°.♧
Malam terus terlewati, tetapi William tidak pernah melupakan hal itu. Dimana ia melihat seseorang yang mempunyai harapan yang sama seperti dirinya. William yakin akan hal itu.
Suara yang memekakkan telinga itu berbunyi—klakson kereta api itu begitu nyaring, bayi pun bisa menangis kaget mendengarnya. William hanya melihat keluar jendela, menikmati pemandangan yang tidak ada di ibu kota, London.
Sajian yang sudah habis, hanya tersisa peralatan makan. Peralatan makan itu diambil oleh pelayan. Ia hanya perlu menunggu hidangan penutup.
"Yo, Professor."
Sherlock Holmes . William bertemu dengan nya saat di Noahtic, sebuah kebetulan dua orang jenius itu bertemu lagi. Raut Sherlock terlihat senang kali ini, seperti menemukan jejak misterius yang ia cari. Louis sempat mengusirnya secara halus. Ah—tapi sepertinya Louis lupa bahwa orang yang disampingnya ini Sherlock Holmes.
Sepanjang obrolan, Sherlock hanya menceritakan bahwa ia sedang menyelidiki kasus pembunuhan yang terjadi di York yang ia harapkan bahwa dalang pembunuhannya adalah orang yang sama. Ia keliru, korban meninggal karena penyakitnya. Itu sempat membuat Sherlock kesal . Kasus Jefferson Hope tidak pernah ia lupakan. Seandainya saat itu ia membunuh Hope, mungkin sekarang Sherlock tahu siapa dalang dari kasus pembunuhan penuh misteri itu.
Obrolan mereka terpotong oleh suara teriakan dari peron kelas 1. Sherlock, Lestrade, William, dan Louis langsung menghampiri sumber suara. Mereka berempat membuka pintu peron, ada dua wanita lain yang datang dari pintu peron seberang, mereka menuju wanita paruh baya yang sedang ketakutan itu. Tidak salah lagi, wanita paruh baya itu yang berteriak. Dua orang wanita muda itu yang terlebih dulu menghampiri wanita paruh baya itu.
"Ada apa?" Wanita bersurai cokelat itu bertanya. Wanita paruh baya itu menunjuk ke arah jendela pintu kabin. Seorang pria paruh baya terbunuh dengan lumuran darah yang banyak. "Wah... pembunuhnya amatir." Wanita bersurai pirang itu menyauti ketika ia melihat korban di balik pintu kabin.
"Ada apa?" Sherlock bertanya. Wanita bersurai pirang itu menyingkir dari depan pintu kabin agar Sherlock bisa melihatnya. "Seperti nya kasus ini menjadi lebih rumit." William menunjuk John dengan keadaan jas nya terkena lumuran darah. Polisi kereta yang baru datang langsung menangkap John. Lestrade sempat memberikan penjelasan agar John tidak ditangkap, tapi untuk berjaga-jaga, polisi kereta menahan John untuk sementara.
"Kasih 48 menit saja, kita akan menyelesaikannya. Iya kan, Liam?"
"Tentu saja."
"Meski kita hanya kebetulan bertemu, tetapi aku tidak akan mempermalukan nama Moriarty."
"Menarik. Ayo kita lihat siapa yang menangkap penjahatnya duluan!"
Layaknya ego anak kecil. Mereka tidak akan mengalah satu sama lain.
"Ini bukan permainan tuan-tuan." Wanita bersurai pirang itu muncul di belakang mereka berdua. William dan Sherlock menoleh, melihat ke belakang wanita itu, pintu kabin yang terkunci sudah terbuka.
"Mattie, kau berjanji jika aku menyelesaikan kasus dalam 3 menit kau akan membiarkan ku memakan makanan manis selama seminggu kan? Kasus ini selesai. Aku tahu pelakunya."
Wanita bersurai cokelat yang disebut Mattie itu menghembuskan nafas. Ia menyesal pernah berjanji akan hal itu. "Baiklah. Jelaskan, Ely."
