𝑺𝒆𝒑𝒖𝒍𝒖𝒉 - 𝑩𝒆𝒌𝒂𝒍 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖

3.4K 235 10
                                    

Gia merasa bersalah karena semalam dia benar-benar tidak jadi menemui Biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gia merasa bersalah karena semalam dia benar-benar tidak jadi menemui Biru. Saat ponselnya menyala, Gia segera menghubungi Biru namun tidak ada respon darinya.

Meski status Biru hanya sebagai pasien, namun Gia bukan tipe orang yang mudah ingkar janji dengan siapapun, sekalipun dengan orang yang baru ia kenal. Gia tetap merasa bersalah dan akan menebusnya.

Seperti yang ia lakukan pagi ini, Gia sengaja bangun pagi sebelum ayah, ibu, dan kakak-kakaknya bangun. Untuk menebus rasa bersalahnya pada Biru, Gia ingin membawakan bekal untuknya.

Gia memang tidak sejago ibunya perihal memasak, tapi makanan yang Gia buat cukup bisa dinikmati. Gia pilih masakan yang tidak memerlukan banyak waktu untuk memasaknya, mengingat dia tidak ingin siapapun memergoki dirinya yang sedang menyiapkan bekal.

Dengan cepat Gia memilih beberapa bahan dari kulkas dan segera memasaknya. Hanya memerlukan waktu 20 menit bekal itu siap. Setelah memasukkan makanan ke dalam kotak makan, Gia segera membersihkan dapur dan membawa kotak makan itu ke kamarnya.

Karena masih sangat pagi, Gia menyempatkan untuk jogging di sekitar komplek, sebelum dia bersiap untuk berangkat ke rumah sakit.

🕢🕢🕢

Kira-kira pukul 06.30 Gia selesai jogging dan pulang ke rumah. Sesampainya di pekarangan rumah, terlihat Ghaazy sedang menikmati kopi di teras sembari fokus dengan laptop di pangkuannya.

"Morning adek.." sapa Ghaazy.

"Morning mas.." jawab Gia dengan senyuman termanisnya.

"Tumben adek jogging sendiri? Biasanya minta ditemenin tuh"

"Hehe lagi pengen aja. Yang lain sudah bangun mas?" Gia berusaha mengalihkan agar kakaknya itu tidak banyak tanya.

"Sudah.. ibu juga sudah masak, sana sarapan.. habis itu siap-siap. Ada jadwal praktik kan?"

"Ada mas.. oke adek masuk dulu ya.." Gia pun masuk meninggalkan Ghaazy.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, mereka memang terbiasa sarapan bersama sebelum berangkat kerja. Itu adalah rutinitas pagi yang tidak boleh dilewatkan. Rutinitas seperti itu juga dapat mempererat kekeluargaan, karena dengan begitu mereka bisa berkumpul dan saling bercerita sembari menunggu masakan siap disajikan.

Setelah sarapan, Gia kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap ke rumah sakit. Butuh waktu satu jam hingga Gia siap. Ghaazy yang sudah menunggunya lama membuang napasnya lega saat melihat Gia keluar dari kamarnya.

"Adek.. ngapain aja sih? Lama banget! sudah satu jam mas nunggu kamu" oceh Ghaazy.

"Perempuan kalau siap-siap cuma satu jam itu sebentar mas.. kalau nggak percaya tanyain mbak Mira. Iya kan mbak?" Gia coba mencari pembelan.

"Iya mas.. bener kata adek. Udah ah, ayo berangkat" jawab Mira tidak ingin perdebatan kakak beradik itu semakin panjang.

"Tuh kan.. mbak Mira aja setuju" ucap Gia sembari memeluk manja kakak iparnya itu.

𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖 [𝑻𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang