BAB 18 : Alunan Gamelan Memberikan Jawaban

11 1 0
                                    

Abimanyu tersenyum tipis, tangannya menggenggam erat gelang pemberian nenek tua kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abimanyu tersenyum tipis, tangannya menggenggam erat gelang pemberian nenek tua kemarin. Saat hendak mengambil gelang milik Juni, perempuan itu menolaknya dengan tegas.

"Bukankah kamu ingin membuangnya juga?" tanya Abimanyu dengan raut wajah heran.

Juni terdiam sejenak, sebelum akhirnya menatap Abimanyu dengan tatapan teduh.

"Aku memang berniat membuangnya, tapi aku lebih percaya dengan ini semua," jawabnya dengan penuh keyakinan.

"Terserah kamu mau marah atau tidak! Yang pasti, aku yakin gelang ini tidak mengganggu kehidupan kita, Mas!" lanjut Juni dengan nada tegas.

Pernyataan Juni tidak membuat Abimanyu goyah. Di belakang mereka, di balik Sanggar Kak Ilana, terdapat sungai yang begitu mengalir deras. Hujan deras yang mengguyur kota tadi malam membuat air sungai meninggi dan berwarna cokelat pekat.

Arus sungai yang kuat menghanyutkan kalung milik Abimanyu yang terlepas dari tangannya. Abimanyu merasa lega dan langsung memeluk Juni erat-erat. Juni pun membalas pelukannya, tidak ingin bertengkar karena masalah gelang jimat ini.

Namun, Juni merasakan hawa dingin yang tidak menyenangkan. Ia melihat ke sekeliling dengan raut wajah cemas, namun tidak menemukan siapa-siapa.

"Mas, lebih baik kita pulang saja," ajak Juni dengan suara bergetar.

Abimanyu masih belum menyadari raut wajah ketakutan Juni. Di seberang sungai sana, sepasang mata mengintai mereka dari balik pepohonan. Si nenek tua menyaksikan perbuatan mereka dengan tatapan penuh dendam.

****

Langit terus-menerus mendung, menutupi sinar matahari. Perjalanan menjadi macet, membuat banyak orang memilih pulang cepat dari pekerjaan masing-masing. Malam pun menjelang, membawa kegelapan yang pekat. Sambaran petir mulai terdengar di kejauhan, pertanda akan hujan deras.

Juni memutuskan untuk mampir ke warung soto langganannya yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Penjual soto, Pak Suep, menyambutnya dengan senyum hangat dan segera menyiapkan pesanannya.

"Hati-hati, Mbak. Kayaknya bakal hujan deras banget. Saya juga tidak yakin bisa buka warung lebih lama lagi," kata Pak Suep dengan nada khawatir.

"Iya, Mas Suep. Makanya saya buru-buru mampir. Berhubung warung Mas masih buka, jadi saya mampir dulu sebelum kehabisan makanan. Saya belum sempat belanja kebutuhan rumah," jawab Juni dengan ramah.

Ia selalu merasa nyaman berbincang dengan Pak Suep yang dikenal sopan dan ramah.

"Ini, Mbak. Hati-hati ya. Terima kasih sudah mampir," kata Pak Suep sambil menyerahkan kantong soto yang masih panas.

****

"Ini soto, nanti aku masukkan ke kulkas dulu ya. Mas, masih mau makan?" tanya Juni saat sudah berada di dapur.

Nirmala : Gamelan Ayu Banowati [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang