Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flashback on Setelah mengakhiri obrolan pesan dengan Gia, Biru coba untuk mengirimkan pesan pada suster Nita agar menemuinya di halaman belakang seperti biasa.
Tidak sampai sepuluh menit keduanya sudah berada di sana.
"Mas Biru ada perlu apa? Sebentar lagidokter Deva mau cek kondisi mas Biru" ucap suster Nita sedikit terbata.
"Dokter Deva? Siapa? Bukannya dokter saya bukan dia? Bukannya dokter Gia yang harusnya periksa saya?"
"E.. i-itu saya tidak tahu mas.." ucapnya kembali terbata.
Biru menaruh rasa curiga pada suster Nita karena sepertinya suster Nita mengetahui sesuatu namun berusaha menutupinya.
"Kenapa suster bisa nggak tahu? Seharusnya tahu dong.. apalagi suster statusnya sebagai suter yang berjaga di bangsal itu" Biru memberinya banyak pertanyaan.
"Sa-saya benar-benar tidak tahu mas.. kemarin saja, saya tiba-tiba diminta pulang padahal seharusnya bulan ini saya sift sampai jam 10 malam. Tapi entah kenapa kemarin saya disuruh pulang sebelum jam 9 malam." Jelasnya ketakutan.
Apa yang dikatakan suster Nita ada benarnya juga karena memang semalam bukan dia yang cek kondisi Biru melainkan perawat pria yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Sebetulnya Biru masih sangat penasaran dan ingin terus mencecar suster Nita, namun dia teringat bahwa dia berencana untuk menemui Gia. Biru pun mengurungkan niatnya untuk mencecar suster Nita dan beralih untuk minta tolong padanya.
"Emm.. ya sudah lupakan. Tapi sus Nita harus bantuin saya kali ini"
"Hehe cukup mas. Tapi nanti sebelum jam 9 malem, mas Biru harus sudah sampai ya mas.. soalnya nanti saya jam 9 pulang"
"Oke"
"E.. mas Biru kembali ke kamar sekarang ya.. sebentar lagi dokter Deva ke kamar mas Biru"
Akhirnya mereka kembali meski tidak berbarengan agar tidak ada yang cerita pada mereka.
Benar saja, tidak lama setelah Biru sampai di kamarnya, seorang dokter pria masuk. Dia tidak terlalu banyak bicara, namun dia tiba-tiba mengeluarkan suntikan yang membuat Biru kaget.
"Anda mau ngapain? Suntikan apa itu? Saya tidak perlu disuntik! Saya baik-baik saja!" protes Biru.
Deva sama sekali tidak merespon Biru, dia malah menyuntik lengan Biru secara mendadak karena Biru tidak tahu sejak kapan dokter itu memegang lengannya. Sekian detik kemudian, Biru tidak sadarkan diri dan tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.