07

1.7K 155 15
                                    

Kurama mengendarai mobilnya dengan cepat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Jika marah-marahpun percuma, ia ta betul bagaimana sifat ayahnya. Minato tidak akan mendengarkan apapun tentang omelannya.

"Tsunade baa-san!" Gumamnya semangat.

.

.

Mobil mewah Kurama melaju dengan cepat. Ia tidak sabar untuk menemui nenek nya, Tsunade. Ia bahkan tidak menggubris omelan-omelan dari pengendara lain yang terganggu akibat gaya berkendara Kurama. Yang ia fikirkan kali ini hanyalah sesuatu yang bisa membalaskan penderitaan adiknya, Naruto dan Sasuke.

Seharusnya ia sudah harus mendiskusikan tentang hal ini pada neneknya sejak dulu, tapi a terlalu menyepelekan waktu. Hingga akhirnya, hanyalah penyesalan yang bisa ia terima. Sama seperti pepatah, penyesalan selalu datang terakhir.

"Kheh." Kurama mendecih, "Ini masih belum berakhir. Belum sampai di akhir cerita. Belum saatnya pula aku harus menyesal. Sasuke dan Naruto itu kuat. Ya, mereka kuat mereka akan bertahan."

Kurama kembali teringat Naruto dan Sasuke. Mereka masih dalam keadaan yang kritis saat ia pergi dari rumah sakit. Kurama memukul pelan stir mobilnya. Tidak terasa setetes air mata menetes mengalir dipipinya. Namun dengan kasar ia kembali menghapus jejak air mata itu hingga tidak bersisa.

"Iblis itu harus tau bagaimana rasanya sakit dan penderitaan." Gumam Kurama.

Kurama pun menghentikan laju mobilnya saat ia sampai dirumah besar kediaman neneknya. Ia segera masuk kedalam rumah besar itu tanpa permisi.

"Baa-san! kau ada dirumah?" Teriak Kurama lantang. Beberapa pelayan pun mempersilahkannya duduk diruang tamu.

"Tsunade-sama ada didalam. Akan saya panggilkan." Ucap salah satu pelayan.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Tsunade menghampirinya. Wanita yang sudah berkepala 6 dan masih tampak cantik itu mengekspresikan ketidaksukaan. Kebisingan adalah hal yang tabu untuknya. Karena kebisingan akan mengganggu proses istirahat dan kecantikannya. "Bocah, dimana sopan santunmu, hah? Berteriak seperti itu." Gerutu Tsunade.

Kurama meringis dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Baa-san, aku butuh bantuanmu. Apa kau sudah tau keadaan Naruto dan Sasuke?"

Seketika, Tsunade menghela nafas. Fikirannya melayang saat orang kepercayaannya menelfon dan memberitahukan keadaan Sasuke dan Naruto secara rinci. Dengan tegas pula Tsunade ingin mengusut lebih jauh lagi siapa yang berani membuat mereka seperti itu. Bagaimanapun, Uchiha adalah kolega terbaik yang pernah Namikaze punya. Bahkan bukan hanya Tsunade anggap sebagai kolega, tapi sebagai keluarga.

"Kedua bocah itu tengah di rawat intensif dan masih kritis, lalu?" Suara serak Tsunade akhirnya terdengar.

"Sasuke hendak dibunuh oleh pesuruh Minato. Bagaimanapun Sasuke sudah seperti adikku. Aku khawatir." Gumam Kurama. Ia menunduk dalam, benar-benar seperti bukan Kurama

"Aku berencana, akan memindahkan kekuasaan perusahaan Namikaze padamu. Dan tidak memberikan Minato sepersenpun kekayaanku ataupun harta perusahaanku." Ucap Tsunade.

Kurama terbelalak. "Padaku? Kau menyerahkan seluruh aset perusahaan padaku?!" Teriak Kurama shock.

Tsunade terkekeh. "Ya, selama ini Minato masih dibawah pengawasanku. Sekarang sudah kuputuskan aku akan menyerahkan semuanya padamu. Besok kuharap kau datang kerapat perusahaan."

Kurama menghela nafas. Ia menyenderkan punggungnya disofa. Liburan dan kesenggangan waktu yang selama ini diharap-harapkannya akan segera menjauh. Ia harus mengucapkan selamat datang pada tumpukan berkas-berkas yang melebihi gunung dan kesibukan-kesibukan lainnya.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang