Pov Langit

1 1 0
                                    

Memberikan surat perceraian.

"Aku sudah urus surat perceraian kita". Ucap wanita paruh baya berusia 43 tahun, memberikan selembar kertas berisikan surat perceraian.

" Oke kalau itu mau kamu, Aku udah capek sama sikap kamu". Jawab lelaki di hadapan sang wanita tersebut.

"Kamu pikir aku gak capek kerja sendiri, Cari uang sendiri, ngurus Langit sendirian, kamu itu gunanya apa hah selain judi dan mabuk-mabukan? ".

" Kamu kira aku begitu karna apa? Aku stres karna harus bayar hutang orang tua kamu".

"Stop sebut-sebut orang tua aku yang udah gak ada".

" Kamu pikir aku gak stres bayar hutang sebanyak itu? Aku stres.. Aku capek.. Aku punya banyak masalah di kantor".

"AKU LEBIH CAPEK". Ucap wanita tersebut dengan emosi yang menggebu-gebu dan diiringi air mata yang kini mulai mengalir.

" Oke kalau kamu capek, lebih baik kita pisah, Asalkan hak asuk langit ada di aku".

"GAK! Aku yang lahirin dia aku juga yang urus dan rawat dia, mau jadi apa dia kalau ikut kamu, urus diri sendiri aja kamu gak becus".

Plakkk

" Pah..". Teriak langit dari arah tangga ketika melihat sang ibunda nya di gampar oleh sang ayah tepat di hadapannya.

Langit segera menuruni anak tangga dan menghampiri bunda nya, ia langsung menyentuh pipi sang bunda memastikan bahwa itu tidak terlalu parah.

"Cukup pah.. Urusan Langit mau ikut sama siapa itu pilihan Langit sendiri, stop egois dan sok ngatur.. Dari awal bahkan dari lahir langit gak pernah sama sekali dapet peran sosok Ayah di hidup Langit".

" Langit.. Papah gak bermaksud-".

"Langit mau tinggal sendiri".

Sang ibu dan sang ayah langsung menatap anak semata wayangnya tersebut.

" Mamah bisa tetap tinggal disini, Ayah bisa pulang ke rumah orang tua ayah atau kemana pun yang ayah mau, dan langit bakal tinggal di kota kembali ke rumah kita dulu".

"Langit.. Ini masalah mamah dan papah mu, bukan kamu yang seharusnya pergi nak.. ". Ucap sang ibu sambil menatap dan memegang wajah sang anak.

Langit kemudian menggenggam tangan sang ibu kemudian menatap dalam-dalam dan meyakinkan sang ibu.

" Mah.. Langit udah gede, kalau kalian sebagai orang tua gak bisa selesaikan masalah kalian.. Dan justru malah mikir hak asuh, lebih baik langit tinggal sendiri. Kalian gak perlu repot-repot ngurus hak asuh".

"Langit.. Maafin papah langit.. Tapi kamu bisa kan pikir-pikir lagi? ".

" Pah.. Daripada kalian harus pisah lebih baik kalian sendiri-sendiri dulu sementara waktu. Tenangin diri kalian, plis.. Kali ini biarin langit egois demi kebaikan kalian".

Sang ibu dan sang ayah pun bertatapan kemudian menunduk malu dan canggung. Mereka tak menyangka bahwa anak semata wayangnya berpikiran lebih dewasa di hadapan mereka.

"Maafin mamah ya sayang". Sambil memeluk langit.

.
.

Sesuai pembahasan semalam.. Langit pun di antar oleh sang supir untuk pergi ke kota X. Kemudian ia mendaftarkan dirinya ke SMA 1 Unggulan, yang dimana sekolah tersebut memprioritaskan siswa/i nya untuk meraih yang dia inginkan tanpa paksaan siapapun dan mengembangkan bakatnya. Itulah mengapa sekolah tersebut di namai SMA 1 Unggulan.

" Baik Tuan sudah saya urus berkas-berkasnya, apa tuan ingin sekalian di sewakan pembantu untuk keperluan rumah? ".

" Tidak pak terimakasih, saya ingin sendiri, bapak bisa kembali ke orang tua saya dan pastikan memberi informasi mengenai orang tua saya. Apakah ada kemajuan dalam hubungan rumah tangga mereka". Ucap Langit.

"Baik Tuan".

.
.

Langit pun memasuki rumah yang sudah lama ia tinggalkan itu, ia kemudian membereskan rumah sendiri untuk menghilangkan stres nya. Kemudian ia memajang 1 foto orang tua nya di meja ruang tamu, meskipun ia berusaha tegas di hadapan orang tua nya, sebenarnya ia menahan sedih yang mendalam.

Orang tua langit selalu sibuk bekerja demi membayar hutang Almarhum sang kakek. Sebenarnya tinggal 3 bulan lagi hutang itu lunas, namun hanya ini yang dapat ia lakukan agar orang tuanya tidak bercerai.

Meskipun sebenarnya.. Bercerai/tidak nya orang tua Langit, itu tak mengubah dia mendapatkan peran sang ayah. Dikarenakan ibunya pernah ketahuan berselingkuh saat sedang mengandung langit di usia kandungan yang masih 3 bulan, sang ayah pun merasa bahwa anak itu tidak murni dari hasil jerih payah penantian mereka.

Langit mengetahui itu semua dari pembantunya yang sudah lama bekerja untuk sang ibu dan merawat Langit sampai umur 10 tahun.

Dan lebih menyedihkan nya lagi.. Sang pembantu yang merawatnya 10 tahun meninggal dunia tepat di hadapannya, pada saat berusaha menyelamatkan langit dari kendaraan yang ingin menabraknya.

Langit sangat terpukul saat itu. Ia sempat menjauh dari pemakaman dan menenangkan diri sendirian dengan penuh isak tangis.

Namun pada saat itu juga iya bertemu dengan seorang peri kecil cantik, memakai dress hitam dengan memakai kalung kupu-kupu yang terdapat berlian biru yang melingkar di leher putihnya. Ia memperhatikan bibir mungil nan manis itu.

"Nih.. ". Wanita  itu memberikan 1 buah permen 🍬 ke Langit dengan senyuman manis dan lesung pipinya.

Perlahan Langit menatap ke arah permen tersebut dan mengambilnya.

" Jangan sedih ya.. Kakek aku juga baru aja terbang ke Langit". Ucap gadis kecil tersebut.

"Terbang ke langit? ". Tanya Langit.

" Iya.. Kata mamah aku.. Orang meninggal itu bakal pergi ke Langit yang tinggi... Sekali, di sana akan ada surga indah. Jadi.. Kita harus mendoakan yang sudah pergi biar mereka tersenyum bahagia". Ucapnya dengan senyum manisnya.

.
.

Sambil menata rumah.. Langit justru malah teringat masa kecilnya dengan gadis kecil itu, ia bahkan belum tau nama gadis kecil tersebut siapa, yang ia ingat hanya kalung dengan liontin kupu-kupu dengan berlian bewarna biru tersebut.

"Andai aja gue ketemu lo lagi".

Love Beauty of The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang