"Punten, Teh ...."
Begitulah ucapan Neya dan teman-temannya berjalan memasuki gerbang dengan melewati beberapa akang-teteh keamanan yang berjaga di sekitaran lingkungan kampus. Mereka berbaris dengan rapi dengan posisi Hanif yang berada di paling depan sembari membawa tongkat bambu dan kertas bertuliskan "Murai Batu". Di belakang Hanif, ada Neya, lalu disusul dengan Alia. Jihan berada tepat di kedua dari belakang, juga Tio sebagai cowok selain Hanif yang ada di paling belakang.
"Eh, tetehnya serem banget," ucap Alia dengan suara kecil dan hanya teman regunya yang bisa mendengar.
"Kita nggak lagi uji nyali, Nyet!" seru Tio.
Setelah melewati gerbang kampus, tiap-tiap regu diperintahkan untuk membuat barisan di aula oleh para panitia kordinator lapangan. Panitia kordinator lapangan berusaha keras untuk mengkondusifkan mahasiswa baru yang datang yang dibantu oleh panitia keamanan. Setelah situasi kondusif, rapi, dan semuanya sudah berbaris, MC pun datang dengan keceriaannya.
"HALO! SELAMAT PAGI PARA MAHASISWA BARU FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA DI MASA PENGENALAN LINGKUNGAN FAKULTAS HARI PERTAMA!!"
Sorak ramai suara tepukan spontan memenuhi aula utama kampus ini. Keadaan saat ini seperti sesuatu yang membanggakan dan mengharukan. Sebuah penantian panjang yang ditunggu-tunggu, akhirnya terjadi juga.
"Perkenalkan, aku Sabrina Olia dari Prodi Pendidikan Bahasa Jepang dan rekan saya ...."
"Carissa Aulia dari Prodi Pendidikan Biologi!"
"Kami akan menemani jalannya acara pada hari ini!" kata kedua teteh itu serentak.
"Nah, kalian udah sarapan belum nih?"
"BELUMMM," serentak para mahasiswa baru di aula.
"Kalau begituuu, kita sarapan dulu, yuk!" seru MC. "Kalian kan udah bawa, ya, snack teka-teki yang udah disuruh. Kira-kira apa yang dijadiin buat sarapan?"
Semuanya menjawab dengan pernyataan yang berbeda-beda. Ada yang menjawab bantal sobek isi tanah liat, matahari di atas awan, penyihir pasir, dan lainnya. Namun, Sabrina dan Carissa memberitahu bahwa sarapan hanya diperbolehkan memakan roti sobek tanah liat atau penyihir pasir. Lalu, kemasannya pun tidak diperbolehkan untuk dibuang karena akan ada pemeriksaan penugasan.
***
Waktu terus berlalu. Hari menjelang sore dan sudah terlihat wajah-wajah lelah dari para mahasiswa baru menyambut hari pertama ospek ini. Sejauh ini, acara hanya diisi dengan pematerian.
"Dipercepat, jangan mengobrol!"
Neya dan Alia terkejut karena mereka sedang berbincang perihal pematerian tadi setelah selesai melakukan ibadah solat asar dan melipat mukena.
"Baik, Teh." Keduanya bergegas meninggalkan masjid kampus dan kembali ke aula. Beberapa menit lagi, waktu istirahat berakhir dan mereka tak tahu kegiatan apa yang dilakukan selanjutnya.
"Nah, sebelum ke acara berikutnya, boleh nih para peserta duduknya yang rapi karena ada pengecekan penugasan dan barang bawaan dari tim komisi disiplin. Untuk tim komdis, dipersilakan." Kakak-kakak tingkat selaku divisi acara spontan meninggalkan ruangan aula yang menampung banyak mahasiswa itu.
Seluruh peserta spontan hening dan duduk dengan rapi sesuai dengan apa yang diperintahkan MC barusan.
"HIDUP MAHASISWA!!"
Suara keras datang dari arah pintu utama aula barat. Segerombolan orang berbaris dengan tangan kanan yang diangkat dan telapak tangan yang dikepalkan di atas angin. Mereka semua berjalan maju dengan aura yang sedikit menyeramkan. Saat ini ruang aula hanya terdengar suara langkah tim komisi disiplin. Suasana semakin menegangkan ketika mereka sampai di barisan paling depan dengan menghadap ke arah para peserta dengan tatapan seram.

KAMU SEDANG MEMBACA
EVALUASI
Teen FictionHIDUP MAHASISWA! Kata-kata di atas bukan hanya sekadar seruan, melainkan bagian dari kehidupan menjadi seorang mahasiswa. Maha, yang paling tinggi. Beban moral yang dibawa pun lebih besar. Mereka diperlukan sebagai penyuara, penegak, dan pengabdi. I...