06. Keanehan yang hampir tak mungkin.

509 79 13
                                    

Caine tertegun, "Makomi?"

Makomi hanya mengangguk acuh tak acuh. Ia tersenyum lagi, namun kali ini lebih lebar.

"Jawab dulu, kamu kenapa jarang ke kafe ku lagi hayo..." Makomi bertanya dengan nada marah.

Sedetik kemudian suaranya kembali berubah menjadi ramah dan tenang lagi, seolah sosok yang tadi hanya ilusi semata.

Caine bingung tapi kemudian menggeleng pelan, lalu ia tarik kedua sudut bibirnya untuk naik. "Aku sibuk banget, maaf ya."

Makomi mengangguk dan menatap lekat lekat sosok pria berambut merah itu. Caine lumayan terganggu dengan tatapan Makomi, ia mendongak dan melirik Makomi. "Ada sesuatu di muka aku?"

Makomi menggeleng dan tersenyum, "Enggak."

Caine tak ambil pusing, ia sesekali menyeruput kopi nya dan terus memandang ponselnya.

"Kamu daritadi lihat layar handphone mu mulu, aku dianggurin nih?" Makomi dengan candaannya menaik turunkan alisnya sembari menatap Caine.

Caine melirik dan tertawa kecil, "Maaf Makomi."

Caine mematikan ponselnya dan meletakkannya diatas meja, ia melirik Makomi dengan senyuman di matanya.

"Gimana kabar kamu?" Caine bertanya dengan ramah.

Makomi mengangkat bahunya acuh tak acuh dan menjawab dengan percaya diri, "Selalu baik."

Ia kemudian melirik Caine. "Ah iya, Caine."

"Mn?" Caine menatap Makomi bingung.

"Banyak Porta yang muncul akhir akhir ini, apa mungkin karena ini kamu jadi sibuk banget?" Makomi bertanya dengan santai, sesekali meneguk jus nya.

Caine hanya mengangguk kecil, "Begitulah."

Makomi meliriknya lagi, sekilas terlihat menyipit namun hanya sedetik kemudian berubah menjadi tatapan ramah dan bersahabat. "Kamu, bergabung dengan serikat apa?"

Caine menatapnya, "TNF."

Makomi tertegun, raut wajahnya menjadi gelap. "Caine? Kamu nggak boleh sama mereka, Serikat itu penuh dengan Iblis!"

Caine mengernyit, "Iblis? Nggak mungkin, mereka baik kok."

"Kamu terlalu polos, Caine. Nggak semua hal yang terlihat di permukaan itu sama seperti didalamnya." Makomi menggeleng frustasi, lalu menatap Caine sejenak.

Hening selama beberapa detik sebelum Makomi mengambil inisiatif untuk pergi, Caine menatapnya bingung. "Mako-"

"-mi..."

Caine yang ingin mengejar tak dapat menyusul Makomi yang pergi dengan cepat. Ia terdiam cukup lama, dan menatap jalan yang dilewati Makomi tadi.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk masuk kedalam mobilnya dan mengendarai tanpa arah, sebelum akhirnya handphone nya bergetar. Caine menepi sebentar dan mengangkat telepon dari seseorang.

"Halo Caine?" suara yang dikenalnya terdengar ditelinga nya.

"Ya?" Caine menjawab.

Hening sejenak, "dimana? Eh, ngomong-ngomong aku ganggu nggak?"

"Enggak kok. Aku lagi jalan-jalan aja di kota, kenapa?" Caine tersenyum kecil.

"Mau ikut," suara yang terdengar manja dan lucu dari seseorang membuat Caine terkekeh.

"Boleh, aku jemput ya?" Caine bertanya dengan suara lembut.

"Iya."

Bip- Telepon dimatikan, dan Caine bergegas menuju rumah itu dengan mobilnya. Menjemput seseorang, Garin.

PAYTONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang