part 5

1.4K 66 6
                                    

"Apa kabar Digo?" Tanya Thea basa basi.

"Gue tau, bukan itu yang ingin Lo tanyakan, tapi gue akan tetap menjawabnya, gue dan sisi baik dan akan selalu seperti itu"

Thea terdiam cukup lama, hanya suara hujan yang memecah keheningan diantara mereka.
Ada kebingungan yang tersirat diwajah Thea, dia bingung harus memulai dari mana.

"Apa Lo pernah bertemu ayah atau keluarga Agra yang lain?" Tanya Digo pelan, mungkin jika thea tidak berdiri disampingnya dia tidak akan mendengar suara Digo.

Thea memandang lurus kedepan, pikirannya terlempar jauh, kenangan bersama keluarga Agra memenuhi pikirannya, ada perasaan rindu didalam hati kecilnya.

Thea menggelang pelan.

"Tidak...maksud gue belum"

Digo menghela nafas dengan berat.

"Jangan bahas apapun tentang keluarga Agra, gue nggk mau melihat sisi sedih"

"Lo yang membahasnya lebih dulu Digo".

".."

"Cepat atau lambat ayah pasti tau keberadaan Lo dan sisi, Lo harus berani menghadapi ayah Digo"

Digo tersenyum kecut, dulu dia bukan pengecut yang akan lari dari masalah tapi saat ini dia benar-benar terlihat seperti pengecut.
Sudah 200 tahun dia hidup sebagai pelarian bersama sisi, menghindar dari bangsa vampir yang menemukan keberadaan mereka atau bahkan membunuh mereka yang ingin mencelakakan sisi.

Thea benar dia tidak bisa hidup seperti ini selamanya.

"Gue nggk mau ayah mencelakai sisi, gue nggak bisa liat sisi tersakiti Thea"

Thea memandang Digo, wajah Digo terlihat sedih dan tertekan, tidak ada ketegasan diwajah itu.
Bibir Thea diam membisu, untuk pertama kalinya dia melihat Digo seperti ini.

"Maaf"
Suara Thea tercekat, tidak tau harus mengatakan apa.
Digo berbalik menatap thea lalu tertawa sumbang.

"Mungkin menghindar adalah jalan terbaik untuk gue dan sisi, gue mohon jangan bahas apapun tentang keluarga Agra, kami akan secepatnya meninggalkan tempat ini" Digo berjalan meninggalkan Thea.

🍁🍁🍁

Pagi itu Agra berdiri didepan rumahnya dengan wajah yang selalu tegas dan dingin, ada kecemasan dalam dirinya saat mengingat malam ini akan terjadi gerhana bulan merah darah.

Ramalan Fulry terngiang kembali, dia harus memikirkan arti dari ramalan itu, sebelum semuanya terlambat.
Lalu Agra melesat masuk kedalam ruangannya.

Senyum sinis menghiasi bibir kecil Fulry, melihat rumah Agra dari kejauhan, tatapan dingin mata itu seolah meruntuhkan pertahanan rumah Agra saat gadis itu memejamkan matanya.

Hal yang tak bisa dilihat oleh orang lain bisa dilihatnya dengan sekali tatap, anugrah sekaligus kutukan baginya memiliki kemampuan meramal.

Lucky mengerjap bingung, memandang rumah Agra dan Fulry bergantian, kenapa mereka tidak langsung masuk dan menemui Agra, bersembunyi seperti ini membuat mereka terlihat seperti seorang penjahat.

CINTA MASA LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang