Part 13

29 9 6
                                    

Bukan putus asa, tetapi lebih ke Lillahi Ta'ala. -Tasya🌻

~~~
Aku masih berjuang untuk mendapatkan hal tersebut. Dengan dukungan dari keluarga dan juga beberapa teman dekat, aku sedang mengusahakan agar impian itu terwujud.

Saat aku sedang mempelajari matematika untuk ujian mendatang, tiba-tiba ada tetesan cairan berwarna merah di kertas catatan rangkuman rumus milikku. Aku segera mengelap hidungku, dan benar saja, aku kembali mimisan. Seperti biasanya, aku segera menghentikan aliran darah pada hidungku, agar darahnya tak menetes lebih banyak lagi.

Kepalaku pusing, mungkin kurang tidur karena belajar untuk mempersiapkan ujian mendatang. Setelah mimisannya berhenti, aku segera mengemasi buku-buku yang berserakan di kamarku, dan memutuskan untuk istirahat sejenak.

"Sya, bangun. Salat asar dulu, Nak," ujar mama pelan.

Aku terbangun dan langsung menuruti perkataan mama. Setelah salat aku berdoa, memohon kelancaran pada Yang Maha Esa, memohon ridho-Nya dan memohon pertolongan dari-Nya. Usai berdoa, aku segera mengambil buku-buku itu lagi, aku akan tetap berusaha, tetapi jika sudah lelah, maka aku akan istirahat.

"Kepalanya sakit, ya, Nak?" Aku tersenyum lalu mengangguk pelan ketika mama menanyakan hal tersebut.

Mama pergi ke dapur dan kembali dengan secangkir teh hangat untuk diriku. Beliau juga memijit pelan kepalaku, dan setelahnya mengusap-usap pelan punggungku.

"Kenapa, Ma?" tanyaku.

"Kamu yang sabar, ya, Nak. Allah pasti sudah mengatur yang terbaik untuk Tasya," ujar mama.

"Tasya sudah berusaha dan berdoa, kini saatnya Tasya melakukan ikhtiar, Ma. Dengan begitu, hati Tasya akan tenang dalam menerima segala yang sudah ditentukan oleh Allah," kataku.

Ayah datang, mengelus pelan kepalaku. Beliau tersenyum dengan mata sayu miliknya.

"Ayah tau, Kakak itu anak yang hebat, Allah sengaja memberi cobaan ini untuk memperkuat mental anak Ayah. Tetap berusaha, ya, Kak. Jangan menyerah di tengah jalan, mungkin di penghujung jalan ada hasil yang sedang menantikan perjuangan Kakak," ujar ayah.

"Hm, makasih, ya, Ayah, Mama," ucapku sembari memeluk kedua orang tuaku.

Hari ini ada ujian matematika dan juga ekonomi. Setelah ujian selesai, angkatan tahun 2024 ini akan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama empat bulan lamanya. Sebelumnya juga kami sudah diberi tahu mengenai aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar selama melaksanakan PKL, apalagi sikap yang harus terus dijaga selama berada di perusahaan maupun kantor.

"Ingat ini, kalau kalian baik kalian akan bertemu dengan orang baik," ujar Bu Anna. Dia memandangku sebentar lalu melanjutkan perkataannya.

"Tapi, kalau kalian berbuat jahat selama ini, kalian akan bertemu juga dengan orang seperti itu," lanjutnya.

Guru seperti apa yang menyumpah untuk anak muridnya? pikirku.

Aku berharap Allah mempertemukan diriku pada orang-orang yang baik saat melakukan Praktek Kerja Lapangan mendatang, batinku.

Aku dan teman-temanku segera berkerumun untuk melihat nama masing-masing dari kami dan tempat PKL yang sudah ditentukan dari sekolah. Dan ternyata aku ditempatkan di kantor BPJS ketenagakerjaan, bersama temanku yang bernama Mpit. Informasi di awal, aku hanya sendiri di kantor tersebut, sementara Mpit di kantor Pos. Aku dan Mpit memutuskan untuk kos di rumah Ante mpit.

Hari keberangkatan tiba, aku dan Mpit segera berangkat menuju kos untuk menaruh beberapa barang bawaan kami, dan kembali ke lapangan kota untuk berkumpul dengan murid-murid yang lain.

I Won't Give Up [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang