3. OSPEK

45 4 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.
WARNING!! TIDAK UNTUK DITIRU!!
.
.
.
HAPPY READING
🌻🌻🌻

GAWAT!!!

Amara berlari kesetanan di sisi jalan, ia mengangkat sedikit rok panjang yang ia kenakan. Cadar berwarna hitam itu bergoyang seiring dengan langkahnya, matanya mengedar mencari angkot berwarna merah yang akan mengantarkan dirinya ke tempat tujuan.

Universitas Cakrawala, seandainya tadi Rendro-ayahnya tidak meminta uang dan memaksanya untuk memakan nasi basi mungkin ia tidak akan terlambat di hari pertama OSPEK.

"Sssh, perut aku sakit." Amara menekan perutnya, berharap sakit itu bisa berkurang. Mungkin, ini akibat dari dirinya yang memakan nasi sisa kemarin. Rendro yang memaksanya makan karena ia tidak memberikan pria itu uang.

"Bang, tunggu!"

Amara semakin mempercepat langkahnya, syukur abang angkot itu melihatnya dan menunggu dirinya. Amara akhirnya bisa pernapas lega setelah dia berhasil duduk di dalam angkot, tak lupa dia juga menyapa para penumpang yang lain.

"Semoga tidak terlambat,"

Hari ini Amara sudah siap dengan atribut sesuai arahan dari panitia OSPEK, yaitu pakaian hitam putih, mungkin seharusnya dia juga mengenakan kemeja seperti yang lain. Tetapi tidak, nyatanya sekarang Amara mengenakan tunik berwarna putih, rok berwarna hitam dengan perpaduan kerudung dan cadar senada. Jangan lupa, ada sesuatu yang menggantung di lehernya. Sebuah name tag dengan bahan kardus di belakangnya, AMARA AISYA HUMAIra itulah yang tertera di sana. Sayang sekali dua huruf di akhir namanya sangat kecil karena tidak muat.

"AYO SEMUA BERKUMPUL DI TITIK SUARA!"

Seruan itu membuat Amara menghembuskan napasnya lega, dia tidak terlambat!

Amara segera berlari kecil, dia menatap penuh kekaguman melihat pemandangan gedung kampus yang menjulang tinggi. Amara ikut masuk ke dalam barisan, tapi tunggu. Dia melupakan sesuatu!

"Ya Allah, topinya ketinggalan!" Amara bermonolog panik, dia menggigit pipi bagian dalamnya.

"PENGECEKAN ATRIBUT! SEMUANYA BERDIRI JANGAN SAMPAI ADA YANG BERJONGKOK!"

Ingin sekali Amara menenggelamkan dirinya sendiri, belum apa-apa dirinya sudah membuat kesalahan di hari pertama OSPEK. Manik mata itu mengintip para anggota BEM yang mulai mengecek dari arah depan, Amara menghela napas gusar. Ah sudahlah, tidak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah.

"Pakai ini,"

Amara menoleh kesamping, seorang laki-laki dengan pakaian hitam putih yang tengah mengulurkan topi berbentuk kerucut itu ke arahnya.

"Pakai aja. Nanti lo dihukum,".

Amara mengerjap, lalu menggeleng canggung. "Ah tidak, itu punya kamu."

Lelaki itu tersenyum sampai memperlihatkan gigi gingsulnya, sangat manis. Sampai Amara terpana beberapa saat, lalu mengucap istrighfar dalam hati. "Biar gue yang dihukum, lo kan cewek. Paling nanti di suruh lari."

Amara bergeming, dia masih menundukkan wajahnya ke bawah.

"Pakai, gue nggak suka di tolak."

Amata tersentak saat topi itu terpasang di kepalanya. "Tap-"

Cahaya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang