WAJIB VOTE SEBELUM BACA
Ava duduk di depan kanvas kosong, matahari memancarkan cahaya lembut melalui jendela. Di tangannya, kuas bergerak dengan lembut, menari di atas kanvas putih. Warna-warna mulai tercipta, menggambarkan dunia yang hanya ada dalam imajinasinya.
Namun, kali ini Ava merasa bingung. Dia ingin melukis sesuatu yang berbeda, sesuatu yang belum pernah dia coba sebelumnya. Ava menghela napas dan memejamkan mata sejenak. Kemudian, ia membuka kembali matanya dan melihat palet yang ada didepannya. Tidak, Ava tidak berhasil mendapatkan gambaran yang ingin Ava lukis saat ini.
Tak lama, suara dering ponsel Ava tiba-tiba memecah keheningan ruangan. Ia meraih ponselnya yang ada diatas meja dengan hati-hati. Melihat siapa yang telah menelponnya di jam 10 pagi ini.
Ava menekan tombol hijau dan mendengarkan suara di seberang sana. Bunyi jauh yang membawa ceria. Mungkin ini adalah momen yang akan mengubah segalanya. Atau mungkin hanya sekadar obrolan ringan yang akan menghangatkan paginya.
"Arkhava!!!"
Senyum Ava merekah, mendengar suara gadis yang selalu ceria itu.
"Happy weekend, Els." Balas Ava dengan nada yang membuat si gadis dari kejauhan itu ikut tersenyum.
"Ava boleh shareloc? Els mau ketemu Ava! Els mau main sama Ava!" gadis itu berseru kembali.
Ava menahan tawanya agar sang teman- Els, tidak sakit hati karena mendengar suara Els yang dengan sengaja seperti kekanakan. Tapi tak apa, Ava senang mendengarnya.
"Kalau gue yang nyamper ke rumah lo gimana?" ujar Ava menawari.
"Gak usah, kali ini gue pengin keluar rumah. Boleh shareloc, ya?" dengan halus Els menolaknya.
"Oke, boleh."
Setelah setuju, Ava dengan cepat langsung mengirim dimana posisi rumahnya. Kemudian ia membersihkan alat lukisnya sampai benar-benar rapi di tempat semula.
Ava keluar dari kamarnya, berlari menuju kamar sang ibu yang ada di lantai bawah. Namun, ia gagal menemuka wanita kesayangannya itu. Lalu, Ava memutuskan untuk melihat dapur. Ya, gagal lagi. Sang ibu tidak ada disana.
Pilihan terakhir. Kali ini Ava kembali berlari menuju kemar sang kakak yang jaraknya tidak jauh dari kamarnya sendiri.
Ava berdiri didepan pintu kamar sang kakak. Tanpa ragu, ia memutar knop pintu tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
Setelah terbuka, mata Ava memicing tajam melihat sang ibu yang sedang mengelus lembut rambut sang kakak. Tanpa pikir panjang, Ava langsung menyerbu sang ibu dan kakak dengan cara lompat ke kasur dan menyelip di tengah-tengah dua wanita itu.
"AVA!!!" jerit Alma yang langsung memukuli tubuh Ava sekuat mungkin.
"Gue juga mau ikutan, kak!" balas Ava tak terima, ia juga membalas pukulan sang kakak.