Sepulang sekolah Honda lah yang mengantarkan Shenina pulang menggunakan motor. Honda tersenyum dan ikut melambaikan tangan ketika Shenina melambaikan tangan di teras rumah menatapnya dengan mata berbinar.
Honda kembali menggunakan helm dan pergi. Ketika Shenina membuka pintu dan melangkah masuk ia melihat Nichol berada di ruang tamu. "Sini, Shenina."
Shenina tak menjawab, namun ia menurut dan duduk di samping sang kakak. Nichol meneliti wajah sang adik, dan mengusap lembut pipi itu dengan ibu jari. "Berantem?" Shenina menggeleng.
"Jangan bohong. Siapa palakunya, ayo jawab kakak."
Shenina menahan tangan Nichol di pipinya. "Menurut kakak?"
"Kakak gak tau." Sontak Shenina kembali berdiri. Dan ingin pergi akan tetapi Nichol dapat menggapai tangan itu.
Shenina menoleh dan tersenyum. "Kenapa bisa kakak ngga tau? Padahal kakak tau aku sakit jiwa."
Nichol refleks berdiri dan memegang kedua pundak adiknya. "Kenapa? Kenapa lo sakiti diri lo sendiri?"
"Aku pengen aja. Lagian ini diri aku, itu hak aku mau lakuin apa aja."
"Shenina... kakak mohon jangan nyakiti diri sendiri lagi."
"Oke." Shenina mengangguk dan menjauhkan Nichol darinya. "Berarti nggak masalah kalau aku sakiti orang lain. Bahkan sampai dia mati sekalipun."
Shenina melangkah menjauh menuju arah kamar. Membuat Nichol mengacak rambut frustasi.
°☆°
Malam harinya di kediaman keluarga Prakasa. Dion sedang renang di kolam renang luas itu seorang diri. Sedangkan seseorang melihat itu dari atas. Dia Dian—saudara kembar Dion. Dian melangkah turun menuju Dion berada. Ketika sampai Dion sudah berada di tepian dengan meneguk minuman bersoda.
"Kenapa lo lakuin itu ke dia?" Dion menghela, menoleh kearah Dian.
"Ada hubungan apa lo sama dia? Buat apa lo ke ruangan CCTV sekolah?"
Dian tersenyum. "Kenapa lo mau tau tentang gue?" Dion tak menjawab. Dian tertawa pelan dan melangkah pergi.
Pagi harinya Dian sudah siap dengan seragam sekolah. Melangkah menuruni anak tangga dan menuju meja makan yang terdapat Dion di sana sedang mengoleskan selai ke roti. Dian mengambilnya membuat Dion mendengus. Menggigit roti itu dan mengusak rambut Dion dan melangkah pergi.
Roti itu berada di mulut Dian. Sedangkan Dian menyalakan motor kopling yang suaranya sangat bising. Lalu melajukan motor itu dengan kecepatan sedang menggunakan satu tangan, sedangkan satu tangannya memegang roti tadi.
Sesampainya di sekolah ia langsung memarkirkan motor dan melangkah santai dengan kedua tangan berada di kantong celana. Siapa yang tidak mengenal Dian si pemilik motor bising itu. Jelas seantero sekolah mengenalnya, terkebih lagi status Dian yang sebagai anak Kepala Sekolah. Dian tidak satu Ekskul dengan Dion. Dian lebih memilih menjadi anak PMR, yang itu artinya satu ekskul dengan Shenina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Shenina
De TodoMengenai Shenina dengan seribu luka yang ia alami. Dia, si gadis drama yang penuh imajinasi. ☆Selasa 28 mei 2024☆ ( Sekilas info dari saya, judul tiap part saya ambil random yaa, semisalnya dalam satu kalimat ada 3 kata yaa saya ambil )