Bab 14

4 2 0
                                    

IG:
glxye.mp
fenaxx24
mn.flowwr

Maaf kalo ada typo atau kesalahan🙏🏻🙏🏻 

  "Elyn? Siapa itu Elyn?" tanya Grace.
"Tiara, itu nama panggilan khusus dari kita" jawab Vanya.
30 menit kemudian..
Mereka tampak sangat senang karena dapat berjumpa dengan orang terhormat di daerah itu hingga tidak sadar bahwa jam sudah menunjukkan waktu makan, Raja dan Ratu mengajak gadis-gadis itu untuk makan bersama sembari mengakrabkan diri. Kini, makanan yang telah dihidangkan oleh pelayan sudah tiada sisa (alat makannya masih ada loh ya).

  "Ayahanda, bagaimana jika Mereka menginap di kamar Grace untuk sementara waktu?" celetuk Grace.
"Boleh saja, lagipula kamar Mereka masih sedikit kotor" jawab Raja.
Grace tersenyum lalu mengajak teman-teman/saudarinya pergi menuju ke kamar kesayangannya

Jarak antara ruang tengah dan kamar Grace terbilang cukup jauh karena kamarnya terdapat di ujung lorong kerajaan lantai dua, hal itu membuat Mereka harus menempuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai.

"Grace, masih jauh?" tanya Yura
"Enggak, tinggal lurus aja nanti sampai" balasnya.
"Eumm.. Gw boleh tanya sesuatu?" Yura berbicara dengan ragu ragu.
Grace mengangkat sebelah alis nya sembari menatap ke arah Yura yang berada tepat di samping kirinya.

"Serenity.. Itu nama keluarga kerajaan ini?" tanya Yura.
"Emang nya kenapa? Ada sesuatu?" Grace menghentikan langkahnya lalu memutar badannya menghadap Yura sembari menyilangkan tangannya di depan dada.

"Nanti aja deh, ayo jalan dulu" Yura berbicara dengan santai seperti tidak ada masalah, sementara itu perasaannya sudah panik.
"Yaudah, ayo" Grace kembali ke posisi awal lalu melanjutkan langkah kakinya.

-Sesampainya di kamar Grace..
"Sampai juga akhirnya" celetuk Vanya sembari duduk di pinggiran kasur. (udah izin sama Grace loh ya!)
"Kamar Lu jauh bet dah, lemes kaki Gw" Tiara benar benar sangat lelah sekarang, badannya sedikit bergetar karena terlalu lelah, yang sabar ya Ra.
"Hahaha, tiduran aja sana" Grace tertawa seperti tidak merasakan lelah sama sekali, sedangkan yang lain sudah protes karena lelah.

  Pandangan Grace kini beralih menatap Yura yang sedang berdiri di dekatnya.
"Duduk dulu, Kak" Yura menoleh ke arah Grace lalu tersenyum sembari melangkah menuju kasur dengan ukuran yang lumayan besar jika digunakan untuk satu orang.
Grace mengikuti langkah Yura lalu mengambil kotak yang Dia temukan di rumah Tiara kala itu, setelahnya ia pergi duduk di kasur empuk miliknya. (posisi duduk mereka melingkar ya! Tiara dan Vanya di kiri sedangkan Grace dan Yura di kanan)
"Sebelum aku jelasin.. Kakak boleh kasih tau Aku tentang ini?" Tanya Grace sembari membuka kotak itu.

"WAHH! CANTIK BANGET!" seru Vanya dan Tiara.
Setelah melihat mahkota yang ada di dalamnya, Mereka menengok ke arah Yura dengan penuh semangat. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi Grace, Dia menatap mata Yura dengan serius namun lembut.
"Alright, Gw jelasin" Yura akhirnya buka suara karena merasa sedikit tertekan.

#Flashback..

9 tahun yang lalu, lebih tepatnya ketika Yura dan Vanya masih berumur 10 tahun, Yura diperintah oleh sang Ibu untuk pergi ke kamar miliknya.

