Chapter 7

223 27 2
                                    

sore harinya, freen sudah di perbolehkan pulang, pak lis sudah menunggu tuan-nya tepat di depan lobi UGD. tanpa bantuan siapapun, freen yang terlihat masih pucat berjalan mendahului yang lain ke arah mobil yang di kendarai pak lis. sedangkan cris dan arneta berjalan beriringan dengan becca sambil mengobrol ringan.


"terima kasih yah becc, om harap kamu gak kapok menghadapi pasien seperti freen yang susah banget di bilangin."

"aahhh gak papa om, emang sudah tugas aku. udah terbiasa juga hadepi pasien kayak freen."

"arlot apa kabar? kapan dia balik ke thailand?"

"kemungkinan minggu ini om, nanti kalau papa pulang pasti becca akan kabarin om."

"baiklah, sekali lagi om ucapin terima kasih yah becc." pungkas cris setelah melihat putri bungsunya masuk ke dalam mobil.

"sama-sama om, tante hati-hati di jalan yah."


cris dan arneta melambaikan tangan kepada becca tanda perpisahan, sedangkan freen di dalam mobil heran melihat keakraban becca dengan kedua orang tuanya.


"freen, freen." teriakan maae membuyarkan lamunan freen

"i~ iya maae?

"geser dong, kamu di tengah banget duduknya."

"oh oke-oke." freen pun menggeser pantatnya kala menyadari bahwa ia duduk di tengah-tengah kursi penumpang.


selama di perjalanan pulang, freen di hantam dengan pertanyaan seputar keakraban becca dengan kedua orang tuanya. namun jika di pikir lagi sebenarnya hal itu wajar terjadi, mengingat hubungan mereka sebagai dokter dan wali pasien.


walaupun hal itu bisa di katakan wajar namun tetap saja freen terusik akan hal itu. arneta yang melihat wajah serius sang anak langsung menepuk pundak nya pelan agar mendapat perhatiannya.


"apa yang sedang kau fikirkan nak?" tanya arneta lembut, membuat cris yang duduk di samping pak lis melirik ke belakang.


arneta mengangkat sebelah alisnya kala freen menatapnya dalam hening, seolah ada pertanyaan yang sangat sulit untuk di ucapkan.

"katakan saja freen, apa yang mengusik fikiranmu." kali ini arneta menggenggam kedua tangan freen.


freen yang tak bisa lagi membendung rasa penasarannya, menegakkan duduknya dan menyerong menghadap arneta.

"maae, apakah maae dan phoo mengenal becca sebelumnya?" arneta terkekeh pelan, begitu juga dengan cris yang mendengar percakapan keduanya.


"tentu saja freen, becca adalah anak dari rekan bisnis phoo."

"rekan bisnis?"

"iya, phoo secara langsung meminta becca untuk menjadi dokter utama yang menangani penyakit kamu." jelas arneta panjang kali lebar.


"kenapa? apa terjadi sesuatu?" tanya arneta kala freen menarik diri dan menyenderkan tubuhnya kembali ke kursi penumpang.


"tidak maae, tidak apa-apa freen hanya ingin tahu."

dengan sejuta tanya di otaknya freen pun memilih memandangi jalanan kota bangkok yang  sore ini terlihat sangat cerah.

Antara Hidup & MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang