Shenina baru saja turun dari bus sekolah, dan melangkahkan kaki memasuki gerbang. Sebenarnya sangat malas melangkahkan kaki, terlebih lagi sekolahan itu luas. Di koridor ia melangkahkan kaki dan mengumbar senyum ramahnya pada setiap murid yang ia lihat. Samar-samar ia mendengar suara motor kopling jadul yang memekik telinga siapapun yang mendengar. Shenina terkekeh pelan, karena mengetahui siapa pemilik motor tersebut.
Shenina terus melangkah menyusuri koridor sekolah. Shenina bukanlah seseorang yang populer di sekolah itu, dia hanya siswa biasa yang ramah.
Sekolah yang begitu diminati di luar sana yang memiliki banyak Ekstrakulikuler. Seperti Palang Merah Remaja (PMR), Paskibra, Karya Ilmiah Remaja (KIR), Klub Voly, Klub Basket, Futsal, English Club, Klub Seni Teater, Pramuka, Klub Renang, Taekwondo, Pencak Silat, Paduan Suara, Seni Musik, dan Dance.
Shenina sendiri memilih menjadi salah satu anggota PMR dari awal masuk sekolah. Saat ini Shenina berusia 16 tahun sejak berapa bulan lalu ia bersekolah di sekolah yang diimpikannya.
Kening Shenina mengkerut ketika melihat kelasnya sedang ramai. Bahkan pintu itu banyak sekali siswa kelas lain. Entah apa yang mereka lihat.
Shenina berjinjit, namun seseorang di depannya memundurkan tubuh seketika membuat tubuh Shenina terhuyung ke belakang. Sudah siap akan terjatuh, bahkan memejamkan mata. Akan tetapi dirinya tak merasakan sakit, melainkan pinggangnya yang ditahan lengan seseorang. Shenina membuka mata, dan melihat Gery lah orangnya.
Shenina pun berdiri tegak, belum berterimakasih, Gery sudah menerobos untuk masuk ke dalam kelas yang terdengar ricuh itu.
Tak lama Gery kembali keluar bersama Chelsea yang keadaanya terbilang buruk. Chelsea menatap Shenina tajam sebelum dibawa pergi Gery.
Shenina tampak kaget melihat keberadaan Chelsea yang satu sekolah dengannya. Menatap punggung dua orang itu yang menjauh, sedangkan dia sendiri setelahnya menerobos ke dalam kelas, karena siswa yang berkumpul tadi balik ke kelas masing-masing. Shenina kembali melihat Vior—teman kelasnya yang menjadi bendahara 1, saat ini kondisinya tak beda jauh dengan Chelsea tadi.
Shenina tampak ragu untuk menghampiri Vior yang dikerumuni oleh teman satu perkumpulan Vior. Saat ingin menuju bangku Vior menyadari keberadaanya.
"Heh, bayar uang kas lo udah nunggak 3 minggu." Shenina mencebikkan bibirnya mendengar itu, karena tahu kalimat itu untuknya.
"Ya elah Vi, anak orang baru datang udah lo tagih."
"DIAM LO MALIK! UANG KAS LO UDAH NUNGGAK 2 BULAN!!" Sontak Amoris selaku Ketua Kelas tertawa. "LO JUGA SAMA! KETUA KELAS KOK GAK MENCERMINKAN BAIK!"
Amoris menatap tak setuju dan turun dari meja, karena ia duduk di atas sana tadi. "Enak aja, gue udah bayar ya ke Qila. Bayar lunas lagi sekalian dua minggu ke depan."
Vior pun menoleh ke arah Qila yang menggaruk pipi tak gatal. "Udah Amoris bayar," cicitnya. "Tapi gue udah bilang ke lo kok, udah taruh di dalam dompet lo juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Shenina
RandomMengenai Shenina dengan seribu luka yang ia alami. Dia, si gadis drama yang penuh imajinasi. ☆Selasa 28 mei 2024☆ ( Sekilas info dari saya, judul tiap part saya ambil random yaa, semisalnya dalam satu kalimat ada 3 kata yaa saya ambil )