Wanita bersurai pirang yang disebut Ely itu tersenyum lebar. "Sederhana saja. Ini kasus perampokan berujung pembunuhan. Korban adalah seorang pedangang permata, Trevo Redwood. Pelaku yang berniat mencuri gagal membius korban, sehingga dengan insting pelaku menusuk leher korban. Ia tidak mengambil koper ataupun uang nya. Jelas dia kabur karena takut ketahuan"
"Membius?" Lestrade menyaut.
"Wiski dengan botolnya. Sisa wiski di gelas nya tercium bau hidrat kloral, efek penidur. Itu akan lebih kuat jika dicampur dengan alkohol. Sudah jelas si pelaku adalah awak kereta karena bisa punya kuasa atas wiski ini. Jejak kaki di dalam kabin juga itu yang satu punya pria yang mempunyai ukuran kaki 8 inci, ada bekas lumpur. Durham sedang hujan, sedangkan tadi di York masih cerah."
"Jadi, ini bukan kasus perampokan biasa?!" Tanya Lestrade.
"Jelas dong." Ucap William, Sherlock, dan Elysia dengan kompak. Ah—rasanya Lestrade melihat 3 Holmes.
"Baik, sebelum kereta ini berhenti di Grantham, alangkah baik nya kita mengumpulkan semua awak di kereta ini."
Semua awak sudah berkumpul. Awak yang memiliki ukuran kaki 8 inci melangkah ke hadapan Shelock. Lestrade mengecek sarung tangan mereka satu-satu. Salah satu awak, Eddie Hawson memakai sarung tangan yang penuh darah di telapak nya. Walaupun Eddie sempat menyangkal, tetapi Eddie langsung ditangkap atas pembunuhan.
"8 menit lagi kita sampai di Grantham, kita beruntung. Dan... siapa namamu, Nona? Maaf atas kelancangan kami." William sempat tidak ingat menanyakan nama Nona jenius itu. Wanita yang jarang sekali ditemukan di abad sekarang. "Tidak apa. Saya Elysia. Elysia Izetta Madelaine." Elysia memperkenalkan dirinya secara resmi di hadapan Sherlock dan William.
"William. William James Moriarty. Dan ini Sherlock Holmes. Salam kenal, Nona Madelaine."
"Madelaine? Madelaine yang di pemerintahan itu? Mycroft sering menceritakan seorang Madelaine juga."
"Madelaine pemerintahan?" Elysia yang bingung menoleh ke arah Mattie–meminta pencerahan.
"Kakak sepupumu, Ely..."
"Ah.." Elysia terkekeh mendengar itu. "...aku lupa bahwa aku mempunyai kakak sepupu..." Elysia tersenyum. Ia melihat peluang, Elysia tidak sabar memanfaatkan peluang itu.
William menatap wanita itu. Entah itu pertanda bahaya atau pertanda aman. Yang pasti, wanita ini bukan sembarangan wanita bangsawan.
▪︎°◇
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐘𝐄𝐔𝐗 𝐃'𝐀𝐍𝐆𝐄 ; 𝙼𝚘𝚛𝚒𝚊𝚛𝚝𝚢 𝚝𝚑𝚎 𝙿𝚊𝚝𝚛𝚒𝚘𝚝
Fantasy╽𝙼𝚘𝚛𝚒𝚊𝚛𝚝𝚢 𝚝𝚑𝚎 𝙿𝚊𝚝𝚛𝚒𝚘𝚝╿ ᴋᴀʀᴇɴᴀ ʜɪᴅᴜᴘ ꜱᴇʟᴀʟᴜ ʙᴇʀᴅᴀᴍᴘɪɴɢᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴡᴀᴋᴛᴜ. ᴡᴀɴɪᴛᴀ ʏᴀɴɢ ʙᴇʀᴜꜱᴀʜᴀ ᴍᴇɴɢᴜʙᴀʜ ᴀʟᴜʀ ʜɪᴅᴜᴘ ʏᴀɴɢ ᴘᴇɴᴜʜ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇᴍᴜꜱᴛᴀʜɪʟᴀɴ. 𝚂𝚝𝚊𝚝𝚞𝚜: 𝙾𝚗𝚐𝚘𝚒𝚗𝚐 𝚂𝚝𝚊𝚛𝚝: 𝟸𝟺 𝙹𝚞𝚗𝚒 𝟸𝟶𝟸𝟹 𝙴𝚗𝚍: -