1. Bagian Hidup

542 45 1
                                        

5 Agustus 2023
H-5 MPLK (Masa Pengenalan Lingkungan Kampus - Ospek Universitas)
H-20 MPLF (Masa Pengenalan Lingkungan Fakultas - Ospek Fakultas)

"Jaga diri aja ya, Ney. Nanti uang bulanan selalu Mama kirim."

Neya mengangguk pelan. Gadis itu sibuk menata baju dan barang bawaan ke dalam koper merah muda yang akan dibawanya ke stasiun, sore nanti.

Ruang kamar dengan dinding berwarna putih tulang menjadi salah satu saksi bahwa selama enam bulan terakhir, Neya membuka lembar demi lembar latihan soal yang akan diujikan ke perguruan tinggi negeri. Bukan hal yang mudah mencuri waktu untuk belajar itu di antara padatnya jadwal mengerjakan tugas sekolah, ujian praktik, dan ujian sekolah. Namun, beruntung, masa-masa sulit itu berhasil terlewati. Bukannya memang itu tugas dan tanggung jawab sebagai anak kelas dua belas? Memikul harapan keluarga agar tidak menjadi orang yang gagal ketika lepas dari title seorang "siswa".

"Ini mau dibawa, Ney?"

Neya menatap ke arah yang diisyaratkan sang mama, Hani. Beberapa foto masa SMA yang terjebak secara indah di dalam polaroid putih dan masih tertata rapi menempel pada dinding dekat meja belajar. Ada foto saat Neya dan lima teman kelasnya bermain di bawah hujan dengan memakai seragam batik sekolah, praktikum titrasi kimia di laboratorium IPA, foto kelas saat hari guru tahun lalu, dan masih banyak lainnya.

Neya menaikkan ujung bibirnya sejenak. "Iya, Ma, bawa aja."

Kini, kamarnya terasa sepi. Hanya ada kasur dan seprai abu-abu, lemari dengan baju yang berisi sebagian, meja belajar dengan beberapa buku SMA-nya, dan suara detik demi detik yang berjalan pada jam dinding. Ruangan ini menjadi bagian dari perjuangan perempuan delapan belas tahun itu untuk mengejar mimpinya menjadi mahasiswa. Sekarang, itu bukan hanya sekadar mimpi, melainkan realitas yang akan dijalani selama empat tahun ke depan.

***

"Hati-hati ya, kalau sudah sampai, kabari Mama atau Kak Opal." Hani mendekap erat tubuh anak perempuannya.

"Yakin lo gak mau dianter? Emang berani?"

Naufal Abiyan, satu-satunya kakak yang dimiliki Neya. Di keluarga Neya, Naufal akrab disapa dengan Opal. Remaja lelaki yang mempunyai selisih hanya dua tahun dengan adik perempuannya itu berkuliah di salah satu universitas di Jawa Timur, lebih jauh dari Neya.

Gadis itu berasal dari keluarga yang bertempat tinggal di tengah kota Jakarta dan keseharian mereka tidak ada tekanan dalam hal akademis, Hani membebaskan anak-anaknya untuk melanjutkan kuliah di mana saja. Namun, tetap diusahakan untuk mendapatkan perguruan tinggi negeri terlebih dahulu. Lalu, dengan sifat penuh perjuangan dari anak-anaknya pun dapat memenuhi keinginan Rania.

Berbeda dengan Naufal, Neya lebih memilih untuk memprioritaskan salah satu universitas negeri di Jawa Barat. Bukan tanpa alasan, Neya memikirkan risiko jika berkuliah jauh seperti kakaknya. Lelah di perjalanan ketika pulang ke Jakarta. Beruntung, keinginannya tercapai.

"Berani lah!"

"Awas lo di sana malah sibuk pacaran sama Aa Sunda!" ledek Naufal.

Neya berkerut dahi. "Ih, Mama ..., Kak Opal ngeledek mulu ...."

"Udah ... sana! Dua puluh menit lagi keretanya sampai."

Neya mencium punggung tangan Hani dan bergantian melakukan hal yang sama pada Naufal. Gadis itu melangkah meninggalkan tempat di mana sang Mama dan kakaknya berdiri sembari melambaikan tangan.

EVALUASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang