Belajar untuk Move on

53 7 0
                                    

Pagi itu aku terbangun jam 5. Butuh waktu untuk menyesuaikan mata, dan baru ku sadari aku tidur ruang tunggu dokter di area kamar operasi.

Operasiku memang baru selesai 2 jam lalu, dan mataku terlalu berat untuk menyetir pulang. Sehingga aku memilih tidur di sana.

Saat kulihat layar hp ku 3 panggilan tak terjawab dari Gita. Aku pun memilih pulang setelah mengirimkan chat padanya bahwa aku dijalan pulang.

Sesampainya dirumah ternyata Gita baru saja selesai shalat subuh dan sedang membuat sarapan. Aku masuk dan langsung memeluknya dari belakang. Tapi kok di cuekin ya.

"Marah?" Tanyaku mengecup pipinya.

"Hmm," Gita hanya bergumam tanpa banyak merespon.

"Maaf tadi ngantuk banget, daripada kenapa-kenapa dijalan kan mending tidur dulu," jawabku mencari pembelaan.

"Hmm," lagi-lagi hanya itu jawaban yang kudapat.

"Maaf," kataku mengeratkan pelukanku dan meletakan kepalaku di ceruk lehernya.

"Mas ini aku lagi masak, sana kalo ngantuk tidur dulu," kata Gita berusaha melepaskan tanganku.

"Moh kalo masih marah," kataku menolak melepaskannya.

"Gak kok mas, aku khawatir aja, bete aja aku gak dikabarin, dah sana aku masak dulu," kata Gita menolehkan wajahnya hingga dapat mengecup pucuk kepalaku.

"Aku disini aja ya, apa kubantu masak?" Tanyaku pada Gita semangat.

"Gak usah, istirahat dulu aja sayang," kata Gita senyum kepadaku. Aaaahhhh ini senyum yang selalu bikin aku nurut padanya. Akhirnya aku hanya duduk di meja makan memperhatikan idolku memasak.

Tidak lama Gita sudah selesai menyiapkan sarapan kami. Aku membantunya menyajikan sarapan diatas meja makan. Kemudian kami berdua mulai sarapan bersama.

"Hari ini mau ngapain?" Tanya Gita sambil membereskan piring kotor kami.

"Aku ada op lagi nanti jam 8, terus masih ada tentiran sama DM, kamu hari ini ada acara?" Tanyaku pada Gita yang sedang memandang hp nya.

"Aku ke theater ya nanti siang, kata kakak staff ada tawaran yang masuk lewat mereka," kata Gita ragu-ragu.

"Oke mantab!" Kataku mengacungi jempol. Gita agak bingung dengan respon ku.

"Hah napa yang?" Karena aku malah jadi ikut bingung.

"Kamu gak papa kalo aku nerima tawarannya?" Tanya Gita.

"Mang tawarannya apaan?" Tanyaku lagi.

"Makanya jangan oke-oke aja," kata Gita cemberut. Aku cuman tertawa kemudian mengecupnya tepat dibibir, membuat dia kembali tersenyum dengan wajah yang memerah.

"Tawaran jadi BA nya fashion brand, ya mirip temen-temen biasanya sih?" Kata Gita.

"Jadi BA? Kontraknya berapa lama?" Tanyaku lagi.

"Hmm kalo gak salah 6 bulan dulu," kata Gita lagi.

"Do you like it?" Tanyaku kembali ke Gita. Gita hanya mengangkat bahunya.

"If you think you like it, just do it, i will support you," kataku membuat love dari jariku.

Gita tersenyum kemudian mengacungkan jempolnya. Namun 5 detik kemudian lady loki nya muncul lagi dengan mengusirku untuk mandi.

Akhirnya hari ini aku memutuskan pergi dengan diantar saja karena Gita lebih membutuhkan mobil daripada aku. Kayaknya kami butuh mobil kedua deh biar gak rebutan, hehehhe.

Siang itu selepas aku operasi, saat sedang menuju ruang DM, Gita sempat menelponku tentang kontraknya, karena menurutku tidak ada yang merugikan, aku minta dirinya cek sekali lagi dan kalau sudah yakin tanda tangan saja, jangan lupa bismillah, pesanku terakhir padanya.

Rumah bertanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang