5. Kerusuhan Aiden

35 4 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.
WARNING!! TIDAK UNTUK DITIRU!!
.
.
.
HAPPY READING
🌻🌻🌻


"Sekali lagi terimakasih udah nganterin aku, Rafka."

Amara mendongak sekilas, menatap laki-laki yang telah mengantarkannya ke cafe. Arafka, bahkan laki-laki itu juga membelikan satu set abaya lengkap dengan cadar untuk mengganti pakaiannya yang kotor. Amara sudah menolak, tetapi Arafka dan Indana yang masuk ke toko baju dan memaksanya untuk menerima pakaian tersebut.

"Gue bosen dengarnya, Ra."

Cowok itu terkekeh, ini adalah ucapan terimakasih untuk yang kesekian kali. Detik berikutnya Arafka membuka pintu mobil bagian pengemudi untuk memeriksa sesuatu. "Indana masih tidur, gue pamit mau nganterin dia ya."

Amara tersenyum dibalik cadarnya, dia mengangguk kecil.

"Semangat kerjanya, Amara!"

Melihat respon Amara yang hanya menangangguk, Arafka memutuskan untuk memasuki mobil. Kemudian dia membuka kaca mobilnya setengah. "Pulang jam berapa? biar gue jemput."

Amara yang tadi menunduk, kini menatap Arafka. Dia menggeleng tegas. "Nggak usah, aku bisa pulang sendiri."

Arafka bergeming, seperti mempertimbangkan sesuatu. "Baiklah, kalo berubah pikiran tinggal chat gue aja. Jangan lupa tuh, nomor gue di save."

"Iya, Rafka."

Arafka menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Dia menekan klakson sebelum melajukan mobilnya meninggalkan Amara di parkiran cafe.

Amara menghela napas, dia beralih menatap ponselnya yang retak. Karena tadi, Felica mengembalikan ponselnya dengan cara dijatuhkan ke lantai. "Alhamdulillah cuma retak,"

"AMARA!"

Amara menoleh ke sumber suara, ternyata salah satu rekan kerjanya yang memanggilnya seraya mengayunkan tangan--menyuruhnya untuk segera menghampiri. Amara mengeratkan pelukannya pada tote bag yang berisi baju kotornya dan jaket milik Arshaka yang ia pisah menggunakan keresek.

"Bismillah."

★★★

Seorang laki-laki berjaket kulit dengan tulisan OMORFOS dibagian belakang melangkah memasuki sebuah kedai kopi. Deru napas yang tidak teratur, matanya memerah dengan kilatan amarah disana.

BRAK!!

Dia berhasil membalikkan sebuah meja, membuat para pelanggan berlari keluar dengan penuh ketakutan. Laki-laki itu menggerakkan tangannya memberi isyarat kepada para anggota geng-nya untuk memeriksa seluruh sudut ruangan.

"DIMANA ARSHAKA HAH?!"

Aiden menarik kerah baju Akong Han--pemilik kedai kopi. Akong Han bergetar ketakutan, di umurnya yang sudah mencapai kepala lima membuat tubuhnya gampang tremor ketika dalam keadaan seperti ini. "JAWAB TUA BANGKA!"

"I-itu," Akong Han tampak berat untuk memberi tahu. Tentu pria tua itu mengenal betul siapa sosok di depannya ini. Karena bukan hanya hari ini Aiden membuat onar di kedainya.

Cahaya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang