Bab 7. HUKUMAN

8 7 0
                                    


***

Langit turun dari Apertemen nya Ia membiarkan jaketnya ada di bahunya yang bertuliskan stronghold, baju sekolah nya di biarkan terbuka memperlihatkan kaos hitam nya, dasinya berada di bahu Dia mulai menaiki motor sport.

Langit mulai melewati jalan raya, tak lama dia sudah sampai di sekolah SMA MERDEKA. Ia melihat teman-temannya yang masih ada di parkiran sambil duduk-duduk, di jok motor.

"Lang." Al mulai melambaikan tangannya ke arah Langit.

Langit memarkirkan motornya di samping mereka, Langit sudah mengklaim bahwa parkiran itu sudah menjadi tempat mereka tidak ada yang mau memarkirkan Di situ.

"Hm..."

"Ha Hm Mulu Lo," ujar Bagas kepada Langit.

Langit Hanya diam sambil melirik Bagas dengan tajam.

"Eh... Ampun pak ketu." ucap Bagas dan mulai berbalik melihat-lihat para cewek yang mulai berteriak-teriak, lagi karena kedatangan stronghold.

"Aduh ketampanan gue naik lagi nih." seru Bagas lagi sambil melambaikan tangannya ke arah cewek.

"Mulai, mulai lagi Lo," ucap Gavin sambil melirik malas.

"Eh bilang aja Lo iri kan" ujar Bagas lagi.

"Ngapain gue iri sama Lo kek gak ada kerjaan aja."

"Gas asal Lo tau ya Gavin iri kalo nilainya lebih rendah dari Langit," seru Al yang mendapatkan tatapan tajam dari Gavin.

"Lah emang bener kan Lo selalu juara 2 gak pernah juara 1 tuh, yang juara 1 tetap Langit."

"Lo-" belum sempat Gavin ingin berbicara Langit mulai pergi bersama Aden, Kaivan, mereka bertiga pergi dari situ meninggalkan Al, Gavin, sedangkan Bagas dia sudah pergi bersama cewek-cewek, dan terus melambaikan tangannya.

"Langit Lo mau kemana!!" tanya Al.

"Kelas Lo berdua mau ikut apa! Gak!"

Mereka segera pergi dari parkiran mengejar Langit.

Langit mulai berjalan bersama inti nya, tidak ada satupun cewek yang berani caper pada dirinya.

Waktu itu ada seorang siswi yang menyatakan perasaan nya kepada Langit, Langit hanya diam sambil menatap siswa itu dengan tatapan tajam. Langit menolak cewek itu dengan kasar, akan tetapi cewek itu tidak perduli dia ingin Langit menjadi miliknya, sampai pada jam istirahat siswi itu sengaja terjatuh di hadapan Langit untuk menciumnya. Langit terdiam sesaat dia membeku di tempat itu para inti stronghold kaget saat melihat kelakuan cewek itu, cewek itu memaksa agar lidahnya masuk ke dalam mulut Langit secara paksa.

Langit yang emosi segera mendorong tubuh gadis itu dengan kasar, Ia mulai mengusap bibir nya perlahan sambil menatap wajah siswi itu dengan kasar.

"ngapain Lo! Cium gue Hah!!! Caper Lo," bentak Langit di hadapan siswi itu.

"A-aku."

"Aku apaaan!!! Hah."

"Lo mau gue masukin ke catatan gue Hm..."

Siswi itu membeku di tempat pasalnya catatan itu adalah tempat yang dimana, Langit akan menulis nama yang selalu menggangunya. Dia akan mencatat nama mereka dan setelah ia mencatat besok-besok nya nama yang sudah di catat oleh Langit itu tidak akan terlihat lagi di SMA MERDEKA.

"Jangan saya mohon."

"Banyak Bacot Lo."

Langit pergi dari hadapan siswi itu sambil berbicara, "Nama Lo udah gua catat."

***

Saat mata pelajaran telah di mulai Langit dengan teman-teman nya, mulai masuk tanpa permisi. Mereka di tatap banyak oleh murid-murid, termasuk pak Apollo segera menatap tajam ke pada siswa yang tidak mengikuti aturan.

Baju mereka yang terbilang seperti bukan anak sekolah melainkan anak tawuran, dasi mereka yang tidak di pasang melainkan ada yang di ikat di kepala, ada yang hanya di taruh di bahu, dan ada yang ikat di tangan.

Mereka ini kenapa! Tidak hilang sepatutnya mereka akan hilang kalo melanggar peraturan aneh sekali, Batin Pak Apollo sembari melihat mereka dari atas sampai bawah.

"pak ngapain lihatin kita?" tanya Kaivan.

"Tidak."

"Eh karena Kalian terlambat jadi kalian sayang Hukum" ucap pak Apollo yang membuat para murid melongo.

"Sayang gak tuh?" tanya Bagas sambil tersenyum Jahil.

"HAH!!!...." seru Langit bersamaan dengan Gavin.

Sedangkan Al, Aden, Kaivan. Mereka segera menatap pak Apollo dengan, tatapan tidak percaya.

"Aduh pak bilang aja kalo bapak suka sama kita kan! Kan?" seru Bagas lagi.

"S-siapa b-bilang." ucap pak Apollo dengan gugup

"aduh pak bilang aja bapak tuh udah terpesona sama kita!" seru Kaivan.

"oh atau bapak udah terpesona sama pak Ketu ya!" seru Aden dengan tampang polosnya, Langit segera menatap Aden dengan tatapan malas.

"Sudah sekarang kalian pergi ke lapangan lari seratus kali di lapangan bola cepetan!!!"

"Bjir."

***

Mereka segera pergi dari kelas sesampainya mereka di lapangan, Langit dan Gavin segera berlari beberapa putaran. Jangan tanya kan mereka berempat, mereka ada di pohon sambil mengambil mangga yang di mana mangga itu milik pak camat.

"Aden cepetan njir."

"sabar coy."

"Eh bagi-bagi anjing jangan cuma Lo doang yang di atas pohon makan."

"Tuh ambil."

"Kek gitu dong."

Langit dan Gavin terus berlari di tengah lapangan, tubuh mereka yang sudah basah akibat keringat yang terus membasahi mereka berdua.

"Gue kesian njir sama mereka berdua apa! Gak capek tuh."

"Iya juga ya."

"Eh Al napa! Lo gak ikutan sama mereka buat lari?"

"Gak gue mau makan mangga."

Tak lama ada seseorang yang berada di samping Bagas, dan mulai mencubit telinga Bagas. Bagas segera berteriak saat melihat pak Apollo, yang terus mencubit telinganya.

"Pak aduh sakit pak."

"Itu akibat kamu maluin saya di depan banyak murid-murid."

"Lah."

"Apa! Lah, lah."

"Gak jadi pak."

"sekarang kamu pergi berlari bersama mereka kasihan mereka lari terus kamu gak lari."

"I-iya pak ini saya mau lari." Bagas segera pergi ke arah teman-temannya untuk berlari.
...

Udah gak lama aja nih bakalan abis...

AWAL MULA...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang