Matchmaker

17.5K 507 19
                                        

One Shoot 2

Sebenarnya di OS sebelah banyak yg req long story, tapi aku masih mikir² hehe. Masih challenge bgt lah gaes •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

Semoga hari kalian menyenangkan 🌻

Happy reading luvie 👄






Umur yang hampir memasuki kepala tiga seharusnya Scarlett fokus mencari pasangan hidup dan menikah, seperti yang Ibu Negara-nya sindir padanya setiap hari dengan suara yang tidak bisa disebut pelan.

Namun tidak, tentunya wanita itu tidak memusingkan ceramah Ibunya yang sepanjang jalan tol itu. Justru yang Scarlett lakukan adalah mencarikan orang lain pasangan.

Ya, orang lain. Bukan dirinya sendiri.

Bisa dibilang Scarlett ini adalah tinder berjalan, bernafas dan hidup. Benar, dia adalah aplikasi tinder versi manusia.

Memberikan jasa membantu para pria dan wanita lanjang untuk menemukan pasangan sesuai dengan kriteria yang mereka inginkan.

Tolong digaris bawahi, bahwa jasa yang Scarlett lakukan ini tidak menjamin hubungan mereka sepenuhnya berhasil. Tugas wanita itu hanya sampai mereka 'match' satu sama lain. Jika hubungan mereka gagal, itu adalah pilihan mereka.

Jadi proses 'match' yang menyibukkan ini lah yang membuat Scarlett di gaji besar oleh agensinya, Match love. Meski pun dia juga punya pekerjaan lain sebagai manager tetap di salah satu perusahaan swasta.

"Baiklah, akan segera carikan sesuai dengan kriteria yang Ibu sebutkan tadi. Nanti saya akan kirim beberapa pilihan wanita yang mendekati ya Bu?" Scarlett tersenyum manis, begitu lebar meyakinkan klien barunya itu.

"Hahaha, tentu saja. Terimakasih, selamat sore." Lagi, Scarlett tersenyum dan berujar dengan ramah sebelum menutup panggilan skype itu.

Begitu layar laptop itu berubah, Scarlett melepas earpods-nya dan fokus pada benda berlayar persegi empatnya. Melanjutkan tugasnya mengatur kencan para kliennya.

"Kenapa dia belum datang? Mamanya bilang dia tepat waktu." Scarlett berdecak kecil melihat jam di pergelangan tangannya.

Seharusnya kliennya atau tepatnya, anak dari kliennya itu menemuinya di restoran mewah yang pria itu reservasi. Namun lebih dari tiga puluh menit, pria itu tidak juga kunjung datang.

Walaupun begitu, Scarlett menikmati waktunya dengan mendapat satu klien tadi dan hampir selesai ngatur jadwal kencan para kliennya. Sampai suara ponselnya berbunyi menampilkan nama Mama dari pria yang sedang dia tunggu kini.

"Halo Nyonya Ivana?"

"Halo Scar, maafkan aku. Dia agak terlambat, bisa-bisanya anak itu meeting mendadak padahal sudah janji padaku. Tapi sekarang dia sudah menuju kesana, katanya sudah sampai depan restoran."

Mendengar itu, Scarlett meringis dalam hati. Tak urung juga matanya memperhatikan pintu restoran untuk memvalidasi ucapan wanita paruh baya itu.

"Ah ya tidak papa Nyonya, kebetulan saya tadi juga ada klien lain. Jadi jangan khawatir." Balas wanita itu dengan nada ramah penuh senyum meski dia yakin wanita paruh baya di seberang sana itu tidak melihatnya.

Dalam sekejap senyum manis itu luntur perlahan begitu netra wanita itu menangkap seorang pria dengan setelan jas nya berjalan tegak memasuki restoran.

Jangan bilang pria ini?

 ONE SHOOT Pt. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang