𝑺𝒆𝒎𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒃𝒆𝒍𝒂𝒔 - 𝑪𝒆𝒎𝒃𝒖𝒓𝒖 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝑫𝒊𝒏𝒏𝒆𝒓

1.8K 194 4
                                    

Benar apa yang Alan katakan, tepat pukul 20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar apa yang Alan katakan, tepat pukul 20.00 seseorang datang. Satpam dan supir yang pernah bekerja di rumah Biru datang bersama teman satu tim Alan yang juga seorang detective lepas.

"Pak Rahmat... pak Selamet?"

"Mas Biru... mas Biru apa kabar?" tanya pak Selamet, supir yang pernah bekerja di rumahnya. Mengulurkan tangan pada Biru untuk bersalaman. Begitupun dengan Rahmat yang juga turut menyalami Biru.

"Duduk dulu pak..." ucap Alan sopan.

Banyak hal yang mereka perbincangkan terkait masalah yang saat ini Biru hadapi, termasuk awal mula para pekerja disana di pecat.

Satu per satu mulai terkuak, tinggal menunggu tim Alan yang lain untuk menemukan keberadaan teman Biru.

*****
Di tempat lain, Gia merasa tidak nyaman saat mengikuti dinner dengan keluarga Joni. Rupanya, Joni adalah ayah kandung Devan. Dokter yang selama ini berusaha mendekatinya. Pantas saja, mereka terlihat sangat dekat.

Gia merasa tidak nyaman berada di antara mereka. Apa lagi mereka sedikit menyinggung tentang perjodohan. Dan lebih kesal lagi, ayah Gia turut menyambungi pembahasan tersebut. Meski tidak secara jelas membicarakan masalah perjodohan, namun Gia paham dengan maksud mereka.

Kira-kira pukul 21.00 dinner itu selesai. Sebetulnya bukan makannya yang lama, melainkan perbincangan mereka sangat lama. Gia dan keluarga pun pulang, sepanjang perjalanan Gia hanya diam. Bahkan, hingga sampai rumah Gia langsung masuk ke kamarnya tanpa mengatakan apapun.

"Dek... kok dari tadi Ayah di cuekin?" tanya Andra yang ternyata ikut masuk ke kamarnya.

"Ayah? Tidak kok, adek cuma ngantuk. Jadi tidak mood. Maaf ya yah..." bohong Gia.

"Adek tidak lagi bohong kan sama ayah?" Andra memastikan sekali lagi.

"Memangnya adek pernah bohong ya yah?"

Andra tersenyum lalu merengkuh tubuh mungil putrinya.

"Adek tidak nyaman ya sama obrolan tadi?"

Gia yang semula bersandar di dada ayahnya, seketika mendongak menatap wajah Andra dengan ekspresi heran.

"Ayah peramal ya?" tanya Gia polos.

"Hahaha kamu ini ada-ada aja. Emang tebakan ayah bener?" Andra kembali bertanya dengan lirikan penuh selidik.

Gia mengangguk dan kembali menyenderkan kepalanya di dada Andra.

"Walaupun apa yang ayah dan dokter Joni obrolkan hanya sebuah candaan, tapi adek paham obrolan itu mengarah kemana."

"Maafin ayah ya... ayah tidak bermaksud buat kamu tidak nyaman. Ayah juga tidak punya niat untuk serius. Ayah benar-benar hanya bercanda. Tapi ayah juga tidak bisa memastikan kalau dokter Joni juga demikian."

"Janji ya yah... jangan jodohin adek sama siapapun. Adek mau menikah dengan pilihan adek sendiri."

"Iya sayang... ayah janji. Emang adek sudah punya pacar? Hmm? Kenalin sini sama ayah. Sama mas Ghaaza dan mas Ghaazy juga." goda Andra.

𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖 [𝑻𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang