CHAPTER 5- KORBAN SELANJUTNYA

20 12 0
                                    

 





 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.






.





.



Semua yang ada di sana terkejut dengan pengumuman yang barusan mereka dengar. Zergan menatap ke semua teman-temannya "Siapa yang berkhianat disini!?" Bentak Zergan.

Mereka terkejut karena melihat ini pertama kalinya Zergan membentak mereka dan marah, karena Zergan adalah orang yang cukup tenang dan tidak gampang tersulut emosi. Tetapi saat melihat sahabatnya sendiri di sentuh, kemarahannya tidak bisa dibendung.

Mereka saling melihat satu sama lain dan Thea mulai angkat bicara "Jujur aja, siapa? kita semua udah kerja sama di sini."

Michael menghela nafas sebelum melihat ke arah Luna yang wajahnya santai, seolah tak melakukan kesalahan apapun "Luna, lo kan?" Tanya nya dengan tangan.

Semua yang ada di sana terkejut, termasuk Luna yang ikut panik karena Michael mengetahuinya, ia menggelengkan kepalanya "Apaan sih?! lo main nuduh-nuduh gue!? lagian buat apa gue ubah jawabannya?" Ujarnya.

Juana mendengus kesal "Ngomong apa sih si munafik ini?" Ucapnya terang-terangan, seperti biasa.

Sahabat Luna, Grizille, mulai angkat bicara "Bener juga apa kata Michael. Kalau kalian pakai logika aja, gak mungkin orang lain yang ubah jawabannya kalau bukan Luna. Posisi Arlea itu di pojok dan bagian terakhir, dan satu-satunya orang yang bakal ngasih lembar jawaban itu pasti Luna. Bukannya gue mojokin lo ya, Lan. Tapi gue ngomong realistis aja di sini. Karena lo tau, kita salah gerak dikit, nyawa kita habis di sini," Jelas Grizille.

Arlea mulai emosi "Apa sih salah gue sama lo, Lan? gue bersumpah gue bakal nemuin lo dan bunuh lo pada saat itu juga!" Bentaknya.

Wajah Luna memucat dan nafasnya menjadi berat sebab merasa terpojoki "Bukan gue! itu Sergio! dia duduk di depan Arlea!" Bela nya sambil menunjuk Sergio.

Sergio menatap Arlea dengan jijik "Lo goblok atau bego sih? atau dua duanya? benci banget gue sama lo. Lo nuduh gue sekali lagi gue tonjok lo bangsat!" Ucap Sergio yang tersulut emosi karena alibi Luna yang tak masuk akal.

Juana memutar bola mata malas "Gimana ceritanya Sergio bisa ngasih jawaban ke Arlea, kan alurnya menyamping, bukan depan belakang, lo gila apa gimana sih, Lun!?"

Elodie mulai menyeletuk "Udah jelek, sok tau, munafik lagi, kasian kayak gak punya tujuan hidup,' Ucap Elodie menyelekit.

Zergan menghela nafas panjang dan menarik tangan Arlea perlahan "Le, jangan sampai lo kenapa-kenapa, kalau lo ga ketemu siapapun, gue bakal nunjukin diri. Tembak gue saat itu juga, jangan sampai lo kenapa-kenapa, oke?" Ucapnya, matanya menatap Arlea dengan perhatian yang tulus.

Arlea menelan saliva "Enggak! jangan macem-macem, Gan! gue gak mau lo ngorbanin diri gitu! biar gue nemuin Luna, gua bakal nemuin dia gimanapun caranya!" Kata Arlea dengan tegas.

Elodie menatap Arlea "Boleh gue jambak aja gak sih tuh cewek?! gregetan banget, di situasi kayak gini masih bisa mikir jahat! setan!" Maki Elodie.

Sebelum merekaa berbicara lebih, terdengar pengumuman lagi dari speaker di sana "Hide and kill ronde 3 akan di mulai dan Arlea sebagai penjaganya. Silahkan pergi ke ruangan yang di siapkan dan peseerta diberi waktu bersembunyi selama 10 menit."

Mereka keluar dari ruangan itu dan salah satu pintu di mall itu terbuka, mereka masuk ke dalamnya dan disana gelap, dan ternyata itu adalah hutan. Mereka terkejut sekaligus bingung. Apakah ini jalan keluar dari mall tersebut? dan di sana terdapat meja kayu dan pistol di atasnya yang tentu untuk Arlea.

Nafas Arlea menjadi berat karena gugup, Arlea menatap ke teman-temannya "Kalau gue mati, jangan buka password handphone gue ya?"

Juana mendengus kesal, tak percaya dengan omongan sahabatnya ini yang tidak masuk akal. Bagaimana bisa di situasi genting seperti ini dia masih bisa bercanda dan memikirkan password handphone nya? Juana mulai menggeram "Goblok banget anjing, ga ngerti lagi."

Zergan dan lainnya hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya heran. Beberapa lama kemudian terdengar pengumuman lainnya dari speaker yang entah dari mana asal speaker itu "Permainan akan di mulai sekarang, Arlea Janeeya silahkan masuk ke salah satu ruangan di sana dan menunggu sementara peserta lain bersembunyi."

Arlea mengambil pistol itu dan menghela nafas panjang sebelum masuk ke ruangan yang berbentuk seperti ruangan yang terbuat dari besi dan pintu mulai tertutup.

Mereka pun mulai bersembunyi. Zergan dan kawan-kawabn bersembunyi di tempat yang jauh. Hutan itu cukup besar namun anehnya, tak ada saatupun penduduk lokal di sana. Tanpa pikir panjang, mereka bersembunyi di salah satu goa di sana.

Sementara yang lain bersembunyi di semak-semak, semua tak ada yang terpisah kecuali Luna. Luna merasa sangat panik karena tak ada yang mau bersembunyi dengannya,

Ia bersembunyi sendirian di balik pohon yang cukup jauh dari tempat Arlea di awal. Pelipisnya berkeringat dan tangannya bergetar hebat. Dia tak tahu bahwa kejadian ini akan terjadi seperti ini dan menjadi boomerang untuknya. Nafasnya berat dan keringat dingin. 

Seiring berjalannya waktu, 15 menit itu sudah usai dan Arlea keluar dari ruangan dan memegang pistolnya.

Tak bohong bahwa Arlea sangat merasa gugup sekarang dan juga merasa takut jika ia tak selamat atau malah menyakiti teman-temannya yang tak bersalah. Arlea merasa dilema dan tak tahu harus apa selain mencari Luna saat itu juga, Menghiraukan perasaan bahwa ia akan membunuh seseorang malam ini. Sempat terpikir bagaimana jika Arlea masuk penjara karena ia membunuh orang malam ini? Tetapi ia mencoba menghiraukan hal itu dan berjalan maju untuk mencari Luna.

Arlea mulai menyesuri area hutan, memeriksa semua semak-semak dan pepohonan. Ia mulai berjalan lebih jauh hingga dia melihat ada sesuatu yang bergerak dari balik pohon.

Ia mulai ragu dan berpikir bagaimana jika itu adalah sahabat-sahabatnya? Bagaimana jika itu bukan Luna?  Tapi ia mulai meyakinkan dirinya dan Arlea menghela nafas panjang dan mulai berjalan perlahan ke arah pohon tersebut. 

Dan saat dia mulai mendekat perlahan, Ternyata benar, di sana terdapat Luna yang sudah gemetar dan menangis ketakutan saat melihat Arlea menemukannya.  Dia mulai merangkak ke kaki Arlea dan mulai memohon "Lea, please maafin gue, maafin gue, please jangan bunuh gue, gue ga tau kalau bakal se berpengaruh ini buat gue."

Arlea merasa sedikit tidak tega tetapi ia sudah membuat keputusan secara bulat, tidak ada jalan keluar lain selain membunuh Luna, dan dia mendengus kesal "Gue gak punya pilihan lain. Lagian ini kesalahan lo sendiri, gue gak ada maksud jahat tapi lo duluan yang memulai. Apapun yang lo mulai harus lo akhiri, Lun," Ucap Arlea dan mulai menodongkan pistolnya ke arah Luna.

Luna menangis lebih kencang dan berlutut untuk memohon kepada Arlea, sebelum Arlea memejamkan matanya dan menarik pelatuk pistol tersebut dan....



DOR!!!!

"Peserta Arlea Janeeya berhasil menemukan Luna Amalthea dan mengeksekusinya. Permainan hide and kill ronde ke tiga selesai."





.

.

.

TO BE CONTINUED



HIDE AND KILL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang