Part 6

33 10 3
                                    

"Tasya hebat kok, Ibu tau itu. Tasya anak yang kuat, terus melakukan yang terbaik ya, Sya."

~~~
"Gapapa nak?" tanya mama padaku.

"Nggak papa kok, Ma," jawabku dengan tersenyum.

Aku bahagia untuk temanku Risa, tapi jujur dalam hatiku, aku bersedih dengan peringkatku yang turun saat itu.

Mungkin aku kurang teliti di semester ini, makanya aku mendapat juara dua. Aku meminta mama untuk menunggu di kantin Ante Hana, karena aku masih ada urusan.

Setelah itu aku dan Priya memutuskan untuk pergi ke tenda kelasku untuk melihat produk yang sudah terjual.

"Udah ada yang beli?" tanyaku pada Dina yang sedang berada di tenda.

"Udah," jawab Dina.

Setelah aku membeli es timun di tenda kelas lain, aku bertemu dengan Kepala Program Akuntansi - Bu Tina. Ku cium punggung tangan Bu Tina.

"Siapa juara satunya, Sya?" tanya Bu Tina padaku.

"Risa Bu," jawabku.

"Tasya?" tanya Bu Tina lagi.

"Tasya dapat juara dua," ujarku.

Bu Tina memasang wajah yang tidak bisa kutebak, entah mengapa kurasa ibu seperti tau perasaanku. Aku hanya tersenyum simpul dan izin pergi untuk bertemu teman-teman ku.

"Ayo, kita foto bersama Bu Erna," ujar Tya padaku. Aku dan keempat temanku mengangguk.

"Ibu!" seru Tya memanggil Bu Erna - guru pembimbing ekskul Jurnalistik.

"Foto bersama yuk, Bu," ujar Tya pada Bu Erna.

"Hm, boleh," sahut Bu Erna.

Setelah selesai foto bersama, Bu Erna memegang bahu kananku, beliau menatap dalam mataku. Aku hanya tersenyum kecil mendapati perlakuan dari Bu Erna.

"Kenapa Bu?" tanyaku.

"Tasya hebat kok, Ibu tau itu. Tasya anak yang kuat, terus melakukan yang terbaik ya, Sya," ujar Bu Erna padaku.

Apa yang dimaksud oleh Bu Erna? batinku.

"Kenapa Bu?" tanyaku lagi pada Bu Erna.

"Gapapa, intinya kalau wali kelas udah nggak suka sama kita, apapun bisa dilakukan olehnya, tapi kalian tenang aja ya," ujar Bu Erna.

Aku mengernyit, tak bisa mengerti dengan perkataan Bu Erna hari ini.

"Udahlah, nggak usah dipikirin. Setelah ini kalian mau pulang?" Pertanyaan Bu Erna seolah mengalihkan topik pembicaraan.

"Hm, kalau Tasya mungkin setelah beres-beres toples kue punya Mama baru pulang, soalnya masih di tenda kelas Bu," ujarku.

Aku dan kelima temanku berpamitan dengan Bu Erna untuk memberikan kejutan kepada Ziva. Memang hari ini belum hari ulang tahunnya, tapi besok sudah libur sekolah dan kemungkinan untuk bertemu itu rasanya tidak mungkin, karena kami sibuk dengan urusan masing-masing.

"Tutup matamu," ujarku pada Ziva.

"Untuk?" tanya Ziva.

"Tutup saja lah!" seru Selya.

"Oke," sahut Ziva.

Dia itu tinggi, jadi kami tidak mungkin bisa menutup matanya menggunakan tangan kami, jadi ku suruh saja dia menutup matanya.

"Buka matamu!" pintaku pada Ziva.

"Happy sweet seventeen, cinta!" Aku dan keempat temanku memberinya buket bunga dan balon angka tujuh belas sebagai hadiah di ulangtahunnya yah ke tujuh belas.

I Won't Give Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang