lain. Sekuat apapun ingin mengejar tetap saja tertinggal. Semampu apapun menggenggam akhirnya terhempas jua.
Tangis kesedihan melanda keluarga. Melihat nasib Adri yang sungguh malang. Mama Adri selalu memeluk putranya yang kondisinya memburuk.
Semangat hidup Adrian sudah hilang. Kondisi psikis membuatnya begitu turun drastis. Melemah.
"Pah, mah, jangan ada yang tahu jika Adri sakit lagi. Bisakah Adri di pindah perawatan ke luar negeri. Adri ingin jauh dari tempat ini. Ingin melupakan semuanya. Tolong rahasiakan keberadaan Adri, ya! Jangan sampai Rahma tahu kemana Adri pergi," pinta Adri sebelum akhirnya koma lagi.
Keluarga menuruti kemauan Adrian. Berpikir mungkin itu adalah keinginan terakhir darinya. Tak ada yang disalahkan. Takdir sudah tak berpihak padanya. Adri akhirnya melemah. Keluarga hanya pasrah. Berharap yang terbaik untuk putranya tercinta.
*****
Rahma mematung di depan cermin. Sesosok perempuan berambut panjang tergerai terlihat dalam pantulan cermin. Cantik. Namun, begitu pucat tiada cahaya. Itu adalah pantulan bayangannya sendiri.
Rahma menatap bayangan tanpa ekspresi. Berjuta perasaan berkecamuk di dada. Sedih, karena kehilangan suami di hari pernikahan. Juga bahagia melihat perjuangan terakhir dari Adrian.
Meski sulit dan harus menahan sakit dapat melihat Adrian tergopoh datang ingin mencegah pernikahan. Suara decitan rem paksa mobil kapten Tio terdengar oleh Rahma.
Rahma juga hancur melihat Adrian yang berlari saat melihat Rio mengecup mesra dirinya. Ingin rasanya berlari mengejar cintanya yang pergi. Namun, takdir telah memasungnya untuk diam mematung. Memilih berdiri di sisi Rio sebagai pilihan Tuhan atas jalan hidupnya.
Berdamai dengan pilihan yang tak selaras keinginan. Allah maha baik. Tahu yang terbaik. Memberi yang terbaik untuk hambanya. Maka haruskah sok tahu akan kebaikan-Nya. Menyatakan jika pilihan-Nya salah.
Tidak! Manusialah orang yang lemah tiada daya. Kadang selalu tidak mensyukuri atas nikmat Allah yang tiada terhingga lalu ketika takdir tak berpihak mengatakan jika Allah tak sayang. Nikmat mana yang kau dustakan? Percayalah jika segala ketentuan Allah maha baik untuk umatnya.
Malam ini Rahma hanya bisa pasrah, duduk bersimpuh dalam gelaran sajadah. Bersimbah air mata meminta keikhlasan hati atas pilihan Tuhan. Semoga lapang dada menerima setiap ketentuan-Nya.
Ranjang pengantin di sampingnya terlihat indah dengan dekorasi penuh bunga warna-warni. Sayang, hanya sebatas hiasan. Nyatanya ranjang itu tak terjamah. Hanya sebagai hiasan pelengkap ritual pernikahan.
*****
Mata Rio berembun. Sosok yang dinanti datang dengan membawa makanan. Bukan kata benci dan mensyukuri keadaan Rio yang terucap dari bibir sang istri.
Takjim mencium tangan dan membalas pelukan hangatnya. Membenamkan raga di dada. Rasa hangat menjalar ke seluruh tubuh. Hawa dingin ubin semalam hilang sudah.
Rio mendekap tanpa ingin melepaskan pelukan. Rahma yang canggung hanya tersenyum. Menerima jika pelukan inilah yang kini halal untuknya meski bayangan Adrian tak lekang dalam ingatan.
Kisah cinta dengan Adrian bukan gaya pacaran jaman sekarang. Saling memendam tanpa pernah saling menyentuh. Memandang dalam diam. Menyapa dalam doa. Adri dan Rahma bersentuhan hanya ketika Rahma pingsan saat tenggelam dan Adri menjadi penolong.
Rio menatap lekat wajah sang istri yang pucat dan sembab. Tahu jika Rahma tak baik-baik saja. Dalam bingkai tangan kekarnya. Wajah itu terlihat begitu indah. Ingin rasanya memagut bibir ranum istrinya. Namun, urung dilakukan karena kondisi tak memungkinkan.
