Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari yang cukup melelahkan bagi Gia karena dia memiliki pasien baru yang cukup emosional. Namun belum sempat ia istirahat sejenak, tiba-tiba suster Nita menghampirinya dengan langkah tergesa.
"Dokter Gia... dokter diminta ke ruangan dokter kepala."
"Oh, ya sus sebentar ya..."
Tanpa menunggu lama ia pun segera mendatangi ruangan dokter kepala.
"Permisi dok... ada yang bisa saya bantu?" tanya Gia sopan.
Lawan bicara Gia hanya tersenyum dan memintanya duduk. Dokter Joni, adalah dokter kepala di rumah sakit Seruni, tempat Gia bekerja. Sosoknya cukup misterius bahkan jarang sekali terlihat. Hanya saja Gia sudah berkali-kali keluar masuk ruangannya sejak awal ia masuk rumah sakit itu. Selain itu, dokter Joni adalah teman baik ayah Gia.
"Dokter Gia... apa mungkin kalau saya tanya langsung pada Anda, Anda akan memberikan jawaban yang jujur?" tanya dokter Joni penuh teka-teki.
"Tentu saja akan saya jawab jujur. Untuk apa saya berbohong dok?" jawab Gia apa adanya karena tidak paham dengan maksud dokter Joni.
"Termasuk tentang Biru?" pertanyaan itu bagai belati yang menghujamnya secara tiba-tiba.
Deg..
Jantung Gia berdegup lebih cepat, namun sebisa mungkin dia menahan ekspresi paniknya.
"Maksud dokter?"
"Apa perlu saya libatkan ayah dokter, bahwa dokter menyimpan seorang pria tanpa beliau ketahui?"
"Maaf dokter Joni, tanpa mengurangi rasa hormat, sepertinya dokter Joni sedang menuduh saya. Bagaimana kalau saya tidak terima? Dan bagaimana kalau tuduhan dokter tidak terbukti? Silahkan cari bukti yang akurat sebelum menuduh seseorang. Dan silahkan saja kalau dokter ingin melaporkannya pada ayah. PERMISI!"
Gia keluar dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi pada akhirnya benar kata Alan jika mereka sudah mengendus keberadaan Biru. Namun disisi lain, Gia bersyukur karena untung saja Alan bergerak lebih cepat.
Flashback on
Beberapa menit setelah Alan pamit pulang, dia menelepon Biru.
📱📞
Percakapan telepon ada di dalam novel
📱📱
Gia mendengar semua obrolan mereka karena sepanjang telepon, Biru mengaktifkan loudspreaker.
Dia segera menelepon kakaknya agar tidak ada yang datang untuk menjemput. Tidak lupa ia tanyakan mengenai akses khusus.
"Gimana? Ada nggak?" tanya Biru setelah Gia menutup teleponnya.
"Ada... katanya lift nya ada di ruangan dekat kamar yang kamu tempati."