08

1.6K 133 0
                                    

'Anak ini.. Mereka memang memiliki hubungan khusus.' Gumamnya lagi seraya tersenyum samar. Dengan pelan, ia menutup tirai itu dan beranjak menuju sofa. Ia berbaring disana dan memejamkan matanya.

'Semoga, tidak ada hal yang buruk yang akan menimpa mereka'

.

.

Sinar mentari telah menyinari setiap kehidupan. Pagi yang mengawali setiap kegiatan, dan pagi yang mengawali semua petualangan. Hiruk pikuk pagi menjadi musik tersendiri bagi yang menikmatinya. Begitu sibuk, begitu penuh dengan sesuatu yang bernama..

Hal baru..

Gadis pirang yang tengah terlelap itu sedikit terusik karena sinar mentari yang menerpa wajahnya. Ia menggeliat pelan dan membuka matanya.

Ruby..

Pupil mata itu berwarna ruby dengan pandangan kosong. Namun, warna pupil itu kembali kewarna semula Shappire dengan perlahan.

Naruto beranjak dari duduknya, ia melirik Sasuke sesaat lalu tersenyum tipis.

"It's time.."

Wajahnya kembali datar. Pandangannya tetap kosong, bagai tidak ada jiwa disana. Entah apa yang ia fikirkan namun, matanya kembali menyorot tajam kemanapun ia melihat. Memang bukan seperti Naruto yang biasanya, karena jiwa Naruto telah digunakan Naruko. Yami dalam dirinya telah mengendalikannya.

Naru menyibakkan tirai yang mengganggu jalannya, terlihat Itachi yang masih berbaring diatas sofa. Sepertinya ia terlihat lelah. Naru mulai melangkah, namun tangan kanannya di genggam seseorang.

"Bagaimana kau bisa tahu Sasuke berada disini, Naruto?"

Naru melirik tajam. Itachi telah mengganggunya. Ia menghentakkan tangannya sehingga Itachi tercengang.

"Entahlah, aku tidak tahu."

Ia pun kembali melangkah tanpa melihat wajah Itachi yang jelas-jelas tengah shock. Perubahan sifat Naru sangat membuat Itachi bingung sekaligus tercengang. Naru benar-benar dingin, sama seperti Sasuke saat ia sedang marah. Itachi memijit pangkal hidungnya pelan.

"Apa lagi yang akan terjadi, Kami-sama?" Gumamnya seraya melirik Sasuke dengan cemas.

Naru melangkah melewati beberapa perawat yang memperhatikannya secara intens. Bagaimana tidak? Ia tengah memakai pakaian khusus pasien dan sekarang ia sedang berjalan santai disepanjang koridor. Namun sepertinya Naru tidak terpengaruh, yang ia inginkan hanyalah kembali keruangannya, mengganti pakaiannya dan pulang.

Pulang? Untuk apa? Naruko telah membuat misi, menghancurkan orang yang membuat Naruto menderita. Menghancurkan dengan amat sakit dan dengan perlahan.

Ruang 201 telah didepan mata. Namun ruangan itu sedikit riuh sehingga terdengar hingga keluar. Naruto hendak membuaka pintunya namun sudah terbuka lebih dulu.

"Naruto?!" Pekik Ino.

Gadis ponytail itu tampak shock sekaligus senang. "Darimana saja kau? Semua orang mencarimu!"

Naru mengedarkan pandangannya kedalam ruangan. Semua mata tertuju padanya. Ino, Dei, Kurama, dan Sasori.

Kurama menghampiri Naruto dan menatapnya cemas. Ia memapah Naruto kedalam ruangan dan mendudukannya disofa.

"Bisa kau ceritakan?" Ucapnya pelan.

Naru melirik Kurama dengan tajam, "Tidak."

Naru berdiri. Ia mengambil tasnya yang tergeletak di samping sofa lalu membawanya kekamar mandi. Ia menggubris semua ucapan khawatir dari orang-orang yang ada diruangan itu. Dengan cepat ia mencuci mukanya dan mengganti baju.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang