11

3.7K 191 13
                                    


"Aku yakin dia akan bahagia meski aku mati. Usahamu akan sia-sia, Sakura." Ucap Sasuke sinis.

"Kau terlalu percaya diri, Sasuke!"

Braakk...

"Sasuke!"

"Terlambat.."

Dorr...

"Ugh.."

.

.

Beberapa jam yang lalu..

"Bisa kau percepat laju mobil ini, Gaara?!" Bentak Naruto. Perasaannya kalut, takut, dan bingung disaat yang bersamaan. Bahkan laju mobil Gaara yang tidak bisa dibilang pelan itu masih kurang cepat bagi Naruto.

Gaara memaklumi perasaan Naruto sekarang, bagaimanapun semua ini juga termasuk dalam kesalahannya. Kesalahan yang tidak bisa tertebus selamanya.

"Ini sudah diluar kemampuanku, Naruto. Aku tidak bisa mempercepatnya lagi." Gaara berkata pelan, berharap Naruto akan mengerti dan berhenti membentaknya.

".."

Gaara berharap Naruto akan membalas perkataannya, tapi tidak. Naruto hanya mendesah pelan dan membuang mukanya menatap keluar jendela. Raut wajah gadis itu tidak terbaca, pandangannya kosong menatap jejeran pertokoan yang ramai. Gaara benar-benar cemas, batinnya terus saja merutuki dirinya sendiri.

Gaara menyesal..

Andai saja dulu ia tidak bodoh menerima tawaran Sakura, andai saja dulu ia bisa menyimpan perasaannya pada Naruto tanpa adanya rasa egois, dan andai saja dulu ia bisa merelakan Naruto bersama sahabatnya, Sasuke.

Tapi itu hanya pengandaian, waktu tidak bisa berjalan mundur atau kembali lagi. Rasa sesalpun akan sia-sia karena semuanya telah terjadi. Toh, penyesalan selalu datang terlambat, kan?

Gaara kembali dari lamunannya saat suara lirih Naruto menyapa pendengarannya.

"Daijoubu ka, Sasuke?" Lirih Naruto, dan setetes air matapun jatuh membasahi pipinya.

.

"Angkatlah, Sakura!" Pekik Kushina. Namun nihil, hanya suara operator lah yang terdengar di telinganya. Gemuruh khawatir menyerang hatinya.

Tangan kirinya masih setia menekan handphone ditelinga kirinya meski ia tahu itu percuma, handphone Sakura tidak aktif. "Antarkan aku ke daerah Shibuya!" Ucapnya cepat.

Tanpa basa-basi, Iruka langsung membukakan pintu mobil dan segera beranjak dari kantor polisi.

Kushina termenung, rasa sesalnya akan benar-benar terlambat jika Sakura telah bertindak. Bisakah ia menjadi seorang ibu yang baik untuk Naruto? Adakah kesempatan untuk bisa memperbaiki semua kesalahannya?

"Iruka, apa aku bisa menebus kesalahanku?" Tanya Kushina pelan.

Iruka sempat tersentak, matanya sedikit melirik kearah Kushina dibangku penumpang. Wanita itu menangis.

"Saya yakin bisa." Jawab Iruka singkat. Meski Iruka tidak tahu apa yang terjadi sekarang, tapi ia bersyukur setidaknya Kushina sudah sadar.

"Percepat lajunya, Iruka!"

"Ha'i."

Kushina kembali menekan beberapa tombol di ponselnya untuk menelpon seseorang. "Mikoto!" Teriaknya begitu telepon tersambung.

"Mikoto, cepat ke desa gedung tua daerah Shibuya! Sasuke ada disana. Maafkan aku, Mikoto. Tapi Naruto dan Sasuke mungkin akan dalam bahaya." Lirihnya.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang