Tio melihat ke samping kanan, ke arah teman-teman regu Murai Batu. Mata dia seakan memberi isyarat ketakutan bahwa teman-temannya akan terkena imbas karena hal tersebut.
"Kepada orang-orang yang ada di foto ini, ada yang mau mengakui kesalahannya?!"
Tio mengangkat tangannya.
"Silakan berdiri."
Lelaki berambut ikal itu berdiri dan semua pasang mata tertuju ke arahnya. "Sebelumnya izin memperkenalkan diri, Kang, Teh. Nama saya Liestianto Arbi dengan NIM 2388672. Di salah satu foto tersebut ada foto saya. Saya ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Akang-Teteh semuanya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
"Apa alasan kamu tertidur saat pematerian? Apa itu sopan?" tanya salah satu perempuan komisi disiplin yang berada paling dekat dengan Tio.
Tio menggeleng. "Tidak, Teh."
Lalu, komisi disiplin mengisyaratkan Tio untuk duduk kembali.
"Kami mengapresiasi rekan-rekan yang mau mengakui kesalahannya dan kami berharap tidak ada yang mengulanginya lagi."
Tiba-tiba sekumpulan komisi disiplin itu mengatur formasi kembali. Berbaris sesuai saat mereka datang dan melangkah pergi keluar. Keadaan cukup hening.
"HIDUP MAHASISWA!"
Kata-kata itu mereka lontarkan sesaat sebelum keluar dari aula. Tangan yang dikepal di atas angin, juga tanpa senyum yang terbit.
Sebuah perasaan lega hadir dalam diri Neya. Tak pernah terbayangkan akan ada sesi semacam itu.
"Anjir gue takut banget," seru Alia kepada teman satu regunya.
Tio tertawa tipis. "Apalagi gue, anjir. Ternyata difoto pas gue tidur."
"Gue gak expect bakal ada CCTV tersembunyi," sambung Neya.
"Ji!" panggil Hanif. Jihan menoleh ke arahnya. "Besok kalo Tio tidur lagi siram aja pakai air."
"Iya, air seliter."
Akang-teteh divisi acara kembali memasuki ruang aula dengan cerianya. Mereka memberitahu bahwa acara sebentar lagi akan selesai dan sebelum itu, para mahasiswa baru diberikan penugasan kembali untuk hari esok. Lagi-lagi tugas esai dan membawa makanan teka-teki.
***
Hanif, Alia, Neya, Jihan, dan Tio berkumpul di teras kos Alia membicarakan penugasan esok hari. Mereka belum sempat ke kos masing-masing, karena waktu yang tidak memungkinkan. MPLF hari ini berakhir pada pukul lima sore dan hari perlahan gelap, sedangkan mereka diberi penugasan. Kelimanya masih memakai kemeja putih, bawahan hitam, juga Neya dan Alia yang berkerudung hitam.
Tiba-tiba muncul suara notifikasi dari ponsel Neya. Ternyata berasal dari grup chat regu Murai Batu bersama mentor mereka, Teh Ghina.
REGU MURAI BATU
teh ghinaa mentor
helloww
kalian di manaaneya
kos alia tehhjihan pend inggris'23
TETEHHHH SI BOTAK BERKETOMBE APAAN ANJIR TEHteh ghinaa mentor
hahahahah tanya dongg sama temen angkatan kaliannn
aku eval panitia dulu yaa bentar, tolong share loc, aku mau nyusul ke kos alia nemenin kalian🕺🏼hanif pendfis'23
📍Jln. Bambu, No. 23, Jawa Barat, Indonesiateh ghinaa mentor
owkaiii makasih hanif
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALUASI
Novela JuvenilHIDUP MAHASISWA! Kata-kata di atas bukan hanya sekadar seruan, melainkan bagian dari kehidupan menjadi seorang mahasiswa. Maha, yang paling tinggi. Beban moral yang dibawa pun lebih besar. Mereka diperlukan sebagai penyuara, penegak, dan pengabdi. I...