Chapter 8

12 4 1
                                    

اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Saya akan menutup telingamu supaya tidak bisa mendengar perkataan jahat orang-orang agar kamu hanya bisa mendengar ucapan-ucapan cinta dari orang-orang yang tulis menyayangimu, karena saya tidak mungkin menutup mulut mereka satu persatu, ucapan jahat mereka terhadapmu itulah pahala untukmu ya Humairahku"
~Giffari Azriel Ibrahim~

🕊🤍Happy Reading🤍🕊

Semua orang sibuk dengan persiapan acara pesta pernikahan ku dan gus Azriel. Aku merasa gugup sekarang karena hari ini semua orang di Pondok Pesantren Al-Anwar akan tahu Gus mereka menikahi Prempuan sepertiku. Didalam kamar aku menatap diriku di cermin, seorang penata rias sedang memoles wajahku dengan make up tipis karena itu saranku yang meminta agar memolesku dengan tipis. Tiba-tiba ada seseorang membuka pintu kamar.

"Masyaallah Ayune nduk" ternyata ibuku dengan nyai Hanum yang datang.

"Ibu apakah Alia akan disambut hangat oleh mereka" ucapku.

"Alia umik yakin mereka pasti menyambut hangat kehadiran kamu, ndak papa kamu jangan berfikir yang tidak-tidak"

"Sayang kamu itu anak gadis ibu yang baik dan ibu yakin orang baik pasti akan diperlakukan baik juga"

"Nggih betul apa kata ibumu nduk, jangan berfikir yang negatif" sambung nyai Hanum.

"Alia takut mempermalukan keluarga umik, gus mereka menikahi prempuan seperti Alia"

"Suttt ndak boleh gitu"

"Sudah jangan sedih sedih udah cantik gitu kok" ucap ibu mencairkan suasana.

"Ohh iya nduk kayanya ibu sama ayah nggak bisa nemenin kamu sampai selesai acara"

"Lohh kok gitu sih bu" ucapku dengan nada nelangsa.

"Ibu sama ayah mau keluar kota kebetulan pas hari ini berangkatnya, sebenetnya ibu juga pengin disini aja tapi gimana lagi" ucap beliau sambil memelukku.

"Huff Alia bisa apa" ucapku pasrah.

"Ibu pamit nggih nduk, jadi istri dan menantu yang nurut nggih"

"Ibu ndak usah bilang gitu kesannya mau pergi lama banget" ucapku yang siap menangis, nyai Hanum yang melihat interaksi kami ikut terharu.

"Lohh nggih mboten ibu kan cuma nasehati kamu loh nduk"

"Yasudah ibu langsung pamit nggih, titp Alia nggih bu nyai"

"Nggih bu Alia kan sudah jadi putri saya juga" ucap nyai Hanum sambil mengusap kepalaku.

"Alia titip salam sayang ke ayah ya bu"

"Nggih nduk, ibu pamit monggo bu nyai"

"Nggih monggo" sahut nya sambil tersenyum.

"Asalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Sangat disayangkan hari yang penuh warna ini tidak ada kehadiran ayah dan ibu yang menyaksikan.

"Sudah nduk ayok keluar"

Aku mengangguk, nyai Hanum menuntun langkahku keluar untuk melakukan beberapa resepsi. Alunan hadroh yang menggema dan suara santri yang bersholawat.

Tiba diluar semua mata melihat kearahku dari mulai para santri dan keluarga gus Azriel, aku sedikit gugup sekarang. Begitu sampai di atas panggung dan duduk disebelah gus Azriel, gus Azriel yang begitu tampan mampu membuat mataku sulit berkedip.

Antara Bertahan Atauu MengikhlaskanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang