Chapter 3

208 24 0
                                    

freen menyesap rokoknya dengan nikmat, ia dengan suka rela membiarkan angin malam menerpa tubuhnya yang hanya di balut t-shirt putih lengan pendek dan celana tidur panjang warna biru tua.


asap yang keluar dari tenggorokannya membuat freen sedikit rileks, tanpa ia sadari tangan satu nya memegang trailis balkon tersebut dengan sangat kuat.


freen tersenyum singkat menatap jauh apapun di depannya, kenangan beberapa tahun silam terlintas di benaknya saat ia ketahuan merokok oleh phoo.

"seharusnya phoo melarang ku dengan keras waktu itu, lihat saat aku banyak fikiran aku akan menyesapnya lagi." gumam freen lirih, ia kembali menyesap rokoknya.


Flasback on

"freen." freen yang pada saat itu duduk di taman belakang dekat kolam renang terkejut dan segera berdiri, membuang rokok yang ia sesap beberapa saat lalu ke arah tanaman milik maae setelah mendengar suara berat milik phoo menyapanya di keheningan malam.


"phoo." sapa freen kikuk

"apa yang kau lakukan malam-malam begini? asap apa ini? apa kau merokok?" tanya phoo sambil mengibas asap yang berada tepat di depan hidungnya.


"eng~ enggak phoo freen gak bisa tidur aja." cris yang bisa melihat jelas kebohongan freen menghela nafas panjang, apa yang berusaha putrinya itu sembunyikan darinya? apa kehidupan di dunia militer begitu berat sampai putrinya ini melampiaskannya dengan merokok?


cris menarik lengan freen untuk duduk kembali di kursi taman, "apa yang sedang terjadi? apa kehidupan di militer begitu berat?" tanya cris dengan nada rendah, walaupun ia merasa masih banyak kekurangan menjadi sosok ayah bagi saint dan freen. cris ingin anak-anaknya terbuka dan menceritakan apapun yang menjadi beban mereka kepadanya.


freen menghela nafas, mengingat kembali bagaimana kerasnya kehidupan di dunia militer. latihan dan evaluasi yang ia lakukan terus menerus memang sangat melelahkan namun kali ini berbeda, ia baru saja di lantik menjadi letnan salah satu pasukan khusus tentu persaingan untuk menjadi yang terbaik sangat ketat dan hal itu yang kini membebaninya. bersainging dengan rekan sendiri itu tidak mungkin, lebih baik dia mundur untuk memberikan kesempatan kepada yang lain untuk menjadi yang terbaik.


freen memberanikan diri menatap kedua mata cris yang sedari tadi menantikan pengakuannya. "freen cuma gelisah phoo, karena teman-teman freen yang dulu sangat akrab. kini bersaing sangat ketat untuk menjadi yang terbaik." ucap freen dengan wajah tertekuk.


"terus kamu memilih mundur untuk memberikan mereka kesempatan menjadi yang terbaik?" tanya cris yang diangguki kepala oleh freen.


senyum tipis terukir di wajah cris, putrinya tersebut memang memiliki hati yang sangat lembut.  freen sejak kecil sudah memiliki rasa simpati dan empati yang sangat tinggi, sehingga ia selalu mengutamakan kepentingan orang lain di banding dirinya sendiri.


hal itu juga yang awalnya membuat cris tidak menyetujui keputusan freen untuk masuk ke dunia militer mengikuti jejak sang kakak, ia khawatir jika putrinya tidak bisa beradaptasi dengan dunia militer yang terkenal sangat keras dalam mendidik setiap prajuritnya.


tidak hanya itu, kini dengan pangkat letnan pasukan khusus-nya freen akan sering mendapatkan tugas yang mengancam nyawa. rasa was-was dan khawatir setiap saat akan menghantui cris setiap kali freen meninggalkan rumah untuk menjalan kan misi.

Antara Hidup & MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang