- 15. Luka

14 2 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen biar author makin semangat!
Happy reading ~






Aruna bergegas melangkah ke luar kamar. Ia terbangun dari tidurnya katena merasakan nyeri perut yang sudah tak kuat ia tahan.

Aruna melangkah keluar kamar mandi dengan perasaan lega. Ia berjalan, melangkah menuju dapur untuk mengambil segelas cangkir. 

Tepat di seberang sana, terdapat seorang pemuda bersurai hitam yang sedang tertidur sembari menopang kepalanya dengan tangan yang bersedekap. Aruna menatapi pemuda itu cukup lama, dia adalah Jaka.

Kenapa dia tidur di meja?

Satu kalimat uang terlintas di pikiran Aruna.

Aruna mengalihkan pandangan, ia berinisiatif untuk cepat cepat minum lalu kembali tidur. Aruna memegang gelas, ia berjalan melangkah dan..

CRAANG!

Entah kenapa tangan Aruna kala itu sangat gemetaran sehingga gelas yang ia pegang bisa jatuh dan pecah berserakan seperti itu.

"Ck," Aruna menghembuskan nafasnya panjang.

Bersamaan dengan kejadian itu, listrik tiba tiba padam dan keadaan ruangan sekarang sangatlah gelap.

"Huhh, apa lagi sih ini?" Kesal Aruna.

Ia berjalan berniat untuk menyalakan  lampu. Tak sampai dua langkah, Aruna terisak kesakitan sebab kakinya yang terinjak serpihan kaca bekas gelas yang ia pecahkan tadi.

Ia tidak memakai sendal sebab terburu buru tadinya, benar benar ceroboh. Aruna memegang erat meja dapur yang berada di belakang, cairan merah bercucuran ke lantai mengalir dari kaki kanan Aruna yang terluka.

Syukurlah seorang pemuda dari arah kamar datang menghampiri Aruna, Sagara datang tepat waktu. Bertepatan dengan itu, listrik pun juga sudah menyala.

Terlihat ekspresi khawatir pada mimik wajah Sagara. Tak banyak omong, Sagara langsung menyuruh Aruna untuk duduk di sofa terlebih dahulu.

"Kamu duduk di sofa aja dulu," Pinta Sagara.

Aruna hanya diam dan lantas melangkah, mendaratkan tubuhnya ke sofa. Sembari menunggu Sagara, ia perlahan mencabuti beling yang tertempel pada lukanya. Beberapa serpihan kaca itu sangat kecil sehingga sulit untuk di raih menggunakan tangan kosong.

Tak membutuhkan waktu lama, Sagara kembali menghampiri Aruna dengan membawa sebuah kotak medis. Ia mendaratkan tubuhnya tepat di samping Aruna.

"Sini biar aku aja." Ujar Sagara.

"Gausah." Singkat Aruna.

Ia lantas mengambil sebuah Capitan kecil dari kotak P3K yang tertara tepat di depannya. Sebenarnya hanya terdapat sisa serpihan beling yang kecil, namun tetap harus di buang  karena  jika di biarkan begitu saja akan menyebabkan infeksi.

Telah selesai, namun ini baru tahap satu. Ia harus menghentikan pendarahannya juga lalu memerban.

"Gak gitu caranya." Sagara sudah tak kuat melihat hal yang di lakukan oleh istrinya. Ia lantas mengambil beberapa obat terpilih lalu meneteskannya pada kaki Aruna.

"Shttt," Obat itu benar benar pedih sehingga membuatnya terisak kesakitan.

"Ah!" Desahan itu spontan keluar dari mulut Aruna. Padahal ia sama seklai tak ingin mengeluarkannya. Benar benar memalukan.

Sekarang sudah berada di tahap akhir. "Udah selesai." Ujar Sagara.

Aruna lantas mengambil posisi kakinya, ia beranjak dari duduk dan mencoba melangkah, berjalan menuju kamar.

Kaki kanan Aruna masih tak kuat untuk menjadi tumpuan sehingga ia berjalan pincang. Sagara yang berada di belakang menghembuskan nafas pamjanga, tiba tiba saja ia menghampiri Aruna lalu menggendongnya ala Bridal Style.

Aruna mengerutkan alis, ia sedikit shock.  Meskipun begitu, Aruna tak memberontak karena ia juga malas berjalan. Sesampainya di kamar, Sagara meletakkan Aruna ke kasur dengan perlahan. Kemudian, ia pergi keluar untuk membersihkan bekas pecahan kaca dan darah yang beredar.

Sementara Aruna, ia mencoba memejamkan matanya namun tetap tak bisa tidur. Padahal sekarang adalah jam 2 subuh, waktu dimana ia benar benar mengantuk, seharusnya.

"Udah tidur?"

Tak ada balasan dari Aruna.

Pemilik suara itu semakin mendekat dengan suara langkah kaki dan gesekan gesekan benda tertentu. Dan sekarang sudah tidak ada terdengar suara apapun.

"Good night, run."

——————







Matchmaking, Serendipity.  || Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang