Jangan lupa vote and komen biar author makin semangat!
Happy reading ~•
•
•
•
Sekarang adalah hari Jum'at, satu hari sebelum pernikahan itu berlangsung. Aruna meratapi nasibnya yang sungguh tidak di sangka ini. Ia menatap langit langit sembari memikirkan semua cobaan yang ia hadapi.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh siang, namun Aruna masih saja belum mandi karena ia terlambat bangun.
Syukurlah ternyata ia tidak satu kamar dengan sagara, karena mereka juga masih belum halal.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar, "Run, siap siap, kita mau fitting baju," Ucap seorang pemuda yang memiliki suara berat yang cukup mengesankan.
"Huftt," Aruna menghembuskan nafas panjang, ia beranjak berdiri lalu memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Singkat cerita, Aruna sudah selesai membersihkan dirinya dari kuman kuman yang menempel. Ia memasangkan handuk pada tubuhnya lalu melangkah keluar untuk mengambil pakaian.
Aruna sedang memilih yang ingin di kenakannya, banyaknya isi baju dalam lemari itu membuatnya cukup pusing untuk menentukan.
Setelah memutuskan pakaian yang ingin di kenakan, Aruna mulai memasangkan satu satu tahap pakaiannya.
Salah satu masalah yang Aruna sering hadapi pun terjadi lagi, yaitu kesulitan dalam memasangkan bra pada tubuhnya.
"Arghhh," Kesal Aruna karena kedua tali itu tidak mau menyatu.
Aruna pun nekat menurunkan handuknya sampai pinggang seperti lelaki ketika habis mandi, lagi pula tidak ada orang lain, kan?
KREEK...
Aruna langsung menutupi tubuhnya menggunakan handuk miliknya itu. "Lo punya tangan kan? bisa ketuk pintu dulu gasih? ga sopan banget." Kesal Aruna.
Siapa yang tak marah jika pintu kamar dibuka begitu saja, terlebih lagi oknumnya adalah lelaki yang ia tak sukai.
"Buruan, aku tunggu mobil." Ucap Sagara.
"Aku? Pftt," Smirk Aruna meremehkan.
"Cowok sialan." Batin Aruna.
Tak lama kemudian, Aruna keluar dari kamar dengan perasaan lega karena masalahnya telah terselesaikan dan outfit yang ia kenakan hari ini cukup menarik baginya.
Ia berjalan menyusuri tangga dan beranjak meninggalkan rumah itu. Ia memasuki mobil dan melihat sagara yang sepertinya sudah kelelahan menunggu. Tanpa basa basi, pemuda itu langsung saja melajukan mobilnya.
~
Tak sampai 20 menit, mereka telah sampai di tempat tujuan. Aruna keluar dari mobil dan masuk ke dalam toko baju itu.
Banyak sekali terdapat dress dress yang cantik, tapi sampai saat ini belum di temukan yang dapat menarik perhatian Aruna.
"Udah nentuin bajunya?" Tanya tunangannya, Sagara.
Aruna menggeleng. Sagara pun beranjak pergi dan melangkah ke ujung sana, entah apa yang hendak ia lakukan.
Tak sampai beberapa menit, sagara kembali menghampiri aruna yang sedang berdiri itu.
"Ini, suka nggak?" Tanya Sagara sembari memperlihatkan dress panjang dan mewah yang ia pegang.
Aruna bersedekap tangan, siapa yang mengira pria itu memiliki selera yang sama dengannya. Dress yang Sagara rekomendasikan itu sungguh elegant dan cukup simpel.
"Sure," Jawab Aruna.
Mereka pun berjalan menuju kasir untuk membayar biaya dress itu,"Totalnya tiga puluh enam juta tujuh ratus delapan puluh, kak." Ucap mbak mbak kasir yang membuat aruna sedikit terkejut.
Bukan apa apa, meskipun Aruna juga memiliki harta yang banyak, tapi ia tetap memikirkan dahulu biaya suatu barang yang ingin ia beli.
"Tau gini harganya mending gue tabung aja tuh duit," Batin Aruna.
Sebelum pulang, mereka terlebih dahulu untuk singgah ke sebuah cafe kecil aesthetic yang jarang orang ketahui. Aruna memesan spicy chicken level 50 dengan segelas air putih dingin. Sementara Sagara hanya memesan spaghetti bolognese dan segelas americano.
Aruna sangat senang karena sudah lama ia tidak makan yang pedas pedas. Ia memakan ayam itu dengan sangat lahap, namun tetap elegant.
Sagara, pria yang ada di depannya terus menatapi Aruna tanpa mengalihkan pandangannya. Jujur, Aruna cukup risih dengan perilakunya yang seperti ini.
"Kenapa natap gue terus? naksir ya?" Tanya Aruna dengan muka tanpa ekspresi sembari melahap makanan miliknya.
Sagara tidak menggubris perkataan yang di lontarkan oleh Aruna, ia hanya mengalihkan pandangannya sembari menyuap spaghetti.
Singkat waktu, sekarang mereka sudah berada di perjalan pulang. Kali ini benar benar pulang, karena besok acara akan sudah di mulai.
Entah kenapa tiba tiba, nama jaka terlintas dalam pikiran aruna. Mavello Cakrawala, anggota dari f4 yang entah bagaimana bisa di panggil Jaka.
Rasanya ingin sekali ia menanyakan tentang jaka kepada segara, tapi ia mengurungkan niat itu.
Aruna tak banyak tahu tentang f4, bahkan anggotanya saja dia hanya mengenal jaka dan Sagara, sisanya mungkin.. hal- halen? harlen? and jaresh? jamesh? Ah sudahlah, membuang buang waktu saja mengingat mereka.
Marvello Cakrawala Alias Jaka
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking, Serendipity. || Park Sunghoon
Romance"Lo jago ml?" "Ml?" Seorang gadis lulusan sarjana hukum dari keluarga raespati yg di jodohkan dengan seorang pemuda anak dari pemilik perusahaan Airlangga, yang merupakan perusahaan terbesar dan paling berkualitas di kota itu. Mereka berdua tidak te...