Chapter 7

10 4 0
                                    


اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

🕊🤍Happy Reading🤍🕊


Sampai di gerbang Pesantren Al-Anwar aku sedikit was was karena takut nya ada yang melihat kami berdua. Gus Azriel yang mengetahui aku gelisah langsung menenangkanku.

"Ndak papa Alia sekarang pasti para santri sedang di masjid melaksanakan shalat magrib" ucap gus Azriel guna menenangkan aku yang gelisah.

Aku bernafas lega akhirnya tidak ada yang melihat kami di perjalanan menuju ndalem.

"Alia kamu bisa jalan kan" tanya gus Azriel yang menghawatirkanku.

"Bisa kok gus"

"Asalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab umik Hanum dari dalam yang masih mengenakan mukena.

"Lohh nduk kamu iku kenapa toh" ucap umik Hanum khawatir, beliau langsung menggandengku dan membawaku masuk ndalem.

"Alia ndak papa umik"

"Ndak papa gimana, mas Alia kenapa ini" tanya umik Hanum mengitrogasi gus Azriel.

"Nanti Azriel ceritain ya mik sekarang biar Azriel bawa Alia dulu kekamar nggih sekalian mau shalat magrib dulu"

"Bener ya nanti ceritain sama umik pokoknya ceritain" ucap an umik Hanum mampu membuatku tersenyum bahagia, ternyata sepeduli itu nyai Hanum kepadaku.

"Maturnuwun umik sudah menghawatirkan Alia" umik Hanum langsung memelukku.

"Gimana umik ndak hawatir nduk kamu itu putri umik" ucap umik Hanum dengan tulus, gus Azriel tersenyum melihat interaksi kami.

"Umik,Azriel bawa Alia nya nggih" ucap gus Azriel memotong momen.

"Nggih monggo shalat dulu"

Gus Azriel memapahku menuju kamar, pintu kamar terbuka pandangan yang aku lihat pertama kali ialah rak yang dipenuhi kitab-kitab tebal buku-buku yang tersusun rapi Al-Qur'an yang bermacam ukuran dan satu hal lagi  bau wangi kasturi, senyaman itu kamar gus Azriel.

"Sekarang kamu boleh menghiasi kamar ini sesuka hati kamu karena sekarang ini kamar kita bukan kamar mas aja" ucap gus Azriel.

"Nyaman banget mas keliatannya" ucapku dengan senyuman.

"Nyaman lah apa lagi sekarang ada kamu" ucap nya yang masih bisa aku dengar.

"Gimana mas"

"Ehh mboten heheh mboten nopo nopo"

"mending shalat magrib aja udah mau habis  waktunya"

"Sini mas tuntun kekamar mandi"

Selang beberapa menit kami selesai berwudhu dan langsung shalat magrib.

"Asalamualaikum warhmatullah"

Setelah selesai  shalat aku dites beberapa hafalan oleh gus Azriel, sungguh aku malu, leleki sebaik dan sesholeh gus Azriel malah mendapatkan perempuan sepertiku.

"Besok mas tes lagi nggih, jangan bosen bosen" ucap gus Azriel sambil mengelus kepalaku.

"Harusnya Alia yang bilang begitu, mas jangan bosen bosen ya bimbing Alia yang masih jauh ini" ucapku sambil menunduk.

"Nggih mboten sayang mas kan kepala keluarga dan sudah kewajiban mas buat bimbing kamu" aku tersenyum mendengar ucapan gus Azriel.

"MasbAlia mau istirahat dulu nggih, nanti kalo udah waktunya shalat isya bangunin ya"

Antara Bertahan Atauu MengikhlaskanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang