Morgan membuka pintu kamar dan melihat Shenina yang tak ada di atas tempat tidur. Akan tetapi di kamar mandi terdengar gemercik air. Morgan masuk ke dalam kamar itu dan menaruh pakaian baru untuk Shenina pakai. Setelahnya ia keluar dari kamar itu menuju ruang tamu dan bersantai di sana. Menghembuskan napasnya lelah. Terlintas ingatan tentang ibu nya yang tiada karenanya. Memang benar ia telah membunuh sang ibu. Mau tak mau itu ia lakukan. Terbesit batinnya saat itu sebelum membunuh ibunya. Dibunuh atau membunuh? Ibu nya itu bukan seorang ibu yang baik dan pantas disebut ibu. Ibu mana yang ingin membunuh anak kandung sendiri demi-uang?
"Pagi Morgan, baju yang kamu siapkan bagus. Aku suka," ujar Shenina yang menyadarkan Morgan. Menatap Shenina yang mengenakan kemeja merah muda.
Shenina duduk tepat di samping Morgan dan menyandarkan kepalanya di bahu Morgan. Tak ada penolakan semakin membuat Shenina tersenyum.
"Morgan, aku mau tanya. Kamu sejauh ini udah bunuh berapa orang? Apa ibu kamu satu-satunya?"
"Tapi aku gak perduli tentang itu. Yang aku pikirin itu, apa kamu mau bunuh seseorang untukku?" Morgan sama sekali tak bergeming. Shenina menggenggam tangan lelaki itu yang berada di atas paha.
"Perasaan kamu ke aku gimana? Apa kamu masih sakit hati aku tolak? Atau kamu lagi melangkah untuk lupain cinta monyet kamu ini?"
"Morgan. Kamu gak sakit sendiri, aku juga sakit." Sontak Morgan menjauhkan Shenina darinya.
"Lo itu sakit karna pikiran lo sendiri, Shenina!"
"Kamu bukan aku Morgan, kamu gak tau gimana jadi aku. Dibunuh sama pikiran sendiri itu gak enak, dan aku gak bisa berbuat lebih. Selalu gagal Morgan, aku selalu gagal buat keluar dari lingkaran itu bertahun-tahun. Kamu muak? Aku juga sama!"
"Coba terus kalau gagal! Jangan nyerah begitu aja. Terapkan itu dikehidupan lo. Jangan mau diperbudak sama pikiran lo sendiri. Lo sama aja hancurin diri lo sendiri. Berhenti Shenina, hentikan!!"
Shenina menatap wajah Morgan yang tampak kesal terhadapnya. Mengulurkan tangan dan mengelus pipi lelaki itu dan mematap tepat netra berwarna hitam itu.
"Lo nyata ngga, Gan?"
Lengan Shenina dipegang Morgan. "Menurut lo?" Shenina tersenyum getir dan memeluk tubuh itu. Menghirup aroma khas Morgan yang pekat itu di indra penciumannya.
Shenina mengeratkan pelukan itu. Berbeda dnegan Morgan yang membiarkan saja, namun tidak membalasnya.
°☆°
Perasaan Refal seperti hancur melihat gadisnya berada di dalam pelukan lelaki lain. Di mobil itu berisi Refal, Gery, Honda dan Angga yang melihat hasil dari drone yang diterbangkan melalui ponsel Gery. Akan tetapi tak semuanya mereka lihat, hanya dari Shenina yang mengelus pipi Morgan dan hingga Shenina memeluk. Rumah itu tak dipasangi CCTV, jadi Gery tak bisa meretas. Tadi saja mereka lambat datang dan menerbangkan drone, hingga apa saja yang dibicarakan dua orang itu tak diketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Shenina
DiversosMengenai Shenina dengan seribu luka yang ia alami. Dia, si gadis drama yang penuh imajinasi. ☆Selasa 28 mei 2024☆ ( Sekilas info dari saya, judul tiap part saya ambil random yaa, semisalnya dalam satu kalimat ada 3 kata yaa saya ambil )