"Aku akan berusaha menjadi pribadi yang layak untukmu, Sayang. Semoga kamu tak bosan menunggu. Akan lama sekolahku di sini. Aku fakir ilmu agama semoga bisa menimba ilmu agama di sini. Nanti kalau kamu menjenguk bawalah buku agama agar bisa aku baca," ucap Rio mengelus pipi Rahma.
"In syaa Allah. Aku akan menunggu. Berhijrahlah bukan demi aku, A, tapi demi dirimu sendiri. Hijrahlah karena Allah bukan karena manusia. Nanti aku bawakan buku tentang agama jika besuk ke sini. Aku akan datang seminggu sekali. Aku tak bisa sering ke sini karena harus mengajar."
Rahma berusaha bersikap sebaik mungkin pada suaminya meski hati belum menerima. Mungkin satu hari nama Adrian akan tergeser dan tergantikan. Sekarang hanya bisa memasang muka manis dengan hati teriris. Semoga nanti akan tersenyum penuh keikhlasan.
Sejurus kemudian Rahma membuka rantang makanan yang dibawanya titipan dari mama Rio. Dirinya tak sempat berpikir untuk masak
Suapan demi suapan masuk ke tenggorokan Rio. Rio menggeleng kepala menghentikan suapan Rahma. Tangannya menggenggam tangan Rahma dan mengambil sendok kemudian menyuapi istrinya.
Rahma menatap dengan derai air mata. Suapan pertama dari suami yang tak pernah sekalipun dirindukan. Serasa mimpi tapi inilah kenyataan. Bukan teman masa lalu yang akan menghabiskan sisa usia bersamanya, tapi Rio Andika.
Sebuah pelukan mesra menjadi pelepas. Rio mengecup mesra kening Rahma. Rahma hanya diam. Kikuk. Rio adalah lelaki pertama yang menjamah raganya. Sang suami yang mengenal betul karakter perempuan begitu bahagia. Tahu jika dia orang pertama yang berhasil menjamah raga Rahma.
Rahma perempuan limited edition ditengah dekadensi moral yang merajalela. Dimana gadis sudah tak risih di jamah kaum Adam. Pergaulan bebas sudah biasa dan lumrah. Rahma jauh dari fitnah akhir jaman.
Rahma pergi disertai tatapan bahagia dan bangga Rio. Bergumul rasa di dada melihat langkah Rahma yang menjauh. '
"Maaf jika aku mendapatkan kamu dengan merampas, tapi inilah takdir kita. Bersama meski terpaksa. Aku tahu hatimu masih miliknya. Terima kasih sudah mencoba menerima dan menghormatiku sebagai suami. Semoga suatu hari hatimu bisa menjadi milikku.' lirih Rio dihati. Buliran permata meluruh di ujung netranya. Terharu.
Kapten Tio menatap kejadian langka itu dengan kekaguman. Sungguh kasus yang langka. Mungkin benar ucapan Adrian yang ingin mencabut perkara. Adrian sudah ikhlas menerima jika Rahma takan menjadi miliknya.
Rahma juga begitu pasrah menerima takdirnya. Mencoba menjadi perempuan yang dirindukan surga. Pengabdi sejati pada sang suami yang sama sekali bukan pilihan.
Adrian terluka dan akhirnya koma. Tanpa siapapun tahu kecuali keluarga dekat dan kapten Tio yang datang ke kediaman Bagaskara untuk meminta menjadi saksi perkara. Namun, urung karena kondisi Adrian yang tak memungkinkan.
Rio yang dalam catatan memang mendapatkan sang pujaan sebenarnya juga hanya pecundang. Meringkuk di sel dingin tanpa teman.
Tak ada pemenang dalam kasus ini. Rio menang angka tanpa bisa merengkuh apa yang telah menjadi miliknya. Adrian kalah tapi tetap memenangkan hati Rahma. Rahma menjadi pihak yang bergantung dalam dilema. Menerima kenyataan seorang asing tanpa cinta menjadi takdirnya.
Mereka menjalani takdir Tuhan yang entah kemana bermuara. Bagaimana nasib cinta segitiga mereka? Jangan ketinggalan endingnya. In syaa Allah part depan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan jodoh pilihan
General FictionAdrian, seorang hedonis dan tak mempercayai arti kesakralan pernikahan. memilih menjadi petualang cinta dibandingkan mencari pelabuhan terakhir hati di usia yang sudah lumayan matang. Harus bersedia menerima perjodohan dengan gadis dari masa lalu ya...