Suara ketukan pintu terdengar diluar kamar pasutri itu disertai dengan suara anak yang sangat lucu.
"Permisi! Ibu, Ayah, Yura boleh masuk tida?"
"Iya sayang! Masuk saja, pintunya tidak Ibu kunci"
Pintu perlahan terbuka lalu terlihat sosok anak dengan senyuman manis sedang membawa boneka paus.
"Ada apa Ibu?" tanya Yura.
"Yura duduk di sini dulu" Ucap Ibu sembari menepuk kasur yang mereka duduki.

"Ini apa, Ayah?" Tanya Yura ketika melihat Ayahnya mengeluarkan kotak yang terlihat antik.
Mata Yura terbelalak saat kotak itu terbuka, mahkota dengan hiasan berlian yang berbentuk bintang yang berukuran kecil dan sedikit bersinar karena cahaya lampu di kamar itu terlihat sangat indah hingga membuat Yura terpesona. Sang Ibu memberikan kotak itu kepada Yura sembari berkata, "Yura, tolong jaga mahkota ini ya? Dan tolong jangan beri tau saudarimu yang lain" dengan lembut dan pelan.

"Ayah, ini mahkota milik siapa? Lucu sekali!" seru Yura.
"Ini mahkota punya Yura, di dalam kotak ini ada kertas tentang Kamu, jadi tolong dijaga baik baik ya?" Perintah sang Ayah sembari mengelus surai Yura.

  Setelah itu, Yura kembali ke kamarnya untuk melihat isi dari kertas yang dimaksud tadi.
'Iz--i Yurina Seren--y, Pu-ri di kera-aan P---o-ra'
Tulisan itu membuat Yura sangat penasaran dengan maksud dari kertas itu. Beberapa bagiannya terpotong dan hilang, hanya tersisa sedikit kata yang susah untuk dibaca.

"Yurina? Bukannya itu nama tenganhku?"
Yura berusaha mencari benda lain yang bisa memberi dia petunjuk, hingga akhirnya ia menemukan beberapa kertas yang terdapat di bawah mahkota yang warnanya menyatu dengan kotak tersebut.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Yura membuka kertas itu dengan sangat berhati-hati karena ia takut akan robek.

'Jaga anak-anak itu, jangan beritahu mereka tentang ini atau kalian akan celaka!'
Aneh sekali! Tulisan itu hampir tidak bisa Yura baca karena sangat berantakan.
"Tulisan siapa sih? Kayak enggak pernah belajar nulis!" sebal Yura.

Pandangan Yura beralih ke mahkota yang telah ia letakkan di meja.

"Mahkota Yura? Kenapa Yura punya mahkota seperti ini? Yura bukan seorang putri kerajaan yang memiliki perhiasan seindah ini" gumam nya sembari memegang mahkota itu.

"Ahh! Yura bingung.. Tapi mahkota ini bagus, sangat cocok untuk Yura"
Tok tok tok..
Suara ketukan pintu diiringi dengan suara lembut khas sang Ibu yang memanggilnya membuat Yura bangkit dari duduknya.

"Ada apa Ibu?" Tanya Yura setelah membuka pintu kamarnya.
"Ambil kertas ini, baca ini jika Ibu dan Ayah sudah tiada, ya?" Jawabnya sembari menyerahkan amplop yang berisi kertas dan stiker lucu.
"Maksudnya bagaimana? Ibu enggak bakal pergi ninggalin Yura dan yang lain kan?"

Oh tidak! Mata Yura mulai memerah menahan air matanya sedangkan tangan kanannya mengambil amplop yang diberi kepadanya.
"EHH, YURA KENAPA NANGIS?" Gita mulai panik ketika melihat anaknya mulai menangis dengan menundukkan kepalanya.

"Cup cup cup.. Sayangnya Ibu jangan nangis okey?" ia mendekap tubuh mungil Yura yang ada di depannya, pelukan itu sangat hangat dan sangat nyaman.
"Ibu minta maaf sayang.. Jangan nangis ya? Hal itu pasti terjadi, Ibu tidak bisa mencegahnya" jelasnya dengan panjang lebar.
"Ibu.. Jangan tinggalin Yura.."
"Iya sayangnya Ibu.. Berhenti menangis ya?"
Yura mengangguk dan menyela air matanya dengan tangan kirinya.
'Maafkan Ibu, Izumi Yurina Serenity."

#flashback off

GIRL FROM MAGIOR CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang