Hidup di era victoria itu, tidak mudah. Bangun dari bunga tidur yang indah seketika menjadi malapetaka. Tubuhku mengecil— tidak, memang aku yang berada di tubuh anak berusia 3 tahun. Berada di keluarga yang kompleks, anak sekecil kami bahkan mempelajari hukum-hukum Inggris. Hukum, mtematika dan fisika sudah menjadi makanan sehari-hari kami. Walaupun begitu, aku tidak merasa tertekan. Nyatanya, aku hanyalah perempuan berkepala tiga yang menghuni jiwa dan raga anak kecil.
Madelaine, termasuk ke dalam keluarga berpengaruh di Inggris. Anggota keluarga kami, cukup besar dan ricuh. Kesenjangan gender tidak ada di keluarga Madelaine. Bahkan di era seperti ini, aku bisa bersekolah— ya, aku seorang perempuan di era ini. Keluarga ku tidak pernah mengkritik tindakan ku yang seharusnya tidak dilakukan perempuan di era ini.
Pada musim panas, nona muda dari keluarga Goldwyn mengundangku untuk pesta teh. Saat itu, aku berusia 7 tahun. Pesta teh itu dikunjungi oleh nona-nona pra-remaja. Aku perempuan yang paling muda di pesta itu. Mereka membicarakan tipe pria yang akan mereka nikahi. Ugh, bahkan mereka belum cukup umur untuk debutante.
"Kalau Nona Madelaine? Suami seperti apa yang akan Anda nikahi?"
"... Entah. Aku tidak membutuhkan suami."
Perkataan itu membuatku menjadi pusat perhatian nona-nona muda. Mereka saling melirik satu sama lain, bahkan ada yang berbisik. Perkataan ku saat itu menjadi topik yang hangat dikalangan nona-nona muda untuk beberapa bulan. Aku sempat menceritakan hal itu pada Edgar. Bukannya membela adik sepupunya, ia malah mengejek ku.
"Pfft. Ngomong kayak gitu pas lagi kumpul bersama para nona bangsawan? Mikir lah, pasti dijadiin bahan omongan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lagian, mana ada pria yang mau sama kamu."
Dengan kesal, aku menjambak rambut Edgar sampai rontok. "Anjing banget kamu."
Edgar merintih kesakitan. "Sakit tau."
Perkataan itu hanya mendapatkan acungan jari tengah dariku.
Seluruh sepupuku memang menyebalkan, tetapi lebih menyebalkan melihat para bangsawan yang memiliki pemikiran rendah, seolah mereka yang mempunyai negara ini.
Rencana awalku untuk menyelamatkan para Raja Kriminal hanyalah mendekati mereka dan aku masuk ke dalam kelompoknya. Tetapi anehnya, aku tidak pernah bertemu satupun dari mereka, seperti ada yang mencegahku untuk bertemu mereka.
Pemicu awal untuk merentas kejahatan di pemerintahan, saat aku melihat Edgar membunuh ayahnya sendiri. Aku sudah terbiasa melihat pembunuhan lebih brutal di kehidupan sebelumnya, tapi kali ini berbeda. Anak 11 tahun membunuh ayahnya sendiri. Aku yang saat itu berumur 8 tahun menghampiri Edgar yang duduk berada di samping mayat paman.
